Usaha Mi Ayam Pak Amin yang Nyaris Mati, Lecut Empati Eri dan Revo Lahirkan Yuk Tukoni

Mi ayam Pak Amin di Baciro, Yogyakarta, terkenal enak. Kekenyalan mi-nya pas. Rasanya gurih. Daging ayamnya pun lembut dengan paduan manis gurih yang pas. Tak heran, mi ayam Pak Amin kerap diserbu banyak pelanggannya. Namun, suatu ketika, usaha mi ayam Pak Amin nyaris mati.

Bukan karena pelanggannya bosan makan mi ayam racikan Pak Amin. Bukan pula karena munculnya saingan baru yang merebut hati pembelinya. Usaha mi ayam Pak Amin semakin berkurang pembelinya karena pandemi COVID-19 pada 2020 silam.

Di masa pandemi itu, orang-orang enggan keluar rumah. Apalagi datang ke warung makan untuk menyantap mi ayam bersama teman-teman. Berkumpul dan berkerumun seolah “tindakan haram” lantaran ditengarai bisa mempercepat penularan Covid-19.

Imbauan jaga jarak membuat Pak Amin semakin berjarak dengan pelanggannya. Alhasil, pendapatan kian menyusut. Usaha mi ayam dirasa tak lagi menjanjikan masa depan. Padahal, Pak Amin harus memastikan keluarganya tidak kelaparan.

Pak Amin pamitan. Dirinya hendak pulang kampung dan menutup usaha mi ayam yang bertahun-tahun digelutinya. Eri Kuncoro yang merupakan tetangga sekaligus pelanggan mi ayam Pak Amin pun jatuh iba. Dia tidak mau pandemi Covid-19 mematikan usaha banyak orang secara semena-mena. Kendati tidak tertular virus, akan tetapi pandemi berpotensi mematikan dengan cara berbeda.

Eri memutar otak. Dia menahan Pak Amin agar tidak buru-buru pulang kampung. Pria itu bertekad segera menemukan cara agar usaha mi ayam Pak Amin yang nyaris mati bisa “bernapas” lagi.

Ada Teman Jualan? Yuk Tukoni!

Aneka makanan yang dijual di Tukoni/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

“Yuk tukoni!” Begitu teriak Eri dalam bahasa Jawa. Artinya, “Ayo dibeli”. Ini bukan sekadar ajakan, tapi gerakan yang lahir dari empati Eri pada Pak Amin, sang pedagang mi ayam. Eri tidak sendiri. Ada Revo Suladasha, rekannya yang juga memiliki keprihatinan sama.

Namun, bagaimana caranya agar orang-orang mau ikut gerakan ” Yuk Tukoni”? Aha! Eri dan Revo punya ide! Mereka mengemas mi ayam produksi Pak Amin agar siap dijual menjadi produk frozen food. Produk tersebut lantas difoto, kemudian diunggah di Instagram dan status What’s App.

Gayung bersambut. Ide itu disambut pasar dengan baik. Rupanya benar, orang-orang kala itu bukan tidak ingin makan mi ayam. Namun, mereka khawatir akan tertular virus COVID-19 jika keluar rumah tanpa pembatasan.

“Jadi, mi ayamnya bukan untuk dimakan di warung, tapi dijual secara daring. Pak Amin sangat berterima kasih karena akhirnya dia tidak jadi pulang,” kenang Eri dalam sebuah talkshow yang digelar IIDN.

Saat pandemi, bukan usaha Pak Amin saja yang terdampak. Banyak pengusaha kuliner dan pelaku UMKM di Yogyakarta yang ngos-ngosan untuk tetap bertahan. Pada 2020 itu, pasar sepi, toko tutup, event berhenti. Akibatnya banyak yang kehilangan omzet sekaligus harapan.

“Saat itu, situasinya benar-benar tidak menggembirakan,” lanjut Eri lirih.

Melalui Yuk Tukoni, Eri dan Revo giat mengajak masyarakat untuk membeli dagangan teman. Semangat gotong royong dikedepankan dalam gerakan ini. Tak cuma mi ayam Pak Amin, UMKM lainnya pun diajak turut serta menjajakan produknya.

Gerakan yang lahir dari empati dan semangat gotong royong saat pandemi/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Yuk Tukoni bukan sekadar gerakan. Eri dan Revo mengemasnya menjadi sebuah platform. Selanjutnya, platform itu disebut Tukoni. Ini merupakan terobosan dan bukti kreativitas dalam proses digitalisasi usaha, khususnya dalam hal penjualan produk.

“Kami meminjam storage dan freezer, lalu mengumpulkan produk teman-teman UMKM di satu tempat. Kemudian kami memotretnya, mengemasnya, dan mempublikasikannya di Instagram. Kami bantu memasarkan lewat WhatsApp, dengan pengantaran gratis dalam radius 10 kilometer,” jelas Eri.

