Anak Bisa Membaca, Tapi Belum Tentu Memahami Apa yang Dibaca

Di beranda Instagram saya lewat video yang bikin hati sesak. Video tersebut menyebut banyak anak bisa membaca, sayangnya banyak pula yang tidak memahami apa yang dibaca.

Konten itu mengingatkan saya pada Bincang-bincang Cerita Anak Bermutu dan Peluncuran 24 Buku Baru yang digelar oleh Let’s Read Indonesia, akhir Juni 2024 lalu. Sofie Dewayani, Founder Litara yang hadir dalam acara tersebut mengatakan kecakapan literasi awal seringkali dipahami kemampuan membaca saja.

Padahal, senyatanya lebih dari itu. Jadi, kecakapan literasi itu juga mencakup memahami apa yang dibaca, merefleksi, mengevaluasi, dan menerapkan dalam kehidupan.

“Membaca memang literasi awal. Tapi kecakapan literasi awal tidak dapat direduksi hanya dengan membaca,” ujar Sofie.

Sofie pun mendapati fenomena banyak anak yang bisa membaca dengan lancar. Akan tapi, dengan kemampuan membacanya, anak-anak tidak bisa mengeksplorasi dan tidak bisa menceritakan kembali.

“Ini karena tidak paham dan tidak tumbuh keinginannya untuk membaca lebih jauh,” sambungnya.

Umur 4 Tahun, Anak Aku Sudah Bisa Membaca Lho

anak bisa membaca
Ilustrasi anak 4 tahun bisa membaca/ Foto dari Canva

Mungkin kita sebagai orang tua merasa bangga saat si kecil yang berusia dini sudah bisa membaca. Biar bagaimana pun, kemampuan membaca memang penting sebagai bekal untuk memahami lebih banyak informasi.

Sayangnya, terkadang kita hanya “mengejar” anak “sekadar” bisa membaca. Kita lupa untuk mendorong anak memaknai apa yang dia pahami dari bacaan. Padahal jika kita mendukung anak untuk memaknai, mereka bisa bertanya dan berpikir kritis.

“Usia awal (membaca buku) itu 4-7 tahun. Tapi 4 tahun tidak dikatakan perlu dapat membaca. Memaknai dari apa yang mereka pahami,” kata Sofie.

Jadi, membaca itu tidak sekadar mendekode teks. Meski memang mendekode itu penting dalam membaca, karena ini merupakan proses menerjemahkan huruf menjadi suara.

Sofie menambahkan, membaca bukan sekadar memproses dekode huruf, tetapi juga belajar bertutur. Dengan begitu, buku anak yang banyak gambar, bisa membantu meningkatkan kosakata, nalar verbal, dan pengetahuan latar. Selanjutnya, mereka bisa menceritakan isi buku dengan imajinasinya sendiri.

Bicara kode, sebenarnya di sekitar kita terdapat informasi yang multikode. Ada gestur, gerakan, musik, gambar. Justru sedikit info yang hanya ditampilkan dalam bentuk teks saja.

Kode-kode itu akan menjadi informasi. Nah, ketika anak tumbuh disertai buku bergambar, mereka bisa mengembangkan kemampuan memahami makna kode.

Gambar di dalam buku menjadi media untuk membantu pemahaman anak. Melalui gambar juga, anak akan belajar memahami rasa, menghayati, serta menangkap pesan dari hal-hal yang tidak bisa disampaikan melalui kata-kata.

“Membaca tidak hanya bentuk teks, tapi juga multicode. Bahasa gambar lebih universal, bisa lebih mudah dipahami,” lanjut Sofie.

Jadi, Ma, jika suatu saat ada mama di luar sana yang membanggakan anaknya sudah bisa baca di usia empat tahun, jangan terintimidasi. Kita tidak sedang berlomba, anak siapa yang paling dulu bisa baca. Biarkan anak berkembang sesuai kecepatan masing-masing.

Anak Bisa Membaca, Tapi Tidak Suka Membaca

anak tidak suka membaca
Suka membaca akan mendorong anak untuk memahami apa yang dibaca/ Foto ilustrasi dari Canva

Keterampilan membaca sangat penting untuk keberhasilan anak dalam pembelajaran dan dalam pencapaian akademik. Sayangnya, kendati anak memiliki kemampuan membaca yang baik, tetapi mereka sekadar membaca jajaran huruf dalam tulisan.

