Yuk Terapkan 5 Gaya Hidup Ini Agar Sampah Makanan Tak Menggunung

“Ma, lihat Taqi makannya bersih banget. Piringnya sampai kayak sudah dicuci ya,” ujar si anak sulung sambil memperlihatkan piring makannya. Yes! Taqi tidak menyisakan sampah makanan di piringnya.

Saya bertepuk tangan. Senang sekali rasanya melihat piring makan yang bersih tanpa sisa. Bagi saya, piring makan anak yang bersih punya banyak makna mendalam.

  1. Anak suka masakan yang disajikan, sehingga membuat diri ini semakin semangat memasak. Ya, meskipun masakannya bukan yang level advance, he-he.
  2. Anak berusaha meneladani Rasulullah yang selalu memakan makanannya tanpa sisa.
  3. Memudahkan saat mencuci piring, karena nggak banyak sisa makanan yang “reuni” di saringan bak pencuci piring.
  4. Anak menghargai makanan di piringnya, meski itu hanya sebutir nasi. Dengan menghargai makanan, maka insyaallah dia nggak akan berlebih-lebihan dalam makan dan dalam hal lainnya.
  5. Tidak menyumbang sampah makanan. Bayangkan kalau sekeluarga makannya selalu bersisa, pasti sampah makanan akan menumpuk dan menggunung tinggi.

Awas! 923 Juta Ton Makanan Setiap Tahun Jadi Sampah Makanan

Bulu kuduk saya seketika berdiri membayangkan keberadaan 923 juta ton sampah makanan. Bukan barang yang sedikit, tentunya. Di gunungan sampah makanan itu, mungkin terlihat beberapa makanan yang seharusnya enak.

Pizza, keripik, roti cokelat, cap cay, ayam goreng, nasi goreng, tumis kangkung. Saat semua makanan itu tersaji di meja makan, tentu menggugah selera. Namun, ketika perut penuh, tak ada lagi tempat tersisa untuk sisa makanan yang ada. Akhirnya tempat sampah menjadi pelabuhan makanan yang semula enak itu.

Padahal untuk membuat pizza itu usahanya lumayan lho. Sebagai gambaran, saya ceritakan proses membuat pizza sederhana yang sering saya lakukan di rumah ya. Pizza yang kerap saya buat adalah pizza roti tawar.

Pizza roti tawar yang sering saya buat.

Proses membuat pizza roti tawar bermula dari membeli roti tawar seharga Rp 10.000. Selanjutnya roti tawar dipotong-potong dan ditata di pan teflon. Kemudian saya perlu mencampur dua butir telur dengan beberapa sendok tepung dan air, lalu dituangkan di atas roti tawar. Di atas adonan ditaburi bawang bombay, sosis, serta keju.

Semuanya butuh uang untuk membeli bahan-bahannya. Ada energi yang digunakan untuk memasaknya. Belum lagi bahan pembuat pizza sampai ke tangan saya juga melalui proses yang panjang. Apa jadinya jika pizza dibuang begitu saja karena seisi rumah merasa kenyang?

Wrap (organisasi amal keberlanjutan yang bermitra dengan PBB) menyebut 923 juta ton makanan yang terbuang setiap tahun akan mengisi 23 juta truk berbobot 40 ton. Jumlah ini cukup untuk mengelilingi Bumi tujuh kali. Bayangkan, sebanyak itu!

Menanamkan Gaya Hidup Minim Sampah Makanan Sejak Dini

Kebiasaan yang baik perlu ditanamkan sejak dini. Jika baru dimulai saat sudah besar, mungkin akan jadi lebih sulit dilakukan. Tak terkecuali kebiasaan menerapkan gaya hidup minim sampah makanan.

Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menanamkan gaya hidup minim sampah sejak dini.

1. Ambil Makanan Secukupnya

Sebagai orang yang menyiapkan makanan di rumah, rasanya senang sekali melihat anggota keluarga ambil banyak-banyak makanan yang disajikan. Wah, mereka semua senang dengan makanannya. Namun, gara-gara ambil makanan kebanyakan, akhirnya malah nggak habis dan harus dibuang ke tempat sampah sehingga jadi sampah makanan deh.

Harus ditanamkan di benak kita, nggak apa-apa kok ambil makannya sedikit. Nanti kalau kurang, pasti mereka akan menambah makanannya. Untuk itu, makanan yang disajikan juga disesuaikan. Jangan sampai kita masak untuk 20 orang, padahal di rumah hanya ada 5 orang.

2. Biasakan Makan Tak Bersisa

Ada orang yang meski ambil makannya sedikit, di piringnya tetap tersisa makanan. Takut dikatakan rakus membuat seseorang enggan makan sampai piringnya bersih.

Padahal makan tak bersisa adalah perilaku tidak boros dan menghindari mubadzir. Soal menghabiskan makanan tanpa sisa juga dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah SAW bersabda, “Kamu tidak mengetahui di bagian yang manakah makananmu yang berkah.” (HR Muslim).