Melahirkan Yuk Tukoni bukan cuma-cuma. Segalanya butuh dana. Demi niat mulia menyalakan asa para pengusaha UMKM, sekitar Rp70 juta digelontorkan. Uang tersebut merupakan hasil patungan Eri, Revo, dan beberapa rekannya.

Menariknya, Eri tidak butuh waktu lama untuk merealisasikan Yuk Tukoni. Idenya muncul pada 1 April 2020, dan hanya butuh 12 hari untuk mewujudkannya. Niat baik akan dimudahkan jalannya, ternyata benar adanya.

Yuk Tukoni Lecut UMKM Kembali Bernapas

Eri bersama Tukoni/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu menjungkirbalikkan banyak hal. Di situasi yang tidak normal seperti itu, mengelola usaha lebih banyak tantangannya. Tak heran, beberapa pelaku UMKM angkat tangan.

Alhamdulillah, Yuk Tukoni yang digagas Eri bisa menjadi angin segar bagi para pegiat UMKM. Seperti Pak Amin yang hampir menyerah berjualan mi ayam, beberapa pengelola UMKM yang bergabung dengan Yuk Tukoni bisa kembali bernapas.

Kata Eri, bahkan ada seorang chef hotel yang kehilangan pekerjaan. Penyebabnya adalah efisiensi pihak hotel lantaran berkurang drastisnya tamu yang datang. Oleh Eri, sang chef disarankan membuat makanan yang bisa dijual dalam kemasan.

“Dari situ lahirlah gerakan kecil seperti “Dapur Hotel”, yang menjual makanan hasil olahan dapur hotel ke masyarakat umum,” imbuhnya.

Tak sekadar semangat berusaha, Tukoni juga menyalakan api belajar. Ada pelaku UMKM yang kemudian belajar packaging, branding, dan penamaan produk. Hasilnya, produk mereka lebih dikenal dan jadi lebih laku.

“Awalnya ada yang pesimis untuk bergabung, tapi ternyata pasarnya ada. Konsep Yuk Tukoni adalah membawa makanan khas ke rumah, agar bisa dimasak sendiri. Jadi, lebih higienis, aman, dan tetap lezat,” terang Eri.

Kreativitas di balik gerakan mendukung UMKM kembali bangkit di masa pandemi/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Di awal lahirnya platform Tukoni, mi ayam Bu Tumini yang sudah memiliki banyak pelanggan turut bergabung. Hal itu memicu aksi borong besar-besaran. Di hari pertama mi ayam Bu Tumini launching di Tukoni, order mie ayam sampai 2.000 porsi.

Makan makanan dari warung kesayangan rupanya jadi “kemewahan” saat pembatasan wilayah diberlakukan. Tak heran, Tukoni dianggap sebagai jembatan tepat bagi pembeli dan penjual.

Bagi yang ingin memasak sendiri di rumah, Yuk Tukoni siap memudahkan, tanpa perlu repot ke pasar. Di sini tersedia berbagai kebutuhan dapur, mulai dari aneka bumbu lengkap hingga bahan mentah yang sudah bersih dan siap diolah. Melalui Instagram @yuktukoni dan situs tukoni.id, siapa pun bisa menemukan produk lokal pilihan dengan mudah.

Satu Gerakan Penyambung Kehidupan

Revo dan Eri/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Semangat gotong royong mungkin dirasa kian menurun di era yang serba modern ini. Namun, ternyata semangat itu mengalir dalam darah anak-anak bangsa. Hal itu nyata tampak dari gerakan Yuk Tukoni. Di tengah situasi sulit saat pandemi, semangat gotong royong nyata terasa lewat gerakan ini.

Banyak orang saling membantu, bukan hanya untuk bertahan, tapi juga untuk tumbuh bersama. Pelaku UMKM dan warga bekerja sama menyediakan kebutuhan sehari-hari lewat satu wadah yang menghubungkan dengan pembeli.

Dari sini terlihat, gotong royong bukan sekadar kata-kata warisan lama. Lebih dari itu, gotong royong merupakan kekuatan nyata yang mampu menggerakkan ekonomi lokal dan menjaga harapan tetap hidup.

Yuk Tukoni bukan sekadar gerakan, tetapi juga wadah yang menyalakan asa bagi para pelaku UMKM lokal. Salah satu contohnya adalah Mangut Lele Mbah Marto, kuliner legendaris yang sempat merasakan beratnya masa pandemi.

Sebelum wabah melanda, warungnya selalu ramai dikunjungi pelanggan dari berbagai daerah. Namun, ketika pembatasan wilayah diberlakukan, jumlah pengunjung menurun drastis. Bahkan, Mbah Marto sempat menutup usahanya karena lokasi warung berada di area dengan mobilitas warga yang terbatas.

