Saat Membuang Makanan, Ingatlah Ada Orang Kelaparan
“Teh, punten, itu makannya sudah selesai?” Seorang bocah berbaju kumal dan membawa karung menyapa.
Matanya tertuju pada nasi di meja yang masih separuh. Di sebelah nasi, ayam goreng tepung juga masih tersisa. Saya sendiri asyik makan es krim dan kentang goreng.
“Kenapa ya, Dik?” tanya saya sambil menatap kedua bola matanya.
“Kalau boleh, buat saya saja, Teh. Sayang kalau dibuang,” ucapnya lirih dan malu-malu.
Kalimat sederhana itu ibarat palu yang menampar keras pipi ini. Astaghfirullah. Ketika saya berniat menyudahi makan dan pastinya makanan itu akan berakhir di tempat sampah, ada orang yang sedang kelaparan. Betapa tidak bersyukurnya diri ini.
Saya menyuruh bocah itu menunggu. Bergegas saya pesankan seporsi makanan, lalu memintanya makan di situ. Saya ambil nasi dan daging ayam yang mulanya tak akan dimakan lagi. Perlahan, saya mulai menyuap makanan itu. Memaksa diri ini menghabiskannya.
Saat Kita Menumpuk Sampah Makanan, Ratusan Juta Orang Kelaparan
Bagi sebagian orang, makanan adalah cara untuk bersenang-senang. Tak heran, dari makanan muncul kegiatan wisata kuliner. Memanjakan lidah dengan mencoba pengalaman mencicipi aneka makanan. Namun, bagi sebagian orang lainnya, makanan adalah benar-benar sesuatu untuk hidup.
Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO menyebut sekitar 820 juta orang mengalami kelaparan. Iya, sebanyak itu. Padahal sepertinya usaha kuliner berkembang pesat. Kayaknya banyak orang mudah membeli makanan apa pun yang diinginkan. Nyatanya, masih banyak yang mengais-ngais tempat sampah dan bersorak girang saat mendapatkan sisa makanan yang dianggap layak.
Mendapati fakta ini saya jadi menyesal pernah malu karena tidak menghabiskan makanan yang sudah dipesan. Malu karena dianggap rakus. Menurut saya kala itu, perempuan itu seharusnya tidak makan banyak, sehingga memalukan saat makanan di piringnya licin tandas.
Padahal membuang-buang makanan adalah kebiasaan yang berbahaya. Ketimbang dibuang-buang, bukankah lebih baik makanan yang masih bagus diberikan pada orang lain yang membutuhkan?
FAO menegaskan mengurangi sampah makanan dari makanan sisa sangat penting untuk menciptakan dunia tanpa kelaparan. Ketika ratusan juta orang kelaparan, setiap tahun, sekitar 1/3 dari makanan yang diproduksi secara global terbuang percuma.
Masih menurut FAO, di negara berkembang, sekitar 40 persen makanan terbuang di tahap panen atau pengolahan. Kondisi ini disebut food loss. Sedangkan di negara maju, 40 persen makanan terbuang di tahap konsumen atau ritel. Artinya ada makanan di toko yang dibuang, atau makanan di rumah, restoran, dan kafetaria yang tidak lagi dimakan sehingga dibuang begitu saja. Kondisi ini disebut food waste.
Memerangi Kebiasaan Menumpuk Sampah Makanan
Nah, kita juga bisa berkontribusi memerangi kelaparan dengan cara mengubah kebiasaan membuang makanan. Bermula dari hal kecil, bermula dari diri sendiri, dan dimulai saat ini juga adalah wujud nyata menjadikan dunia sedikit lebih baik.
Berikut ini beberapa cara mudah yang bisa dilakukan untuk menghentikan kebiasaan membuang makanan yang berujung pada menumpuknya sampah makanan.
