Belajar dari Luka Bakar Suami: Refleksi dan Tips Pertolongan Pertama yang Benar

Dimsum mentai dan salmon rice mentai siang itu sebenarnya menggoda. Namun selera makan saya hilang seketika. Bukan karena masakannya gagal, tapi karena insiden yang bikin deg-degan: suami saya mengalami luka bakar di tangan gara-gara torch dapur.

Niatnya ingin membantu memanggang topping mentai, eh malah api menyembur sebelum torch terpasang sempurna. Dari kejadian ini, saya jadi belajar pentingnya pengetahuan tentang pertolongan pertama luka bakar yang benar.

Peristiwa bermula ketika saya minta tolong suami untuk memasang torch di gas mini portable yang baru saya beli. Ya, di Ahad pagi yang cerah itu, saya berjibaku di dapur untuk memenuhi permintaan anak-anak: makan dimsum mentai dan salmon rice mentai sepuasnya.

Ketika saya sibuk menata dimsum dan nasi di wadahnya, suami bertanya bagaimana cara menyalakan torch-nya. Hmm, sepertinya dia lupa. Sambil memunggungi dia, saya bilang, “Tinggal pencet saja sih, Yah.”

Rupanya, torch belum terpasang sempurna, sehingga gas keluar. Ketika tombol pemantik ditekan, “blarr” api besar langsung menyambar. Suami melempar gas portabel ke lantai. Melihat posisi gas yang menyala di depan tempat sampah yang penuh kertas, suami panik.

Sedangkan saya sebenarnya sudah melesat mengambil keset kain dan bersiap membasahinya dengan air. Rencananya akan saya tutup gas tersebut dengan keset basah itu. Seingat saya, begitulah cara ibu saya dulu memadamkan api saat kompor di rumah meledak.

Namun, suami bertindak lebih cepat. Dengan keberanian penuh, dia ambil kembali gas tersebut dan dilempar ke kamar mandi yang basah. Beruntung, api langsung padam. Sedangkan suami lantas mencelupkan tangannya ke ember di kamar mandi yang penuh air.

Salah Kaprah Pertolongan Pertama Luka Bakar: Direndam Air Es

pertolongan pertama luka bakar
Lepuhan luka bakar/ Foto: Nurvita Indarini

Saya menghampiri suami sambil gemetar. Tiga jarinya terlihat memutih, begitu juga sebagian tangan kanannya. Ia berusaha menahan nyeri, tapi dari raut wajahnya, saya tahu rasa sakit itu luar biasa.

Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengambil es batu dari freezer dan merendam tangannya ke dalam air es. Logikanya sederhana: yang panas harus dilawan dengan yang dingin, ‘kan?

Padahal, sebelumnya saya tahu persis bahwa pertolongan pertama untuk luka bakar adalah mengalirkan air bersih suhu normal, bukan air es. Saya pernah membaca informasinya, bahkan sempat ikut webinar parenting yang membahas pertolongan pertama di rumah. Tapi ya, semua teori itu seperti menguap begitu saja saat panik datang.

Yang ada di kepala saya hanya satu: “Gimana caranya biar rasa sakitnya cepat hilang?” Maka saya pun mengambil es batu dan langsung merendam tangannya. Sekarang kalau diingat, rasanya benar-benar bodoh. Sudah tahu ilmunya, tapi tetap salah langkah juga.

Dari sinilah saya belajar satu hal penting, bahwa pengetahuan saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan ketenangan. Panik bisa membuat kita bertindak instan, tanpa berpikir logis. Seandainya saya lebih tenang, mungkin saya langsung menyiram luka dengan air mengalir, bukan merendamnya dalam air es.

Risiko yang Terjadi Saat Merendam Luka Bakar dengan Air Es

pertolongan pertama luka bakar
Penampakan luka bakar di jari suami saya/ Foto: Nurvita Indarini

Saya bersyukur, meskipun panik, tapi masih bisa berpikir cukup jernih untuk langsung membawa suami ke rumah sakit. Dengan sepeda motor, saya antar suami ke rumah sakit terdekat. Di sana, dokter umum langsung menangani lukanya.

Tiga jari tangan kanan dan sebagian tangannya dibersihkan, lalu diperban untuk mencegah infeksi. Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata suami mengalami luka bakar derajat 2 hingga 3.

Alhamdulillah tidak perlu rawat inap. Oleh dokter, suami diberi antiseptik oles, obat anti radang, pereda nyeri, dan vitamin saraf agar pemulihannya optimal.

