Bukan Soal Nominal Uang, Tapi Menjalankan Amanah

Amanah artinya bisa dipercaya atau sesuatu yang dipercayakan. Sulitkah menjadi orang yang menjalankan amanah? Kira-kira apa ya hal yang menjadi penghalang seseorang untuk amanah?

Saya ingin menulis tentang amanah karena beberapa waktu belakangan ini merasa orang lain tidak menjalankan amanat yang dipercayakan. Kecewa dan kepercayaan pada yang bersangkutan jadi berkurang drastis.

Ketika Uang Titipan Dikurangi Jumlahnya

Beberapa waktu lalu Ibu saya bercerita uang infak ke masjid yang dititipkan ke seseorang berkurang jumlahnya. Ceritanya begini. Ibu titip infak ke seseorang karena dirinya harus ke luar kota. Nominalnya 150 ribu rupiah. Ketika konfirmasi ke pihak masjid, ternyata hanya 100 ribu rupiah yang diberikan oleh seseorang itu.

Enggan ribut, Ibu saya memilih diam. Namun, cukup tahu saja kalau yang bersangkutan ternyata kurang amanah. So, next time lebih baik meminimalkan memberi kepercayaan padanya.

Hmm, kadang nggak habis pikir sama orang yang mudah mengambil sesuatu yang bukan haknya. Padahal Rasulullah jelas-jelas memerintahkan umat Muslim untuk menunaikan amanah. Bahkan jika kita pernah dikhianati seseorang dan yang bersangkutan memberi amanat, maka harus tetap dilakukan.

“Tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu dan janganlah engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu,” sabda Rasulullah (HR Abu Dawud 3535 Kitab Al-Buyu’ dan At-Tirmidzi 1264 Kitab Al-Buyu’).

Ketika Hak Goodie Bag Tidak Kunjung Diberikan

Pernah pula suatu kali saya ikut kegiatan online yang digelar oleh suatu komunitas. Tidak ada fee-nya memang, tetapi peserta akan mendapatkan goodie bag setelah acara selesai.

Sebagai peserta, saya menurut ketika harus datang tepat waktu di ruang Zoom. Dengan patuh saya pun mengunggah materi yang didapat dari Zoom ke media sosial dengan me-mention brand dan komunitas tersebut, serta menggunakan tagar yang diwajibkan. Patuh pula saat harus memberikan love pada postingan komunitas tersebut. Pun saat harus report screen shoot acara tepat waktu, nurut juga.

Setelahnya, peserta diminta untuk mengirimkan ongkos kirim goodie bag ke panitia. Kala itu, saya memang agak terlambat mentransfer ongkos kirim karena handphone sempat rusak. Saat saya kirim bukti transfer ke panitia, tidak ada balasan kendati pesan sudah diterima yang bersangkutan.

Setelah dua pekan dari tanggal transfer ongkir, saya kembali mengirim pesan kepada panitia. Dia bilang belum bisa kirim paket karena sedang sakit dan khawatir virus terangkut ke paket. Dia minta diingatkan kembali di beberapa hari ke depan.

menjalankan amanah

Oke, saya ingatkan kembali sepekan kemudian. Dia pun meminta alamat pengiriman. Eh sampai lebih dari dua pekan, paket tidak kunjung tiba di rumah. Saya kembali menanyakan padanya sekaligus menginfokan sekitar tujuh hari lagi akan mudik. Seharusnya sih waktu tujuh hari cukuplah ya untuk mengirimkan paket yang masih di Jabodetabek. Nyatanya paket tak kunjung diterima.

1,5 bulan kemudian saya kembali bertanya padanya. Ini jadinya goodie bag gimana nasibnya. Dia malah lupa dengan alasan hapenya ke-reset jadi history chat hilang. Saya ingatkan kembali doang, itu tentang goodie bag apaan. Selama dua hari tidak ada pembahasan tentang paket itu.

Ini bukan tentang isi goodie bag yang alhamdulillah masih bisa beli sendiri di warung dekat rumah. Bukan juga perkara 10 ribu rupiah yang sudah ditransfer untuk ongkos kirim. Namun, lebih ke menghargai orang yang sama sekali tidak saya rasakan.

Baca juga tulisan ini yuk: Jika Titipan Itu Diambil Pemiliknya

Apa karena barangnya remeh lalu ditunda-tunda dikirimnya sampai berbulan-bulan? Karena remeh lalu boleh lupa? Karena remeh boleh mengabaikan saat diingatkan? Karena remeh lalu boleh meremehkan orang lain? Sungguh, merasa nggak dihargai banget. Kadang orang gitu ya, nggak mau disepelein, tapi nyepelein orang lain. Fiuh!

Ketimbang kesal berlarut-larut, lebih baik keluar dari grup komunitas tersebut. Saya pun memilih unfollow komunitas tersebut di media sosial. Sudahlah, lebih baik tidak lagi bersinggungan. Energinya dipakai untuk hal yang lebih produktif saja.

Pentingnya Menjalankan Amanah

Kenapa sih kita kadang bertemu dengan orang yang tidak amanah? Itu adalah pengingat agar kita tidak melakukan hal yang sama.

Dalam sebuah riwayat Rahman bin Abi Qarad, Rasulullah SAW menyampaikan, siapa yang ingin mencintai Allah dan Rasul-Nya atau ingin dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, maka harus berkata jujur dan menjalankan amanah, serta berbuat baik kepada sesama.

Amanah adalah akhlak mulia. Hadits dari al Hasan, dari Samurah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu. [Diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dan Ahlus Sunan].

menjalankan amanah

Ketika seseorang tidak menjalankan amanah berarti berperilaku khianat. Nah, hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menerangkan khianat adalah salah satu tanda-tanda orang munafik. Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia menyelisihi janjinya, dan apabila diberi amanah (kepercayaan) ia berkhianat”

Perihal menunaikan amanah, Allah sudah memerintahkan antara lain sebagai berikut:

  1. Surat al Anfal ayat 27: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
  2. Surat an Nisaa ayat 58: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…

Kira-kira apa yang membuat seseorang enggan menjalankan amanat? Mungkin lupa. Bisa jadi terjebak malas akibat kebiasaan menunda sesuatu. Bisa pula karena tunduk pada keengganan diri. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sosok yang mudah menjalankan amanah? Semoga Allah mudahkan urusan kita.

Referensi

Republika. Pesan Rasulullah: Tunaikan Amanah, diakses pada 1 Juni 2022

Republika. Mengapa Menjalankan Amanah Penting?, diakses pada 1 Juni 2022

Almanhaj. Siapakah Yang Layak Diberi Amanah? diakses pada 1 Juni 2022

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com