Ketika usia semakin bertambah, kenapa beberapa anak mengalami penurunan kemampuan membaca? Misalnya, mereka sulit memahami tulisan yang dibaca. Apalagi jika tulisannya panjang.

Bisa jadi karena kegiatan membaca dianggap sebagai sesuatu yang membosankan dan kurang bermanfaat. Main game di gawai atau menonton video dianggap sebagai aktivitas yang jauh lebih menarik, sehingga anak-anak jadi malas membaca.

Ditambah lagi bila kita sebagai orang tua juga meremehkan keterampilan membaca. Ya, mungkin kita masih menganggap keterampilan membaca itu paling mudah dibandingkan keterampilan lain seperti berhitung atau berbahasa lainnya.

Jadi ingat beberapa waktu lalu saya ikut kegiatan literasi. Ada seorang anak SD kelas tinggi yang mengaku dirinya tidak suka membaca. Katanya, dia bosan jika berlama-lama membaca buku.

Saya melihat ke anak sulung saya. Dia ini melahap semua buku dan majalah yang ada di rumah. Bahkan sering kali dia mengulang-ulang membacanya. Kerap pula dia duduk di ruang tamu, membaca sambil makan camilan favorit.

Kenapa? Karena di rumah, membaca jadi kegiatan paling menyenangkan. Maklum, kami nggak punya televisi. Anak saya juga tidak punya gawai sendiri. Screen time-nya hanya di akhir pekan, itu pun cuma 1,5 jam.

Namun, jika anak saya berada di lingkungan yang mudah mengakses televisi dan gadget, buku-buku jadi tersingkirkan. Kenapa? Lagi-lagi karena bagi anak melihat gambar bergerak lebih memuaskan rasa senang di otaknya.

Jadi, kalau di rumah kami, salah satu cara terbaik agar membaca buku menjadi kegiatan menyenangkan adalah dengan menyingkirkan saingan beratnya: LAYAR. Harapannya, anak akan terbiasa membaca dan tidak akan bosan, meski kelak dirinya dikelilingi aneka tontonan.

Ikhtiar Agar Anak Suka Membaca

anak bisa membaca
Ilustrasi anak suka membaca/ Foto dari Canva

Bisa baca, tapi tidak suka membaca akibatnya apa sih? Tentu banyak, ya. Seperti disinggung sebelumnya, berdampak pada kurang mampu memahami apa yang dibaca.

Malas membaca dan kurang memahami apa yang dibaca kelak akan menyulitkan anak. Pasalnya mereka akan lebih rentan mengalami salah pengertian dan salah komunikasi dari teks.

Selain itu, bisa jadi rasa ingin tahunya rendah. Mereka hanya membaca sekilas atas informasi yang didapat, lalu memercayainya. Padahal bisa jadi informasi tersebut hoaks. Duh, jangan ya, Nak, ya!

Lalu bagaimana ikhtiar yang bisa kita lakukan agar anak suka membaca?

1. Memperkuat Kegiatan Pramembaca

read aloud
Kegiatan pramembaca/ Foto dari Canva

Sering kali kita panik ketika mendapati anak belum bisa membaca, padahal anak-anak seusianya sudah pintar membaca. Lalu bagaimana nanti saat SD kalau belum juga bisa membaca.

Kemudian, apa yang dilakukan? Memasukkan anak ke les membaca dan melupakan kegiatan untuk memperkuat kegiatan pramembaca.

Apa itu kegiatan pramembaca? Jadi, sebelum mengenalkan huruf, penting untuk mengajak anak memperkaya kosakata dan memahami makna kata-kata itu sendiri. Caranya adalah dengan mengajak anak berbicara, menyanyi, mendongeng, membaca cerita, serta bermain peran.

2. Memapar Anak dengan Berbagai Buku Bacaan Menarik

Bagi anak-anak usia dini, buku yang banyak gambarnya jauh lebih menarik. Mata mereka akan dimanjakan oleh visual. Nah, buku seperti ini baik untuk dikenalkan pada anak, sebelum mengajari mereka membaca.

Memapar anak dengan buku bukan berarti membelikan mereka buku banyak-banyak lho ya. Sayang sekali jika anak dibelikan aneka buku yang mahal, tapi cuma ditumpuk di rak saja.