- Porsi Kecil
Saat memulai makan, yuk biasakan mengisi piring dengan porsi kecil. Sehingga bila makanan tidak sesuai dengan lidah atau perut telanjur kenyang, tidak perlu perjuangan ekstra untuk menghabiskannya. Terlebih, tidak banyak sisa makanan yang dibuang ke tempat sampah.
Bagaimana jika makan di restoran atau tempat makan? Bila porsinya banyak, kita bisa minta piring kosong untuk mengambil porsi kecil. Apabila makanan tidak habis, kita bisa membawanya pulang.
- Piring Bersih
Jangan malu bila piring bekas makan kita terlihat bersih dari sisa makanan. Justru seharusnya hal itu jadi kebiasaan yang patut dilestarikan. Penting sekali untuk menanamkan di benak kita untuk tidak menyisakan makanan. Dengan begitu food waste bisa diminimalkan.
- Beli yang Benar-benar Dibutuhkan
Saat perut lapar, kita mudah lapar mata. Makanan apa saja ingin dibeli, padahal saat waktu makan tiba, tidak semua bisa dihabiskan.
Ketika belanja di supermarket, sering kali tergoda diskon makanan. Misalnya beli dua gratis satu, atau potongan 20 persen untuk pembelian dua bungkus makanan tertentu. Alhasil makanan yang dibeli jadi lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hati-hati, makanan-makanan tersebut bisa jadi food waste alias hanya akan berakhir di tempat sampah.
Untuk itu, perlu banget hanya beli sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Ada baiknya sebelum belanja, kita tulis dulu daftar barang yang akan dibeli. Dengan begitu akan lebih meminimalkan lapar mata saat belanja. Sampah makanan pun bisa dihindarkan.
- Cek Isi Kulkas
Mengecek isi kulkas dan lemari penyimpanan makanan adalah langkah penting memerangi kebiasaan membuang makanan. Karena kesibukan kadang kita lupa menyimpan makanan tertentu di kulkas atau lemari makan. Saat menyadari, rupanya makanan sudah kedaluwarsa. Sayang sekali bukan? Lagi-lagi makanan harus dibuang karena tak layak konsumsi.
- Berbagi Makanan
Saat hari besar seperti Idul Fitri, kita sering mendapat bingkisan makanan dari kerabat. Akibatnya stok makanan menggunung. Di saat seperti ini, ada baiknya kita berbagi pada orang lain yang lebih membutuhkan. Jangan tunggu sampai makanan tersebut mendekati tanggal kedaluwarsa untuk berbagi ya.
Baca juga: Yuk Terapkan 5 Gaya Hidup Ini Agar Sampah Makanan Tak Menggunung
Membuat Pupuk Kompos dari Sampah Makanan Organik
Meski sudah sedemikian rupa berusaha mengurangi sampah makanan, nyatanya masih ada saja sisa makanan yang jadi sampah organik. Namun, jangan khawatir, sisa makanan organik yang ada bisa diolah jadi sesuatu yang bermanfaat lho.
Caranya adalah dengan mengubah sampah makanan organik menjadi pupuk. Nah, dalam membuat pupuk ini ada beberapa cara. Yuk, disimak cara-caranya.
Cara Membuat Pupuk dari Sisa Makanan (1)
Bila di rumah ada sisa makanan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk kulit buah, daging busuk, hingga bumbu dapur yang kedaluwarsa bisa digunakan untuk membuat pupuk.
Kita hanya memerlukan ember berpenutup. Saya di rumah menggunakan ember bekas cat. Selain itu, perlu disiapkan tanah dan air.
Cara membuat pupuk dari sisa makanan adalah sebagai berikut:
- Masukkan sampah organik ke dalam wadah.
- Masukkan tanah secukupnya di atas sampah organik. Sesuaikan ketebalan tanah dengan wadah dan volume sampah.
- Siram permukaan tanah di wadah dengan air secukupnya.
- Isi lagi dengan sampah organik. Di atas sampah organik diberi tanah lagi, sehingga ketebalan sampah organik dan tanah setara.