Syukurlah, ketika Mangut Lele Mbah Marto bergabung dengan Tukoni, pelangannya berbondong-bondong membeli. Laku keras! Ini adalah bukti nyata bahwa adaptasi bisa membawa dampak.

“Bagi keluarga, Yuk Tukoni membantu suplai makanan. Sedangkan bagi UMKM, itu penyambung kehidupan,” ucap Eri.

Tak hanya berfokus di sisi UMKM semata, Tukoni juga memikirkan cara memudahkan pembeli. Single storage jadi solusi, sehingga pelanggan tak perlu check out berkali-kali. Jadi, pembeli bisa beli berbagai jajanan ngehits hanya dari satu tempat. Artinya, hanya perlu sekali check out, sekali ongkir, dan sekali kirim.

Penghargaan Satu Indonesia Awards 2020 yang Makin Menyalakan Asa

Kolaborasi Revo dan Eri / Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Atas perjuangannya membantu UMKM di Yogyakarta menggeliat lagi, Eri dan Revo melalui Yuk Tukoni mendapat penghargaan Satu Indonesia Awards dari ASTRA. Bidang kewirausahaan untuk kategori khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19 diberikan pada mereka pada 2020.

Ketika mereka menjalani proses seleksi Satu Indonesia Awards, Eri dan Revo tidak memulai dengan keinginan untuk menang. Keinginan yang lebih menggelora adalah harapan untuk berdampak. Satu api kecil dari Yuk Tukoni diharapkan bisa lebih besar nyalanya, ketika semakin banyak orang yang tahu dan mendapat manfaatnya.

Lalu bagaimana menjadikan nyala api Yuk Tukoni semakin besar, bukankah itu artinya perlu meyakinkan masyarakat yang lebih banyak? “Dalam prosesnya, ide harus diwujudkan secara nyata. Dari gagasan ke implementasi, ada tahapan yang perlu direncanakan,” ucap Eri.

“Ide harus bisa dibuktikan fungsinya dan menjadi solusi. Ketika sudah terbukti menyelesaikan masalah, masyarakat tidak perlu lagi diyakinkan. Mereka akan percaya dengan sendirinya,” tambahnya.

Kata Eri, UMKM yang bergabung di Yuk Tukoni awalnya hanyalah “api kecil”. Bagaimana tidak? Peserta awalnya hanya sepuluh UMKM. Akan tetapi, seiring waktu berlalu, ada ratusan brand dan produk yang berjajar di etalase Yuk Tukoni.

Lima tahun telah berlalu sejak pandemi melanda dan lahirnya Yuk Tukoni. Hingga kini, api kecil yang dulu tumbuh dari semangat gotong royong itu masih terus menyala.

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020 menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan Yuk Tukoni. Apresiasi tersebut membuat gerakan ini semakin dikenal. Peluang berjejaring lebih luas dengan berbagai komunitas serta pelaku usaha di seluruh Indonesia pun kian terbuka.

Tukoni, menjadi ikhtoar “penyambung napas” UMKM di masa pandemi/ Foto: YouTube Tukoni Indonesia

Jika mulanya UMKM yang tergabung hanya yang berada di seputaran Yogyakarta, kini sudah meluas ke wilayah lainnya. Sebut saja Madiun, Semarang, dan kawasan Jawa Tengah lainnya. Pun dengan pembelinya. Sebelumnya, mayoritas pembeli dari Sleman dan Kota Yogyakarta. Saat ini, kebanyakan pembelinya berasal dari Ibukota.

“Kami merasa punya tanggung jawab agar gerakan ini tetap berjalan. Dulu kami menyeleksi produk secara ketat, terutama dari segi packaging dan kebersihan. Kini, semakin banyak UMKM yang berkembang dan mulai memperbaiki kualitas produknya,” tutur Eri.

Penutup

Dari dapur-dapur kecil dan obrolan antarwarga, Yuk Tukoni tumbuh menjadi jembatan antara pelaku usaha lokal dan masyarakat yang ingin berbagi kehidupan lebih baik. Kini, gerakan itu bukan hanya soal jual beli. Lebih dari itu, Yuk Tukoni juga berkisah tentang semangat gotong royong yang tak pernah padam.

Ucapa Eri, sang founder Yuk Tukoni, benar. Jangan remehkan satu langkah kecil, karena kadang dari sanalah lahir kobaran besar yang mampu menggerakkan banyak hati.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah turut menyalakan api kecil yang bisa membawa terang bagi sekitar?

Referensi

Astramagz. (2020, Oktober). Penggandeng UMKM Kuliner Yogyakarta.

Jayakartanews.com. (2020, Desember 29). Platform e-commerce  “Tukoni” Melawan Kebangkrutan di Tengah Pandemi. https://jayakartanews.com/platform-e-commerce-tukoni-melawan-kebangkrutan-di-tengah-pandemi/

#kabarbaiksatuindonesia

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.