Awas Traffic Nyungsep! Ini 5 Kesalahan di SEO Content Writing
Capek-capek menulis konten untuk blog, eh ternyata diabaikan mesin pencari. Akibatnya traffic nyungsep. Apa penyebabnya? Mungkin tanpa sadar kita melakukan kesalahan paling umum dalam SEO content writing.
Hah? Kesalahan paling umum? Yup, terkadang kita tidak sadar telah melakukan kesalahan dalam SEO content writing. Dianggap biasa, ternyata sebenarnya itu suatu kesalahan. Fatal lagi.
Baca tulisan ini pelan-pelan, sekaligus berkontemplasi, agar di masa depan tidak lagi melakukan kesalahan dalam SEO content writing. Siap? Yuk, mulai baca perlahan-lahan.
Kesalahan dalam SEO Content Writing
1. Tidak Melakukan Riset Kata Kunci
Riset kata kunci merupakan proses penting dalam SEO dan penulisan konten. Sayangnya, terkadang kita abai dalam hal ini.
Memang, sih, untuk melakukan riset kata kunci ini memerlukan waktu. Akan tetapi, riset kata kunci akan membuat kita bisa mengidentifikasi kata kunci yang relevan untuk mengoptimalkan konten.
Tahu tidak, menurut studi Ahrefs, 96,55 persen halaman tidak mendapat traffic dari Google. Kuat dugaan hal tersebut dikarenakan konten dibuat secara acak, tanpa adanya riset kata kunci. Alhasil, tidak ada yang menelusuri topik tersebut. Akibatnya tidak ada yang mengklik ke halaman mana pun.
2. Pengulangan Kata Kunci
Adakah yang meyakini mengulang-ulang kata kunci akan membuat Google lebih mengenali konten kita? Jika iya, mulai sekarang jangan lagi meyakini hal itu.
Alih-alih membuat tulisan kita terindeks di daftar pencarian Google, pengulangan kata kunci berlebihan alias keyword stuffing justru berdampak sebaliknya. Algoritma mesin pencari mungkin menganggap hal tersebut sebagai tindakan manipulasi.
Halaman kita akan dianggap berisi spam, sehingga “dihukum” dengan cara tidak diberi peringkat. Sedih banget! Jadi sebaiknya, gunakan kata kunci terkait sealami mungkin di seluruh bagian tulisan.
3. Konten Duplikat
Kinerja SEO untuk blog kita bisa rusak oleh konten duplikat. Kenapa? Karena Google menganggap blog kita melakukan plagiarisme, sehingga konten yang dihasilkan berkualitas rendah.
Algoritma mesin pencari juga akan cenderung memilih halaman yang diterbitkan pertama kali atau diperbarui baru-baru ini. Jadi, kalau kita menduplikasi konten orang lain, alamat makin tenggelam dan terdepak dari mesin pencarian.
Jadi, jangan pernah terpikir untuk menduplikat alias copy paste tulisan orang lain ke blog kita. Selain itu, terlarang juga untuk mengunggah kembali tulisan lama di blog kita.
Ketimbang mengunggah kembali tulisan lama, lebih baik memperbarui tulisan lama tersebut. Misalnya, kita pernah menulis “5 Cara Jitu Hindarkan Anak dari Bullying”. Ketika isu bullying kembali dibicarakan, tulisan lama bisa di-update, misalnya jadi “7 Cara Jitu Hindarkan Anak dari Bullying”.
4. Meyakini Semakin Panjang Tulisan Artinya Semakin Bagus
Masih berpendapat bahwa semakin panjang tulisan artinya bagus dan berkualitas? Jangan lagi ya. Tulisan yang puanjaaaang belum tentu menjawab kebutuhan pembaca.
Bisa jadi karena terobsesi tulisan panjang, akhirnya kita banyak menulis kalimat yang tidak perlu. Lho, tapi kan kalimat-kalimat itu untuk bridging dan story telling?
Benar, bisa untuk story telling. Namun, berasa banget lho, tulisan panjang yang muter-muter dan tulisan panjang yang mengalir dan informatif.
Apalagi menurut studi yang dilakukan Medium, keterlibatan pembaca mulai menurun jika sebuah tulisan membutuhkan waktu baca lebih dari tujuh menit. Studi lainnya yang dilakukan University of Chicago, kebanyakan orang membaca dengan kecepatan sekitar 250 kata per menit. Itu berarti postingan blog berdurasi 7 menit memiliki sekitar 1.750 kata.
Mengutip penjelasan yoast.com, konten yang layak setidaknya memiliki panjang 300 kata. Sebaiknya memang tidak terlalu pendek, karena Google butuh teks yang cukup untuk mengetahui apakah tulisan kita sudah memberikan jawaban yang memadai.
Tidak ada aturan baku harus berapa kata panjang tulisan kita. Namun, beberapa kalangan berpandangan 800 kata sudah cukup untuk menjelaskan suatu topik dengan lengkap.
5. Tidak Memaksimalkan Title Tag dan Meta Description
Title tag dan meta description termasuk elemen penting dalam SEO. Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kepada mesin pencari dan pengguna tentang isi halaman blog kita.
Sayangnya, menurut Ahrefs, lebih dari satu juta domain terindikasi masalah teknis SEO yang paling umum, yakni problem meta tag. Misalnya judul halaman dan Search Engine Results Page (SERP) yang tidak sesuai, atau judul terlalu panjang.
Ya, judul halaman masih menjadi faktor peringkat penting bagi mesin pencari. Jadi, sayang banget, jika title tag masih belum optimal.