Dokter juga menjelaskan bahwa merendam luka bakar ke dalam air es justru bisa memperparah kerusakan jaringan kulit. Suhu es yang ekstrem dapat menyebabkan vasokonstriksi, yaitu penyempitan pembuluh darah secara tiba-tiba.

Akibatnya, aliran darah ke area luka menjadi terhambat. Alhasil, proses penyembuhan malah melambat. Dalam kasus tertentu, air es bahkan bisa menimbulkan luka dingin tambahan alias cold burn, layaknya radang beku ringan pada jaringan.

“Air mengalir bersuhu normal sekitar 15-25 derajat Celcius adalah penanganan paling aman untuk luka bakar ringan,” terang Bu Dokter.

Air ini membantu menurunkan suhu kulit secara perlahan tanpa menyebabkan shock pada jaringan. Idealnya, luka disiram air mengalir selama 10 hingga 20 menit pertama setelah kejadian, lalu dikeringkan secara lembut dan dibalut kain bersih.

Jadi, meski maksud saya waktu itu ingin menenangkan rasa sakit, langkah merendam dengan air es ternyata keliru. Dari kejadian ini, saya belajar: pertolongan pertama yang salah bisa menunda penyembuhan dan bahkan memperparah kondisi luka.

Pertolongan Pertama Luka Bakar Ringan yang Tepat

Foto luka bakar
Penampakan luka bakar setelah lepuhan pecah/ Foto: Nurvita Indarini

Setelah kejadian itu, saya mulai serius mencari tahu seperti apa penanganan luka bakar yang benar. Bukan cuma sebagai pelajaran dari insiden torch dapur, tapi juga bekal penting kalau suatu hari kejadian serupa menimpa anak-anak atau anggota keluarga lainnya.

Berikut ini adalah langkah-langkah pertolongan pertama untuk luka bakar ringan, seperti dikutip dari Mayo Clinic.

1. Segera Siram Luka dengan Air Mengalir Bersuhu Normal

Jika kulit terkena panas atau api, segera siram bagian yang terbakar dengan air mengalir bersuhu ruang atau sekitar 15-25 derajat Celcius selama 10 hingga 20 menit. Ini penting untuk menghentikan proses “memasak” di jaringan kulit dan mencegah luka makin dalam.

Hindari menggunakan es batu, pasta gigi, mentega, minyak, atau bahan lain yang sering disebut dalam mitos. Bahan-bahan tersebut justru bisa memperparah luka dan memicu infeksi.

2. Lepaskan Perhiasan di Area Luka

Jika ada cincin, gelang, atau jam tangan di dekat area yang terbakar, segera lepaskan sebelum terjadi pembengkakan. Pembuluh darah bisa menyempit dan menyebabkan sirkulasi terhambat jika dibiarkan.

3. Jangan Pecahkan Lepuhan

Lepuhan adalah mekanisme alami tubuh untuk melindungi jaringan kulit yang sedang pulih. Jangan dipecahkan, karena bisa membuka jalan bagi kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Jika lepuh membesar atau terasa sangat nyeri, segera konsultasikan ke dokter.

4. Tutup Luka dengan Kain Bersih

Gunakan kasa steril atau kain bersih untuk menutup luka, terutama sebelum mendapat penanganan medis. Perban ini berfungsi melindungi luka dari gesekan, kotoran, dan udara luar yang bisa memperparah rasa sakit.

5. Jangan Paksa Melepas Pakaian yang Menempel di Luka

Jika pakaian melekat di kulit yang terbakar, jangan coba dilepas paksa. Potong bagian kain di sekitar luka dan biarkan tenaga medis menangani sisanya. Melepas paksa bisa menyebabkan kerusakan jaringan lebih parah.

Perawatan Setelah Pertolongan Pertama Luka Bakar

Foto luka bakar
Kondisi luka bakar setelah lebih dari dua pekan/ Foto: Nurvita Indarini

Setelah luka bakar ditangani dengan tepat, langkah selanjutnya adalah memastikan perawatan luka yang benar agar proses penyembuhan berjalan optimal dan terhindar dari infeksi. Berikut panduan perawatan luka bakar ringan hingga sedang berdasarkan anjuran medis:

1. Bersihkan Luka Sesuai Instruksi Dokter

Jika sudah ke dokter, luka biasanya akan dibersihkan menggunakan cairan antiseptik atau larutan garam steril (NaCl). Hindari membersihkan sendiri tanpa panduan medis, apalagi dengan alkohol atau antiseptik keras, karena bisa memperparah iritasi.

