Refleksi: Kadang Perilaku Kita Mengundang Julid Orang Lain
Pernah nggak dijulidin orang lain, Ma? Jika pernah, pasti sedih dan kesal sekali ya rasanya. Kita sendiri yang menjalani hidup, eh orang lain sembarangan berkomentar hingga bikin kuping merah.
Oh ya, sebelum kita obrolin lebih jauh tentang julid, cari tahu dulu yuk arti dari istilah itu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, julid artinya iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, biasanya dilakukan dengan menulis komentar, status, atau pendapat di media sosial yang menyudutkan orang tertentu.
Kadang komentar julid orang lain itu tidak langsung ditujukan kepada kita. Komentar tersebut sering kali disampaikan melalui status atau story seseorang, sehingga kesannya menyindir. Gimana ya, nggak ingin merasa tersindir tapi kok ya berasa banget sindirannya. Hu-hu-hu apa saya yang kebaperan ya.
Nah, melalui tulisan ini, saya ingin berefleksi. Kita nggak ingin dijadikan bahan julid orang lain. Namun, terkadang tanpa disadari ada perilaku yang mengundang julid. Apa saja perilaku itu?
Sering Curhat di Media Sosial
Kala galau melanda, curhat bisa sedikit menenangkan jiwa. Namun, sebaiknya kita jangan sembarangan curhat di media sosial, Ma. Media sosial yang tanpa batas membuat curhatan kita leluasa dibaca siapa saja.
Misalnya nih, Ny. A curhat di media sosial bahwa suaminya ketahuan berada di kamar hotel dengan sahabatnya. Ny. A lantas menumpahkan sedih dan kecewanya di media sosial. Selanjutnya, mungkin dia akan kebanjiran simpati.
Banyak orang yang merasa kasihan, lalu menyampaikan aneka pertanyaan padanya. Sayangnya, sering kali pertanyaan itu tidak semuanya bentuk kepedulian, tetapi kepo semata. Lebih parahnya lagi, informasi yang diberikan justru jadi bahan gosip.
Baca ini juga yuk: Film Tilik, Kita Seperti Bu Tejo atau Yu Ning?
Bagi yang iri, derita yang dirasakan Ny. A dianggap sebagai tontonan mengasyikkan. Mereka lalu merasa bisa menghakimi perilaku Ny. A selayaknya hakim di persidangan. Kata-kata sindiran disampaikan di media sosial, padahal tidak tahu persis apa yang terjadi di dalam rumah tangga Ny. A.
So, menurut saya, kita perlu pilih dan pilah hal apa yang jadi bahan curhat di media sosial. Jangan sampai terlalu terbuka di dunia maya, sehingga orang yang tidak betul-betul kenal jadi tahu masalah kita dan malah julid.
Curhat pada Semua Orang Picu Julid Orang Lain
Curhat pada semua orang juga salah satu perilaku mengundang julid orang lain. Saya pernah nih ketemu orang yang sedang mengalami masalah. Dia lalu menceritakan permasalahan yang dihadapi di grup WhatsApp, juga kepada tetangga sekitar.
Saya tidak tahu persis apa tujuannya semua orang dicurhati. Apakah karena ingin mendapat simpati atau benar-benar sedang mencari jalan keluar. Semua orang pun jadi tahu masalah yang dia hadapi. Lagi-lagi, bila ada orang yang tidak suka sama kita, informasi pribadi seperti ini bisa jadi bahan julid yang aduhai.
Menurut saya, saat ada masalah sebaiknya curhat pada orang yang benar-benar dipercaya saja. Jangan sampai masalah kita jadi konsumsi publik dan akhirnya bikin nggak nyaman diri sendiri.
Julid Duluan Mengundang Julid Orang Lain
Kadang ya, Ma, seseorang kesal karena jadi bahan julid orang lain. Padahal tanpa disadari dia julid duluan.
Misalnya nih ya, Ny. A berkomentar miring tentang selebriti B yang menurutnya aji mumpung. Komentar ini dia sampaikan di media sosial. Nah, saking nyelekitnya julidan yang dia lontarkan, orang lain pun balas melempar julid untuknya.