Bagaimana yang optimal? Sebaiknya judul mengandung kata kunci, dan pastikan judul tidak terlalu panjang. Sebuah judul tulisan disarankan memiliki 50-60 karakter agar tampil sepenuhnya di SERP. Maksimal banget 65 karakter.
Kalau “terpaksa” judulnya harus panjang, sebaiknya kata kunci ditaruh di bagian awal. Tujuannya adalah agar tidak terpotong saat tampil di SERP.
Selain title tag, jangan abaikan juga meta description. Sebenarnya meta description bukanlah faktor penentu peringkat tulisan kita di mesin pencari. Namun, meta description memainkan peranan penting dalam Click Through Rate (CTR).
Meta description sebaiknya tidak terlalu pendek atau terlalu panjang. Panjang yang disarankan adalah dalam rentang 150-160 karakter. Pertimbangannya, isi meta description akan tampil sepenuhnya di hasil pencarian Google tanpa terpotong.
Jangan lupa, masukkan kata kunci, serta beri deskripsi yang menarik, singkat, dan padat agar dapat meningkatkan CTR. Beri juga call to action (CTA) seperti “Baca lebih lanjut,” “Temukan tips,” atau “Kunjungi sekarang.”
Pentingnya SEO Content Writing bagi Bloger
Alkisah, beberapa tahun yang lalu, kala media massa online belum sebanyak sekarang, saya pernah malang melintang di sana. Menulis laporan ya menulis saja, tidak memusingkan SEO. Kenapa? Karena sudah pasti tulisan kami dibaca banyak orang.
Bagaimana tidak? Beberapa tahun silam, kebiasaan pekerja kantoran saat menghadapi komputer atau laptopnya di pagi hari adalah membuka situs media massa kami.
Kini, setelah tidak lagi berada di “dunia” itu, saya harus belajar lebih giat tentang SEO. Apalagi kata salah satu coach di Opres ODOP Blogger Squad, Kang Sugianto, menjadi seorang content writer saja belum cukup.
Alasannya, di era sekarang ini, content writer yang dibutuhkan adalah yang memiliki pemahaman dan pengaturan seputar optimasi konten pada mesin pencarian, sehingga mudah ditemukan pengunjung. Jika sekadar membuat konten saja, banyak yang bisa. Namun, perlu dicatat, tidak banyak content writer yang bisa bersaing.
“Maka dari itu agar konten berdampak, SEO content writing menjadi pilihan dan peluang sendiri bagi content writer. Untuk itu, seorang content writer, harus bisa menghasilkan konten yang SEO-friendly,” pesan Kang Ugi, panggilan akrabnya.
Dalam pemaparan materinya, Kang Ugi juga menjelaskan tujuan dari SEO content writing. Ada delapan tujuan, yakni:
1. Meningkatkan Brand Awareness
Konten yang dibuat menggunakan kaidah SEO akan meningkatkan brand awareness. Jadi, ketika pembaca mencari topik tertentu di mesin pencarian, lalu tulisan kita berada di posisi atas, maka akan meningkatkan kemungkinan mereka melihat dan mengenali blog kita.
Semakin sering blog kita muncul di hasil pencarian, akan semakin besar pula kemungkinan pembaca mengingat dan mengenali blog kita.
2. Mendapatkan Leads
Dalam dunia bisnis dan digital marketing, tujuan dari SEO content writing adalah mendapatkan leads atau prospek dari calon pelanggan.
3. Menjual Produk atau Layanan
SEO bisa membantu memastikan bahwa sebuah produk atau layanan dapat ditemukan calon pelanggan yang mencari informasi terkait. Apalagi jika tulisan tentang produk atau layanan tersebut memiliki peringkat yang tinggi di mesin pencari.
4. Memberikan Informasi
SEO content writing bisa menjawab pertanyaan umum tentang suatu topik yang relevan bagi pengguna. Melalui strategi SEO yang efektif, blog dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, juga meningkatkan kepuasan dan relevansi hasil pencarian.
5. Mengedukasi Audiens
Kaidah SEO mendorong pembuatan tulisan yang informatif dan mendidik. Dengan demikian, tulisan tersebut bisa memberikan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.
Untuk menjadi SEO content writer, ada beberapa keterampilan wajib. Selengkapnya, simak dalam infografis berikut ya.
Penutup
Itulah kesalahan dalam SEO content writing yang sering terjadi tanpa disadari. Dengan mengenali kesalahan ini, semoga kita bisa menulis lebih baik sesuai dengan kaidah SEO.
O, ya, untuk meningkatkan traffic blog, jangan lupa menerapkan SEO on-page juga ya.
Kesannya ribet ya? Memang tidak mudah sih. Namun, jika kita berusaha konsisten menerapkannya, insyaallah akan terbiasa. Apalagi jika melihat hasil tulisan kita bertengger di daftar pencarian teratas, langsung menghapus lelah yang sempat menerpa.
Teman-teman bloger ada yang mau menambahkan kesalahan umum lainnya dalam SEO content writing? Cuz, tulis di kolom komentar agar kita bisa belajar bersama ya.
Referensi
ahrefs.com. “15 Common SEO Mistakes (And How to Fix Them),” https://ahrefs.com/blog/seo-mistakes/, diakses pada 7 September 2024.
yoast.com. “6 Common SEO Mistakes and How to Avoid Them,” https://yoast.com/avoid-common-seo-mistakes/, diakses pada 7 September 2024.