3. Mengelola Makanan Sisa

Apabila makanan tidak habis, yuk biasakan untuk mengelolanya dengan baik. Jadi, sebelum masak atau pesan makanan lain, yang lama harus dihabiskan terlebih dahulu.

Jika semua orang sudah kenyang, segera simpan sisa makanan di freezer. Selanjutnya, sisa makanan itu bisa diolah menjadi makanan lain keesokan harinya. FAO menjelaskan beberapa masakan seperti casserole, goulash, fattoush dan panzanella berawal dari keinginan untuk tidak menyia-nyiakan buah, sayur atau roti sisa.

4. Masak Makanan dengan Sedikit Sampah

Memasak makanan dengan meminimalkan sampah makanan bisa dilakukan dengan mengenali bagian bahan pangan yang tidak perlu dibuang. Misalnya kita tidak perlu mengupas kulit kentang atau kulit wortel. Kalaupun mengupas kulit kentang, kita bisa lho “menyulapnya” jadi makanan enak.

Ya, kulit kentang bisa lho dijadikan keripik yang nikmat. Caranya, kulit kentang dicuci sampai bersih. Selanjutnya kulit kentang direndam dalam air garam, lalu tiriskan. Kemudian, kentang dibalur tepung bumbu. Lalu, goreng di minyak panas sampai kering. Kriuk! Enak dan renyah banget.

5. Belanja Secukupnya dan Jangan “Alergi” pada yang Jelek

Untuk meminimalkan sampah makanan, yuk biasakan belanja seperlunya saja. Jadi nggak perlu belanja dalam jumlah banyak jika tidak ada waktu untuk mengolahnya. Selain itu, yuk biasakan untuk memilih sayuran dan buah yang kurang cantik.

Biasanya sayur dan buah yang kurang cantik ini nggak laku. Akhirnya dalam waktu singkat langsung dibuang ke tempat sampah. Padahal di luar sana banyak orang yang tidak bisa mendapatkan makanan layak.

Make room in your heart for ugly fruits so that they fill stomachs and not landfills.”

The Food and Agriculture Organization (FAO)

Sederet Alasan Nggak Boleh Buang-Buang Makanan

Jangan gampang membuang makanan/ Foto: Canva

Sejak kecil kita diajari orang tua untuk nggak gampang buang-buang makanan. Benar kan, Ma? Siapa nih yang orang tuanya selalu bilang, “Ayo habiskan makannya biar nasinya nggak nangis,”?

Meski nggak masuk akal ya ada nasi yang bisa menangis, tapi ada yang diam-diam menangis melihat makanan dibuang sebegitu mudahnya. Siapa itu? Mungkin para petani yang bekerja keras menanam padi. Bisa jadi orang tua kita yang sudah susah payah bekerja banting tulang untuk membeli bahan pangan.

Mengutip penjelasan di laman Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Probolinggo, ada beberapa alasan kita perlu menghentikan kebiasaan membuang-buang makanan.

1. Menyumbang Efek Rumah Kaca

Sampah makanan yang menumpuk bisa menghasilkan gas metana. Nah, gas ini menyebabkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global.

2. Membuang Energi dan Air

Makanan yang hadir di atas meja mengalami proses panjang yang butuh banyak energi dan air. Bermula dari penanaman, pemanenan, pengangkutan, pengemasan, serta pengolahan. Bila makanan dibuang begitu saja, maka energi dan air yang telah digunakan terbuang percuma.

3. Membahayakan Ekosistem Keragaman Makhluk Hidup

Apa hubungan membuang makanan yang jadi sampah makanan dan ekosistem dalam bahaya? Jadi begini, untuk memproduksi makanan butuh lahan. Nah, produksi makanan dalam jumlah besar akan membuat lahan hutan yang dialihfungsikan jadi persawahan, perkebunan, atau peternakan.

Akibatnya banyak makhluk hidup kehilangan habitatnya. Ekosistem keberagaman makhluk hidup pun jadi terancam.

Kita nggak perlu jadi superhero untuk menyelamatkan dunia. Siapa pun diri kita bisa membuat perubahan ke arah lebih baik dan membuat dunia terselamatkan melalui hal-hal kecil. Ya, bahkan hanya dengan makan makanan tanpa sisa sudah membuat perubahan nyata.

Referensi:

FAO. Make #NotWasting Food A Personal Resolution. http://www.fao.org/fao-stories/article/en/c/1072865/ Diakses pada 25 April 2021.

Kabupaten Probolinggo. Sampah Makanan dan Dampaknya https://dlh.probolinggokab.go.id/sampah-makanan-dan-dampaknya-bagi-lingkungan/ Diakses pada 25 April 2021.

Times Now News. Stop Food wastage: How Indian households recycle “Kal Raat Ka Khana” Leftovers. https://www.timesnownews.com/mirror-now/in-focus/article/stop-food-wastage-how-indian-households-recycle-kal-raat-ka-khana-leftovers/728637 Diakses pada 25 April 2021.

1 Comment
  1. Yonal Regen says

    Setuju sekali mbak. Kita harus memulai mengurangi sampah agar dapat dicontoh dengan baik oleh generasi anak cucu kita untuk kelangsungan bumi yang lebih baik

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com