Aliran Rasa, Kisah di Balik 4 Permata Ibu Profesional
Di saku saya kini ada empat permata indah. Batu mulia yang didapat setelah menyelesaikan empat misi di matrikulasi batch 8 Institut Ibu Profesional. Senang rasanya menimang permata-permata itu. Namun, di balik reward itu selalu ada kisah tersendiri.
Pertama, kisah di balik misi penyelaman kesatu, yakni pencarian makna. Reward dari misi ini adalah permata amethyst berwarna ungu. Bagi saya, melakukan pencarian makna berarti berkontemplasi mendalam. Kala itu, saya baru saja melahirkan. Nyeri di area bawah sana dan penyumbatan air susu ibu (ASI) yang rasanya aduhai adalah distraksi tersendiri. Belum lagi bayi harus menginap di rumah sakit karena bilirubin yang terlalu tinggi.
Tulisan menarik lainnya bisa disimak di sini: Ketika Realita Vs Ekspektasi Berbuah Kekecewaan
Namun, alhamdulillah ketika tekanan di sana sini dihadapi, justru jadi waktu yang pas untuk berkontemplasi. Alhamdulillah tugas pertama tertunai.
Misi kedua pun dilakukan. Kali ini penyelaman lebih dalam lagi. Kali ini tentang core value Ibu Profesional. Ini tentang menginternalisasi prinsip-prinsip berkomunitas. Bahwa semua hal boleh, kecuali kritik, fitnah dan ghibah, sarat, khilafiyah, dan kepentingan.
Prinsip ini saya sepakati, karena memang sejalan dengan diri saya. Sehingga untuk menginternalisasikannya tidak sulit. Luar biasa, di misi ini jadi menyadari sekali bahwa Ibu Profesional berusaha menjaga semua anggotanya agar bisa belajar dan bertumbuh bersama dengan nyaman. Setelah misi selesai, permata ruby berwarna merah yang cantik bisa dibawa pulang.
Penyelaman untuk Menjadi Ibu Profesional Kian Dalam
Berlanjut ke misi ketiga, yakni tentang kekuatan karakter moral. Saya banyak merenung saat proses menyelesaikan misi. Saya merasa menyelami diri sendiri lebih dalam, sehingga mengenal diri sendiri lebih utuh. Misi ini saya tuangkan di blog dengan judul Misi Menemukan Karakter Moral Ibu Profesional. Saya tulis sambil menggendong si bayi yang terbangun tengah malam. Alhamdulillah, bisa selesai dan mendapat reward permata emerald berwarna hijau.
Penyelaman kembali dilakukan untuk menyelesaikan misi keempat yakni connecting the dots. Lagi-lagi diri ini harus merenung dan melihat ke belakang. Bahwa ternyata aneka peristiwa dalam hidup yang dijalani saling terkoneksi satu sama lain dan membentuk diri saya seperti sekarang ini. Ada kebanggaan sekaligus kekecewaan saat melihat diri ini bertumbuh.
Baca tulisan lainnya yuk, Mama: Memutuskan Menjadi Stay at Home Mom Tak Selalu Mudah
Ya, saya masih harus terus belajar menjadi lebih baik lagi, demi tujuan hidup yang lebih besar. Jangan sampai hal utama terpinggirkan oleh hal-hal yang kurang penting. Menjelang deadline, misi dikumpulkan. Alhamdulillah masih bisa mendapatkan permata sapphire berwarna biru yang super cantik.
Menjadi sosok ibu profesional memang tidak mudah. Perlu komitmen tingkat tinggi untuk selalu berusaha lebih baik bagi diri, keluarga, dan lingkungan.
Komitmen dan Konsistensi
Setelah menjalani beberapa misi ini, saya sadar bahwa komitmen juga butuh konsistensi perilaku. Tanpa tindakan yang konsisten untuk menjaga komitmen, maka semua sia-sia.
Mengutip artikel Persuasion Psychology: Commitment and Consistency yang ditulis Sarah Jamieson, komitmen memiliki kekuatan untuk membentuk kembali cara seseorang memandang dirinya sendiri. Setelah membuat komitmen, kita terbuka membuat komitmen baru yang jauh lebih besar. Diikuti pula oleh konsistensi citra diri yang baru.
Insyaallah di depan masih terbentang jalan panjang. Pencarian misi-misi hidup pun akan terus dilakukan. Penyelaman demi penyelaman juga akan terus dijalani agar semakin mengenal diri sendiri. Apalagi saat di beberapa titik merasa ada inner child yang belum selesai. Bismillah, semoga semakin konsisten memperbaiki diri, sehingga menjadi ibu profesional kebanggaan keluarga.