Hampir 3 Tahun Resign, dan Saya Masih Menulis
Februari 2019 lalu adalah keputusan besar dalam hidup saya. Resign dipilih setelah bertahun-tahun setia pada profesi di dunia reportase dan tulis-menulis. Namun, resign tidak lantas membuat jari-jari ini menjauh dari keyboard laptop dan pena. Saya masih menulis.
Saya menekuni dunia reportase sejak belasan tahun lalu. Sebuah media online ternama di Tanah Air menjadi rumah kedua sekian lama. Sebagai penulis, suatu kebanggaan jika tulisannya dibaca banyak orang ya. Dulu sepertinya mau menulis apa saja pasti selalu banyak yang baca. Semenyenangkan itu.
Nah, ketika surat resign diajukan, seorang Direktur memberikan pesan. “Kamu harus tetap menulis ya. Kelak, kamu bisa kembali lagi ke sini.”
Nyatanya, sejak resign saya memang masih menulis. Bukan! Bukan karena pesan Pak Direktur. Namun, saya merasa “ada” karena menulis.
Alasan Menulis #1: Suka
Ketimbang berbicara secara verbal, saya lebih suka bersuara melalui tulisan. Ya, saya sering tidak percaya diri untuk bicara di hadapan orang lain, khususnya orang baru dan orang banyak. Menulis membuat diri ini lebih bebas.
Menulis adalah kesukaan. Mustahil saya melepaskan kegiatan yang membuat senang ini. Dengan menulis, saya bisa melepas penat. Merangkai kata juga menyisipkan kepuasan dalam diri.
Setelah resign, saya bergabung dalam beberapa proyek kepenulisan buku antologi. Di akhir 2019, satu buku antologi lahir. Judulnya “Merantau”. Mengisahkan perjalanan saya, si anak kampung merantau ke rimba Jakarta.
Satu demi satu antologi lainnya lahir. Selain non-fiksi, saya juga belajar menulis fiksi. Tak hanya itu, buku untuk anak pun turut ditulis. Jujur, tidak ada harapan untuk terkenal atau buku antologinya bakal meledak di pasaran. Semua saya lakukan karena suka menulis. Kebetulan, tema tulisan bukunya pun dikuasai.
Baca tulisan ini juga yuk: Bedanya Menjadi Bloger Zaman Dulu dan Sekarang
Alasan Menulis #2: Bisa Berbagi Ilmu dan Pengalaman
Saya beberapa kali mengikuti berbagai kelas dan webinar dengan topik tertentu. Nah, cara terbaik agar tidak lupa adalah dengan menuliskannya.
Di suatu ketika tulisan lama bisa menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi. Hm, apa jadinya jika ilmu yang didapat tidak diikat melalui tulisan ya.
Bahkan informasi itu tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Beberapa kali ada orang yang berkomentar di blog atau mengirimkan pesan pribadi. Mereka bertanya lebih lanjut atas informasi yang saya tulis.
Ternyata tidak perlu menjadi orang pintar untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Menyebarkan informasi yang baik dan benar juga bisa menjadi langkah kecil yang bermanfaat. Ini adalah alasan menulis bagi saya yang Masya Allah banget.
Alasan Menulis #3: Mendapat Ketenangan Jiwa
Setelah resign, porsi melakukan pekerjaan domestik kian banyak. Suatu kegiatan yang dulu hanya dilakukan sambil lalu. Terkadang rasa kangen untuk kembali bekerja di ranah publik muncul. Namun, lagi-lagi bertanya “Dulu kenapa memutuskan resign?”.
Jujur, terkadang lelah dan bosan dengan rutinitas yang tiada habisnya. Apalagi saat pandemi melanda dan mengharuskan lebih banyak di rumah saja. Untunglah masih punya kesempatan untuk menulis.
Tengah malam, saat anak-anak terlelap adalah waktu paling pas untuk menulis. Saat itulah diri mendapat ketenangan jiwa. Ya, ketenangan jiwa adalah salah satu alasan menulis bagi saya. Masya Allah.
Kembali Konsisten Menulis Blog
Menulis blog sebenarnya sudah lama saya jalani. Dulu, belasan tahun lalu, Friendster dan Multiply menjadi lahan membangun rumah maya.
Kemudian, saya menjajal blog gratisan di WordPress. Blog tersebut hingga kini masih ada, meski jarang di-update.
Setelah saya resign, suami memberikan hadiah blog top level domain (TLD). www.mamanesia.com ini adalah buatannya, dihadiahkan sebagai wadah saya menulis. Senang sekali rasanya.
Akhirnya saya mulai kembali menuliskan keseharian sebagai seorang ibu di www.mamanesia. Belum terlalu konsisten, sejak awal blog ini lahir. Penyebabnya saya memiliki pekerjaan sebagai penulis lepas di beberapa media online.
Namun, bersama mamanesia, saya mendapat berbagai pengalaman berharga. Dari tulisan blog, saya ikut beberapa perlombaan. Melalui blog juga, saya bisa dapat penghasilan. Masih sedikit memang, tapi harus tetap disyukuri.
Tulisan ini dibaca juga ya: Bertemu Jodoh Hingga Mengais Cuan dengan Menulis Blog
Saat ini, menjelang akhir 2021, saya menyuarakan dengan nyaring, #SayaMasihMenulis. Tantangan yang digelar Warung Blogger, membuat saya semakin meyakinkan diri bahwa hingga detik ini masih menjaga konsistensi menulis.
Menulis buku, blog, menjadi penulis lepas, hingga menulis takarir alias caption lumayan panjang di media sosial terus dilakoni. Mungkin hingga kini belum banyak yang suka tulisan saya. Bisa jadi banyak yang menganggapnya tidak menarik dan membosankan. Akan tetapi saya percaya, setiap tulisan memiliki pembacanya masing-masing. Jadi, tidak perlu risau saat like yang mampir tidak banyak. Hal itu tidak akan mejadi alasan menulis saya padam.
Bagi Mama yang suka menulis, punya pengalaman apa nih seputar menulis?
#WBMenulis
Same vibes here Mba!
Saya juga tidak berhenti menulis karena memang menulis itu semenyenangkan itu. Apalagi jika apa yang kita tulis juga bermanfaat untuk orang lain. Sungguh itu upah yang luar biasa.
Wahh baru tahu fakta blog ini ternyata hadiah dari someone special yaa Mba, pantes aja rejeki blog ini lancar banget dan memang informasinya bermanfaat. Ternyata punya roh cinta tersendiri hehehe.
Saya suka baca-baca artikel disini juga, cari inspirasi kalau lagi buntu nulis.
Same vibes here Mba!
Saya juga tidak berhenti menulis karena memang menulis itu semenyenangkan itu. Apalagi jika apa yang kita tulis juga bermanfaat untuk orang lain. Sungguh itu upah yang luar biasa.
Wahh baru tahu fakta blog ini ternyata hadiah dari someone special yaa Mba, pantes aja rejeki blog ini lancar banget dan memang informasinya bermanfaat. Ternyata punya roh cinta tersendiri hehehe.