Memaknai Tengkorak Manusia, Sebuah Diskusi dengan si Kecil
Gambar tengkorak terpampang di hadapan saya. Tulang kening yang menonjol, tulang rawan bagian hidung dan telinga yang hilang, serta gigi geligi yang terlihat besar. Gambar yang saya lihat adalah tengkorak manusia hidup, milik anak saya.
“Seram ya, Ma, melihat gambar tengkorak Taqi,” komentar si sulung. Rupanya dari tempatnya tidur, dia pun bisa melihat gambar tengkorak tersebut.
Jadi, gambar tengkorak itu merupakan hasil dari CT scan dan 3D bone. Tindakan itu diambil untuk melihat adakah cedera di kepala anak saya setelah dia jatuh dari sepeda. Kepalanya memang sempat terbentur aspal.
Dari pemeriksaan diketahui anak saya mengalami edema serebri ringan. Edema serebri atau edema serebral adalah pembengkakan atau peradangan yang merupakan respons alami tubuh terhadap cedera. Alhamdulillah, tidak perlu intervensi apa pun, karena nantinya akan membaik sendiri.
“Ternyata hidung Taqi agak miring ya, Ma. Kelihatan banget tuh di gambar tengkorak Taqi,” ucapnya lagi dengan wajah sedih.
“Oh gitu, tapi kalau Mama lihat hidung Taqi lurus-lurus saja. Mm, tapi kalau memang agak miring, tidak mengurangi fungsi pernapasan Taqi ‘kan? Ini adalah sebaik-baik pemberian Allah untuk Taqi. Mama pernah lihat ada anak yang jari kaki kanannya bukan lima, tapi enam. Ya sudah, memang begitulah yang Allah kasih. Alhamdulillah, Nak,” respons saya.
Tengkorak Manusia Dibungkus Daging dan Kulit
Setelah CT scan, Taqi dirawat di rumah sakit untuk observasi. Di sini, diskusi kecil tentang tengkorak manusia masih berlangsung. Masyaallah, saya jadi bermuhasabah juga.
“Tengkorak Mama juga pasti seperti Taqi ‘kan, seram begitu?” tanya si sulung.
Saya bilang, semua tengkorak manusia sekilas sama. Bahkan jika ada sekumpulan orang-orang yang dikenal, tengkoraknya akan sulit dikenali orang awam.
“Sekarang, saat kita masih hidup, tampak cantik dan ganteng. Padahal nanti saat kita sudah meninggal dan dikubur, daging dan kulit akan menghilang. Yang tersisa hanya tengkorak dan tulang belulang saja,” imbuh saya.
Seseorang bisa saja punya hidung mancung. Akan tetapi, kelak tulang rawan di hidungnya akan hilang. Kulit mulus nan glowing yang dibanggakan juga tidak akan tersisa.
“Nggak ada gunanya kita menyombongkan wajah yang saat kita hidup ini tampak sempurna, sehingga merasa lebih baik dari orang lain, Nak. Sejatinya wajah yang dianggap rupawan dan tidak rupawan itu sama, tengkorak yang dilapisi daging dan kulit,” tambah saya.
Mentadaburi Surah tentang Proses Penciptaan Manusia
Proses penciptaan manusia antara lain dijelaskan dalam surah Al-Mu’minun ayat 12 hingga 14. Dalam surah diterangkan bahwa manusia diciptakan dari saripati yang berasal dari tanah.
Selanjutnya, saripati tersebut dijadikan nutfah (air mani) seorang lelaki dan nutfah seorang wanita. Keduanya kemudian bertemu dalam proses pembuahan, yang kemudian tersimpan dalam tempat kokoh, yaitu rahim seorang perempuan.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjelaskan kepada orang Yahudi, bahwa nutfah laki-laki sifatnya lebih keras dan nantinya akan berubah menjadi tulang dan urat saraf. Sedangkan nutfah wanita sifatnya lebih halus dan nantinya akan membentuk daging dan darah.
Hal tersebut disebutkan dalam hadits Musnad Ahmad. Hadits itu bersumber dari Husain ibn al- Hasan yang telah menceritakan kepada Abu Kudainah dari Ata ibn as-Sa’ib dari al-Qasim ibn Abdurrahman dari Ayahnya dari Abdullah.
“Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Q.S. Al-Mu’minun ayat 14.
Sementara itu, dalam surah Al-Alaq ayat 1-2, Allah SWT berfirman, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”
Al-Qur’an menyebut manusia diciptakan dari segumpal darah, terkadang dinyatakan manusia diciptakan dari tanah, juga terkadang dari air mani. Hal ini menunjukkan bahwa sejatinya penciptaan manusia itu melalui proses dan periode. Hingga seorang manusia lahir dari rahim ibunya, harus melewati semua tahapan yang telah ditentukan Allah.
Jadi, setiap tahapan bukan dimaksud sebagai awal penciptaan manusia. Setiap tahapan merupakan permulaan bagi tahapan berikutnya. Nah, semua tahapan yang ada merupakan rangkaian proses penciptaan manusia. Masyaallah.
Penutup
Melihat gambar tengkorak manusia hasil CT scan dan 3D bone si kecil menimbulkan rasa syukur yang berlimpah. Maha Baik Allah memberikan anggota tubuh dengan fungsinya masing-masing dengan sangat baik.
Bagi saya pribadi, tidak perlu sedih saat melihat kerut tipis mulai terlihat di beberapa bagian wajah. Bukankah kulit saya pun pernah mengalami masa keemasannya?
Bukankah semua hal tidak ada yang abadi, termasuk kulit nan kencang dan glowing? Nyatanya daging dan kulit hanyalah pembungkus tulang.
“Nggak apa-apa ya, Ma, kulit Taqi gelap, hidung Taqi juga nggak terlalu mancung. Yang penting kan fungsinya. Kalau dilihat tengkorak Taqi dan Ronaldo (pemain sepakbola favoritnya) juga pasti sekilas sama ‘kan,” celetuknya si kecil sebelum mengakhiri diskusi malam itu.
Betul, Nak. Segala hal yang Allah titipkan pada kita, semoga selalu bisa menjadi jalan untuk mendapat rida-Nya. Semua titipan ini, nantinya akan diambil Pemiliknya. Titipan ini nantinya akan kita pertanggungjawabkan. Sudah siap?
Referensi
republika.co.id. “Alquran dan Sains: Penciptaan Manusia (3)”, https://khazanah.republika.co.id/berita/loz54s/alquran-dan-sains-penciptaan-manusia-3
detik.com. “Bagaimana Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an?” https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6516304/bagaimana-proses-penciptaan-manusia-menurut-al-quran
kumparan.com. “Bacaan Surat Al-Mu’minun Ayat 12-14 Lengkap dengan Artinya”, https://kumparan.com/berita-update/bacaan-surat-al-muminun-ayat-12-14-lengkap-dengan-artinya-1xO3CWmwRBK/full
Masyaallah. Apalah fisik manusia ini, jika bukan karena Alla yang memberikannya kemampuan agar bisa berfungsi dengan normal.
Masyaallah, tiap kejadian sesungguhnya bisa menjadi bahan muhasabah diri asal kita bisa sedikit peka. Saya pun sudah di pertengahan 30-an, tentunya kulit sudah tidak seperti dulu. Disyukuri saja bahwa kita sudah diberi kesempatan sejauh ini. Alhamdulillah.
Masha Allah, bisa jadi obrolan yang menyenangkan dan penuh pembelajaran bagi kita dan anak. Semoga kalau anakku besar nanti, bisa ngobrol bermanfaat begini.