Jawaban Dokter dari Berbagai Pertanyaan tentang Vaksin Anak
Vaksin untuk anak sudah lengkap atau belum, Ma? Mungkin beberapa mama ada yang menunda pemberian vaksinasi untuk si kecil lantaran mengurangi keluar rumah saat pandemi.
Tentang vaksinasi anak ini sering kali menimbulkan berbagai pertanyaan. Apalagi di luar sana beredar aneka kabar buruk yang dikaitkan dengan vaksinasi.
20 November lalu, saya ikut talkshow tentang “Pentingnya Vaksinasi Lengkap bagi Buah Hati” yang digelar oleh Prodia. Dalam event tersebut, hadir dr. Mesty Ariptedjo, Sp.A sebagai salah satu narasumber.
Nah, agar ilmunya bisa dirasakan manfaatnya oleh mama-mama yang lain, saya rangkum talkshow tersebut melalui tulisan ini ya. Semoga ke depan tulisan ini menjadi pengingat bagi saya juga.
Untuk memudahkan, format tulisan kali ini saya buat dalam bentuk tanya jawab ya, Ma. Selamat membaca.
Baca tulisan ini juga yuk: Pengalaman Anak Terkena Roseola Infantum
Apa beda imunisasi dan vaksinasi?
Imunisasi adalah upaya untuk menjadi imun. Imunisasi ini ada yang aktif, termasuk vaksinasi di sini. Ada pula imunisasi pasif, yaitu kekekbalan tubuh ibu hamil yang sakit lalu ditransfer ke janin melalui plasenta. Pemberian plasma darah juga termasuk imunisasi pasif.
Bagaimana vaksinasi bekerja?
Saat kuman yang dilemahkan dalam vaksin masuk ke tubuh, maka akan memicu kekebalan. Vaksin ini seperti satpam yang menjaga rumah.
Vaksin MMR bisa menyebabkan autisme?
MMR yang dihubungkan dengan autisme itu hoaks dan sudah terbukti salah. Dokter yang pernah mengumumkan itu sudah dicopot jabatannya karena mengeluarkan statement yang tidak tepat.
Bila ada vaksin terlewat, apakah semua harus dikejar?
Sebaiknya lihat jadwal dulu, karena nggak semua harus dikejar. Misalnya vaksin BCG itu untuk anak saja, diberikan sampai maksimal umur satu tahun. Lebih dari satu tahun, nggak perlu divaksin karena dianggap populasi dunia sudah terinfeksi.
Rotavirus adalah penyebab paling sering diare pada bayi di bawah usia enam bulan. Karena itu, vaksin rotavirus nggak disuruh lagi kalau anaknya sudah lebih dari enam bulan. Jadi kita lihat dulu penyakit apa yang sering terjadi pada anak, nanti disesuaikan vaksinasinya.
Apa saja efek samping vaksinasi?
Efek samping vaksinasi misal kulit merah setelah penyuntikan, nyeri di lokasi penyuntikan, dan demam 37,5 atau 38 derajat Celcius, tetapi tidak disertai gejala lain seperti batuk dan pilek.
Kalau anak agak lemas dan nggak nafsu makan setelah vaksinasi, kondisi itu juga masih mungkin terjadi. Kalau bayi demam diikuti diare, batuk pilek, nyeri gigi, berarti karena penyakit lain dan bukan efek samping vaksinasi. Jadi perlu ada evaluasi.
Apa yang perlu diperhatkan sebelum anak mendapat vaksinasi?
Pastikan anak sehat agar pembentukan daya tahan tubuh optimal. Memastikan kondisi anak sehat ini jiga untuk menilai ada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) apa yang timbul.
Vaksin dengue sebaiknya diberikan kepada anak?
Vaksin Dengue dianjurkan untuk anak di atas 9 tahun. Syaratnya adalah kalau anak tersebut pernah terinfeksi demam berdarah, untuk mencegah agar tidak terulang.
Kapan vaksinasi Covid-19 untuk anak di bawah 12 tahun tersedia?