2. Gunakan Obat Oles Sesuai Resep

Dokter biasanya meresepkan salep antiseptik atau antibiotik topikal seperti silver sulfadiazine atau povidone-iodine untuk mencegah infeksi. Oleskan tipis dan merata sesuai dosis. Jangan berlebihan agar kulit tetap bisa “bernapas”.

3. Ganti Perban Secara Teratur

Jika luka diperban, pastikan untuk mengganti perban setiap hari atau sesuai anjuran dokter. Gunakan kasa steril, dan cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti perban untuk mencegah kontaminasi.

4. Konsumsi Obat Sesuai Resep

Untuk luka bakar derajat 2–3, dokter biasanya akan memberikan obat pereda nyeri (analgesik), obat antiinflamasi, dan vitamin saraf seperti B1, B6, dan B12 untuk mempercepat regenerasi jaringan.

5. Jaga Luka Tetap Bersih dan Kering

Hindari membasahi luka terlalu sering, terutama saat mandi. Gunakan plastik pelindung bila perlu. Air yang kotor bisa memicu infeksi dan memperlambat penyembuhan.

6. Perhatikan Tanda-Tanda Infeksi

Waspadai jika muncul tanda-tanda seperti:

  • Luka semakin merah atau bengkak
  • Keluar cairan berwarna atau berbau
  • Demam atau menggigil
  • Rasa nyeri semakin intens

Jika mengalami gejala tersebut, segera konsultasikan kembali ke dokter.

7. Hindari Paparan Matahari Langsung

Kulit yang sedang dalam proses penyembuhan menjadi sangat sensitif. Lindungi area luka dari sinar UV agar tidak memperparah kerusakan kulit atau meninggalkan bekas permanen.

8. Konsumsi Makanan Tinggi Protein dan Vitamin C

Protein dan vitamin C penting untuk mempercepat penyembuhan jaringan kulit. Ikan, telur, ayam, tahu, tempe, serta buah segar seperti jeruk dan pepaya sangat dianjurkan.

9. Gunakan Pelembap Saat Luka Mulai Kering

Setelah luka menutup dan tidak terbuka lagi, kulit bisa menjadi sangat kering. Salep pelembap yang direkomendasikan dokter dapat membantu mengurangi rasa gatal dan mencegah pengelupasan berlebihan.

10. Jangan Menggaruk atau Mengelupas Kulit

Meskipun terasa gatal, mengelupas kulit secara paksa bisa memperlambat penyembuhan dan meninggalkan bekas luka yang lebih parah.

11. Hindari Produk yang Tidak Jelas Kandungannya

Jangan sembarangan mengoleskan krim, salep herbal, atau minyak esensial yang belum teruji secara medis. Pastikan kamu sudah konsultasi ke dokter sebelumnya.

12. Batasi Aktivitas Berat

Misalnya tangan yang sedang dalam masa penyembuhan digunakan mengangkat benda berat atau memasak tanpa pelindung. Luka bisa terbuka kembali dan memperlambat pemulihan.

13. Waspadai Nyeri Mendadak

Jika setelah beberapa hari nyeri justru muncul atau bertambah parah, bisa jadi ada infeksi tersembunyi. Jangan ditunda, segera periksa kembali ke dokter.

Baca juga tulisan kesehatan lainnya, kali ini terkait cacar air: Apakah Cacar Air Boleh Mandi? Bongkar 8 Mitos dan Faktanya!

Penutup

Sejak kejadian luka bakar yang dialami suami, saya jadi jauh lebih waspada dan banyak belajar. Ternyata, tahu teori saja tidak cukup, karena dalam kondisi panik, mudah sekali mengambil keputusan yang salah. 

Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa persiapan mental dan pengetahuan praktis itu penting. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang tercinta di rumah.

Semoga pengalaman kami bisa jadi pelajaran berharga juga buat Mama semua. Simpan atau bagikan artikel ini, siapa tahu suatu hari bisa menyelamatkan orang yang Mama sayangi. Dan kalau Mama pernah mengalami hal serupa, yuk berbagi cerita di kolom komentar, biar kita bisa saling belajar dan saling menguatkan.

Referensi

Mayo Clinic. “Burns: First Aid,” https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-burns/basics/art-20056649, diakses pada 25 Juli 2025.

AAD. “How to Treat a First-Degree, Minor Burn,” https://www.aad.org/public/everyday-care/injured-skin/burns/treat-minor-burns, diakses pada 25 Juli 2025.

NHS. “Recovery: Burns and Scalds,” https://www.nhs.uk/conditions/burns-and-scalds/recovery/, diakses pada 25 Juli 2025.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.