- Jika wadah sudah hampir penuh, masukkan lagi tanah ke dalam wadah, sehingga tanahlah yang berada di posisi paling atas.
- Tutup wadah dengan rapat sampai sekitar tiga pekan. Kita perlu pastikan wadah tersebut tidak terkontaminasi binatang, sinar matahari, maupun air hujan.
- Setelah tiga pekan, pupuk kompos siap digunakan.
Cara Membuat Pupuk dari Sisa Makanan (2)
Berikut ini adalah cara lain mendekomposter sisa makanan organik. Kita hanya perlu ember yang memiliki keran dan berpenutup. Ember dekomposter banyak dijual di pasaran, tetapi bisa juga dibikin sendiri.
Cara mendekomposter sampah makanan organik:
- Masukkan sisa makanan organik ke wadah dekomposter.
- Isi terus wadah sampai ketinggian yang diinginkan. Jangan lupa, selalu tutup wadahnya.
- Setelah beberapa waktu, akan menghasilkan cairan yang dijadikan pupuk. Buka keran wadah untuk mendapatkan pupuk cair.
- Diamkan pupuk cair semalaman, lalu campur air sebelum disiramkan ke tanaman.
Adik saya menggunakan cara kedua ini. Hasilnya tanaman tumbuh subur.
“Tanaman yang sekarat jadi sehat.” Begitu pengakuan adik saya, Ria Permana Sari.
Cara Membuat Pupuk dari Sisa Makanan (3)
Cara ketiga ini dilakukan oleh teman saya, Erma Yuniati. Dari sampah sisa dapur, bisa dihasilkan pupuk cair yang bermanfaat bagi taman sayur di kebun kecilnya. Kata teman saya, pupuk cair buatannya ini baunya mirip tapai. Wah, enak dong ya, he-he-he.
Cara membuat pupuk cair berbau tapai:
- Siapkan kulit pisang dipotong kecil-kecil.
- Siapkan nasi sisa yang dibirkan sampai berwarna kuning karena jamur.
- Masukkan bahan 1 dan 2 ke botol.
- Tambahkan gula pasir atau gula jawa ke botol tersebut.
- Beri air dalam botol.
- Biarkan selama dua pekan. Jangan lupa tutup botol setiap hari dibuka pelan-pelan untuk mengeluarkan gasnya agar tidak meledak.
- Setelah dua minggu akan tercium seperti bau tapai. Pupuk Cair siap digunakan. Cara pakai pupuknya adalah dengan perbandingan air dan pupuk 1 : 10 di mana 1 pupuk cair, 10 air biasa.
Makanan adalah untuk dimakan, bukan untuk dibuang. Untuk itu, kita harus bijak dalam makan, membeli, menyimpan, dan mengolah makanan supaya tak menjadi food waste. Agar sisa makanan tak terbuang percuma, kita bisa menyulapnya jadi pupuk yang bermanfaat untuk tanaman. Yuk, semangat menjaga Bumi sekaligus menjadi sosok yang turut memerangi kelaparan.
Referensi:
FAO. Food Loss and Food Waste. http://www.fao.org/food-loss-and-food-waste/flw-data)#:~:text=In%202011%2C%20FAO%20presented%20the,lost%20or%20wasted%20every%20year.&text=Target%2012.3%20of%20the%20Sustainable,the%20production%20and%20supply%20chains. diakses pada 20 Mei 2021.
FAO. 9 Tips For Reducing Food Waste and Becoming A #ZeroHunger Hero. http://www.fao.org/zhc/detail-events/en/c/889172/ diakses pada 20 Mei 2021.
Suka kesel kalau ada orang ga ngabisin makannya, kalau itu temen sering saya yg harus ngabisinnya meski sendiri udah kenyang. Kalau bisa dibungkus bawa pulang, ya saya minta.
Kalau saya bikin komposnya langsung lewat biopori, alhamdulillah ada lahan tanahnya meski kecil juga.