Novel Lupus dan Kenangan Perpustakaan Masa Kecil
Adakah Mama yang besar di tahun 90-an? Jika ada, pasti familiar dengan novel Lupus karya Hilman Hariwijaya. Novel yang sering saya pinjam dari perpustakaan.
Saya kenal novel Lupus waktu SMP. Kala itu saya baca Lupus Kecil, lalu berlanjut ke Lupus ABG. Di novel seri Lupus Kecil berbagai judul itu sering ada tebak-tebakan konyol. Kadang tebakannya tuh garing. Hanya saja pada zamannya, seru juga. He-he-he.
Misalnya ini nih:
Cabe keriting lebih mahal dari cabe biasa, kenapa hayo?
Karena ongkos ke salon untuk mengeriting lebih mahal.
Apa bedanya nenek keriput dengan Mobil penyok?
Mobil penyok kalo diketok mulus lagi. Kalo nenek keriput diketok: tewas.
Masyallah, penulis Lupus Kecil super kreatif bikin tebakannya. Karyanya menghibur sekali. Meski sudah lama nggak baca Lupus, tetapi kabar berpulangnya Hilman Hariwijaya tetap bikin sedih. Terima kasih Mas Hilman, karyanya sangat menghibur dan menceriakan hari-hari saya di masa kecil dan remaja.
Pinjam Novel Lupus di Perpustakaan Daerah
Sejak TK hingga SMA, saya bersekolah di kota kecil di Jawa Tengah, Cilacap. Ketika menjalani hari-hari di SMP Negeri 1 Cilacap, bacaan saya yang semula didominasi majalah Bobo mulai bertambah.
Saya mulai membaca novel anak dan komik. Trio Detektif, karya-karya Enid Blyton, komik Topeng Kaca, komik Seven Magic, dan novel Lupus adalah beberapa bacaan yang diakrabi setiap hari.
Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap menjadi semacam surga bagi saya. Di situlah aneka buku bacaan anak modern pada zamannya dapat saya akses. Sampai-sampai saya “sohiban” dengan penjaga perpustakaannya. Ketika ada rencana pembelian buku anak baru, dia akan selalu memberi tahu.
Saya biasanya mampir ke Perpustakaan Daerah sepulang sekolah bersama teman-teman lainnya. Jarak sekolah dan Perpustakaan Daerah sekitar 1,5 – 2 kilometer. Kami mengandalkan angkutan kota untuk menjangkaunya.
Sementara itu, jarak rumah saya ke Perpustakaan Daerah sekitar lima kilo meter. Jika libur sekolah, saya dan adik berboncengan naik sepeda pergi ke Perpustakaan Daerah. Apalagi saat libur di bulan puasa, kami senang sekali menghabiskan waktu di sana. Adem, banyak buku. Menyenangkan!
Sosok Lupus
Novel Lupus mengisahkan tokoh laki-laki bernama Lupus. Ceritanya menggelitik karena mengisahkan problematika dan kekonyolan anak-anak dan remaja pada zamannya.
Lupus digambarkan senang makan permen karet dan memiliki rambut jambul gaya Duran Duran. Berikut ini beberapa novel Lupus yang pernah berjaya dan kemunculannya selalu ditunggu-tunggu penggemarnya.
- Tangkaplah Daku Kau Kujitak (November 1986)
- Cinta Olimpiade (Februari 1987)
- Makhluk Manis dalam Bis (Juni 1987)
- Tragedi Sinemata (Oktober 1987)
- Topi-Topi Centil (Maret 1988)
- Bangun Dong, Lupus (Agustus 1988)
- Sandal Jepit (Juni 1989)
- Iiih, Syereem! (Juli 1990)
- Idiiih, Udah Gede (Desember 1990)
- Drakuli Kuper (Ih, Syereem Part 2) (Maret 1992)
- Lupus’n Work (Maret 1994)
- Interview With The Nyamuk (Mei 1995)
- Yang Paling Oke (September 1995)
- Cowok Matre (Juni 1996)
- Mission : Muke Tebel (Maret 1997)
- Gone With The Gossip (Oktober 1997)
- The Lost Boy: Salah Culik (1998)
- Kutukan Bintik Merah (1998)
- Krismon (1998)
- Sereem (Ih,Syereem Part 3) (1999)
- Boys Don’t Cry (1999)
- Bunga Untuk Poppy (1999)
- Candlelight Dinner (2000)
- Lupus Milenia 1 – Boneka di Taman Sekolah (2001)
- Lupus Milenia 2 – BeTe (2002)
- Lupus Milenia 3 – PDKT (2002
- Cinta Seorang Seleb (2005)
- Lupus Return : Cewek Junkies (2007)
- Bangun Lagi Dong Lupus (2013)
Kisah Lupus pernah difilmkan sekitar tahun 1987. Judul filmnya: Tangkaplah Daku Kau Kujitak. Aktor Ryan Hidayat dipilih memerankan sosok Lupus.
Kisah Lupus juga pernah dibikin serial layar kaca sekitar tahun 1999-2000 awal. Nama sinetronnya: Lupus Milenia dan tayang di Indosiar. Irgi Achmad Fahrezi didaulat menjadi pemeran Lupus di awal tayangnya.
Taman Bacaan, Perpustakaan Kecil di Sekitar Rumah
Di era 90-an hingga awal 2000-an, perpustakaan kecil sekitar rumah yang jamak disebut taman bacaan masih banyak ditemukan. Konon, taman bacaan yang juga dikenal sebagai rental komik mulai menjamur mulai tahun 1970-an. Tempat-tempat itu serupa oase bagi anak-anak untuk mencari bahan bacaan terkini.
Seingat saya, harga sewa buku di taman bacaan tahun 90-an sekitar 200 hingga 500 rupiah. Harganya tergantung jenis dan keterbaruan buku. Saat hendak meminjam, harus membuat kartu anggota terlebih dahulu. Nantinya ada catatan tanggal peminjaman dan pengembalian buku. Bila terlambat mengembalikan, maka harus membayar sejumlah denda.
Saya ingat, dulu jadi pelanggam taman bacaan yang dikelola seorang bapak disamping toko kelontongnya. Meski tempatnya kecil, tapi banyak buku yang saya suka di sana. Kendati tidak ada tempat duduk, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sana.
Di taman bacaan itu, bila kita meminjam lima buku, maka gratis biaya sewa untuk satu buku. Saya pun merasa untung besar kala itu. Hmm, sekarang tempatnya jadi apa ya?
Baca tulisan ini juga yuk: Nostalgia 5 Buku Bacaan Anak Terfavorit pada Zamannya
Hilman Hariwijaya memang telah berpulang, tetapi karyanya tetap abadi. Tulisannya akan dikenang, dan kisahnya akan disimpan dengan baik oleh mereka yang pernah tumbuh bersama karya Hilman. Antara lain karena Lupus-lah, saya jadi rajin ke perpustakaan. Mencari novel lupus di antara buku yang berjajar, lalu dalam sekejap turut masuk ke dunia Lupus.
Dari 29 buku Lupus yg ditulis di atas, sepertinya banyak juga yang saya baca… ngebanyolnya Mas Hilman itu mewarnai masa remaja banyak orang ya, alfatihah buat almarhum. Toss Mbak Vita… saya juga pinjam buku Lupus di perpustakaan daerah dulu itu ^^
Aaa bener banget, Mbak, bikin masa-masa itu semakin berwarna yaa…