Pada saat jadi bahan julid, Ny. A bersikukuh dirinya hanya membicarakan fakta, serta tidak bermaksud julid dan menyinggung siapa pun. Dia akhirnya merasa dizalimi oleh kata-kata julid orang lain yang ditujukan padanya.
Hmm, kita memang harus rajin-rajin bercermin agar tidak menganggap diri ini lebih hebat dari orang lain. Ketika ujub hinggap di diri, maka kita akan merasa superior sehingga “berhak” melontarkan kata-kata julid pada orang lain.
Berperilaku Berlebihan atau Tak Sesuai Norma
Namanya hidup di tengah masyarakat tentu kita nggak bisa seenaknya, harus jaga sikap. Jika kita terlalu cuek dengan mengesampingkan norma dan berperilaku berlebihan, maka diri kita sedang mengundang julid.
Suatu kali ada tuh teman perempuan yang pakai bajunya minim sekali. Pakaian itu dipakai saat sedang kumpul bareng di warung bakso. Gara-gara salah kostum, dia jadi bahan julid deh.
Contoh lainnya ada orang yang gemar parkir mobil di pinggir jalan sempit. Hal itu bikin pengguna jalan merasa nggak leluasa lewat. Akhirnya si pemilik mobil pun dijulidin orang-orang yang lewat.
Semua Hal Di-share di Media Sosial
Hadirnya media sosial membuat seseorang lebih mudah terhubung dengan orang lain. Terkadang melalui media sosial kita bahkan bisa bertemu dengan teman-teman lama. Kita pun bisa bertemu dengan teman-teman baru yang bahkan belum pernah ditemui di dunia nyata.
Media sosial memfasilitasi “eksistensi” seseorang. Hal ini membuat kita sering mengunggah apa pun di media sosial. Semua hal yang kita lakukan bisa di-share di media sosial. Saat liburan, saat wisata kuliner, bahkan aktivitas sehari-hari juga dibagikan.
Disadari atau tidak, aktivitas itu bisa mengundang julid orang lain. Ya, tidak semua orang suka sama kita. Bagi yang tidak suka, apa pun tentang kita akan selalu dipandang negatif. Ketika terlalu berlebihan berbagi apa pun di media sosial, itu menjadi “amunisi” julid orang lain.
Sering saya dengar atau baca ujaran, “Kayak gitu aja di-share, ngalah-ngalahin artis.” Atau, “Yaelah makan di situ aja pakai diposting segala, norak banget semua diposting.”
Baca tulisan ini juga yuk: Ketika Realita Vs Ekspektasi Berbuah Kekecewaan
Ucapan dan pendapat orang lain memang tidak bisa kita kontrol ya, Ma. Kita berbuat baik saja kadang masih dijulidin. Satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah perilaku dan ucapan kita.
Saya tuh orangnya gampang baper. Dikatain hal negatif sama orang lain, kepikirannya bisa lama sekali. Itu yang bikin kadang saya takut mau post sesuatu di media sosial. Namun, akhirnya saya memilih untuk memilah apa-apa saja yang perlu dibagikan dan yang tidak.
Semoga yang kita share di media sosial ada sedikit manfaatnya bagi orang lain. Ketika posting hal yang bermanfaat tapi masih jadi bahan julid orang lain ya sudah biarkan saja. Insya Allah proses transfer pahala sedang berlangsung. Apa pun yang dilakukan lillahi ta’ala. Semoga Allah rida.
Intinya bersihkan pikiran ya mbak, jangan julid pada orang lain dan tidak overthinking pada kejulidan orang lain.
Bagus mbak tulisannya
Masyaallah makasih Mbak Tami, sudah mampir dan baca. He-he-he iya, Mbak, kita fokus benahi diri aja. Kalau orang lain masih julid itu urusan mereka 😀
Kita gak bisa ngatur orang buat gak julid ke kita, soalnya kadang penyebab orang julid bukan cuma karena kitanya yg salah, tapi memang orang itu yg ngerasa iri atau sok tau sama kita hehehe
Betuuul, Kak. Kita nggak bisa kontrol ucapan dan perilaku orang lain, hanya diri sendiri yang bisa kita kontrol. Kalau masih banyak yang iri, semoga hati orang lain itu dilembutkan dan dibersihkan he-he-he.