Yuk, kita ajak anak membaca buku tersebut bersama. Caranya dengan menghadapi buku bersama, lalu kita bacakan nyaring. Ajak anak untuk “membaca gambar” juga dan cari tahu apa yang anak pahami dari gambar yang mereka lihat.

3. Diskusi Usai Membaca Buku

diskusi buku
Ilustrasi diskusi buku/ Foto ilustrasi dari Canva

Setelah membaca buku, jangan buru-buru menutup bukunya ya, Ma. Coba lanjutkan dengan berdiskusi bersama si kecil.

Kita bisa mulai diskusi dengan bertanya apa yang dia sukai dari buku yang baru saja dibaca. Kaitkan juga isi buku dengan keseharian kita. Dengan begitu, anak akan belajar untuk lebih memahami buku yang dibaca.

Anak saya gemar sekali menceritakan kembali hal-hal yang dia baca. Mungkin, kadang hal ini terasa “mengganggu”.

“Hih apa-apa dikasih tahu ke Mama, ‘kan Mama sudah tahu.” Rasa-rasanya ingin bilang begitu. Eit, tutup mulut kita, Ma. Biarkan mereka bercerita, lalu kita pancing dengan aneka pertanyaan. Biarkan pertanyaan itu membuatnya berpikir lebih kritis atau memunculkan rasa ingin tahu lebih dalam.

4. Bookish Play

Cara lain agar anak menyukai kegiatan membaca buku dan memahami apa yang dibaca adalah dengan bookish play. Ini merupakan kegiatan bermain dengan tema berdasarkan buku tertentu. Misalnya anak baru saja dibacakan buku tentang ikan, lalu kita ajak anak membuat ikan-ikanan dan memancingnya.

Bisa juga berlanjut dengan mewarnai ikan. Atau Mama ajak anak ke pasar ikan dan hari itu libatkanlah anak untuk memasak ikan. Ini seru sih, anak pun jadi lebih semangat di sesi makan, karena memakan hasil masakannya sendiri.

5. Beri Contoh

anak bisa membaca
Ilustrasi membaca buku/ Foto dari Canva

Kita ingin si kecil suka membaca, tapi kita orang tuanya malah sibuk main handphone. Jangan ya, Ma, ya! Ingat, children see, children do.

Jadi, di sela-sela waktu luang, perlihatkan juga bahwa kita bukan sosok yang lekat dengan handphone. Mamanya juga membaca lho. Membaca Al-Qur’an yang utama, selebihnya membaca buku bacaan.

Saya jadi ingat anak saya yang kedua memang belum bisa membaca, tetapi dia sering mengambil buku. Setelahnya, dia cari spot ternyaman dan beraksi seperti sedang membaca buku. Bahkan saat keluar rumah, salah satu isi tas yang dia siapkan sendiri adalah buku.

Salah satu kegiatan pramembaca yang kami lakukan di rumah

Penutup

Banyak orang bisa membaca, tapi belum tentu suka membaca. Semoga kita dan anak-anak kita termasuk orang yang benar-benar suka membaca, sehingga paham apa yang dibacanya. Apalagi ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membaca buku.

Melalui kegiatan membaca buku, bisa memperkuat otak, juga meningkatkan kemampuan berempati. Selain itu, bisa mengurangi stres, membangun keterampilan komunikasi yang baik, juga dapat meningkatkan kosakata.

Para dokter di Klinik Cleveland bahkan menganjurkan agar orang tua membaca bersama anak-anak mereka sejak bayi hingga selama sekolah dasar. Hal ini tidak saja meningkatkan bonding, tapi anak-anak juga akan selalu menganggap membaca adalah keiatan yang menyenangkan.

Jadi, yuk, jangan sekadar membuat anak bisa membaca, tapi tanamkan juga kecintaan membaca. Di tulisan selanjutnya saya akan tulis beberapa rekomendasi buku anak ya. Jangan lupa juga baca Nostalgia 5 Buku Bacaan Anak Terfavorit pada Zamannya.

Referensi

healthline.com. “Benefits of Reading Books: How It Can Positively Affect Your Life,” https://www.healthline.com/health/benefits-of-reading-books, diakses pada 13 Agustus 2024.

sukmabangsa.sch.id. “Membaca yang Bermakna,” https://pidie.sukmabangsa.sch.id/membaca-yang-bermakna/, diakses pada 13 Agustus 2024.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.