Vaksin untuk anak 6-11 tahun belum berjalan. Jadi, yang paling rentan pada Covid-19 adalah usia lansia dan dewasa. Kita ingin 50 persen vaksinasi Covid-19 untuk dewasa bisa tercapai. vaksinasi Covid-19 untuk usia di atas 5 tahun kemungkinan baru di awal tahun depan.
Untuk vaksin itu perjalanannya panjang. Semua mau memastikan keamanannya. Vaksin yang ada sekarang sudah dipastikan keamanannya. Efek samping memang bisa terjadi, tapi manfaat lebih banyak.
Vaksin HPV hanya untuk anak perempuan?
Pada anak, terutama perempuan di atas 9 tahun, boleh diberikan vaksin HPV. Perlu diketahui, penyebab kematian tertinggi perempuan adalah kanker serviks, yang mana salah satu penyebabnya adalah HPV.
Kalau sudah dewasa, baru divaksin HPV bisa jadi sudah terlambat karena bisa jadi sudah telanjur terpapar virus. HPV untuk laki-laki saat ini belum diprioritaskan.
Bolehkah menggabungkan lebih dari satu vaksin?
Di masa pandemi ini sebisa mungkin kurangi kerumunan. Untuk itu, menggabungkan vaksin bisa dilakukan. Bahkan bisa 3-5 vaksin sekaligus. Ini sudah dievaluasi bahwa penggabungan vaksin ternyata efektivitasnya sama.
Hanya saja, anaknya lebih nyeri saja karena beberapa kali disuntik. Kita lihat saja anak temperamennya gimana. Soalnya ada anak yang traumanya panjang. Penggabungan vaksin itu fleksibel, tergantung kondisi anak. Nah, untuk menjeda vaksin, paling cepat adalah 4 minggu.
Bagaimana melawan hoax terkait vaksinasi?
Kalau kita bisa sampaikan kebenaran, sampaikan saja dengan baik. Kadang kalau di grup keluarga, kalau kita yang bilang suka nggak dipercaya. Lalu gimana kalau begitu? Mungkin kita bisa bagikan artikel dari sumber tepercaya.
Selain itu kita bisa jadi contoh. Misalnya dengan memberikan vaksinasi yang lengkap untuk anak, karena tindakan kita membuat orang lain ikut juga.
Benarkah anak yang divaksin bakal lebih cerdas?
Apakah vaksinasi berhubungan dengan kecerdasan anak? Ini ada kaitannya. Dengan mendapatkan vaksinasi lengkap maka anak akan terhindari dari penyakit. Jika jarang sakit atau sakitnya tidak lama, maka tumbuh kembangnya akan optimal. Dengan begitu anak berkesempatan lebih banyak mengeksplorasi lingkungan sambil belajar.
Namun, nggak tergantung vaksinasi saja. Butuh perhatian orang tua, kehangatan orang tua, stimulasi, juga kebahagiaan anak. Jadi harus balance upaya yang dilakukan. Tidak hanya agar anak cerdas dan pintar, tapi juga bahagia.
Anak “generasi pandemi” sulit sosialisasi dan kurang bahagia?
Bayi pandemi justru lebih percaya diri, ceria, karena orang tuanya work from home, bisa sering bersama orang tuanya. Seperti kita tahu, 2 tahun pertama keamanan dan kenyamanan dibangun di rumah sendiri dulu.
Baru kemudian nutrisi harus bagus. Makannya lengkap protein lemak, karbo. Terutama protein. Juga mendapat zinc dan zat besi.
Ativitas fisik juga jangan lupa untuk kekebalan tubuh. Lalu tidur yang cukup. Karena hormon pertumbuhan diproduksi pada jam 11 malam sampai 2 pagi saat anak tidur dalam atau deep sleep. Nah, salah satu fungsi hormon pertumbuhan itu utuk kekebalan.
Lama tidurnya sebaiknya sesuai rentang usia. Kadang ada orang tua yang main sama anak di malam hari karena siang sibuk kerja. Akibatnya anak jadi begadang atau tidur larut. Mending bangun lebih pagi saja, lalu main dulu sama anak ketimbang main di malam hari.
Itulah berbagai pertanyaan yang sering terlintas di benak orang tua, utamanya tentang vaksin anak. Semoga cukup menjawab dan bermanfaat ya, Ma.