Hadapi Tantangan Menyusui, Begini Cara Agar ASI Lancar
ASI alias air susu ibu yang mengalir lancar dan banyak adalah dambaan kita semua. Sebagai mama ASI (mamsi), memberikan ASI tanpa kendala adalah berkah tak terkira. Lalu bagaimana cara agar ASI lancar? Dalam tulisan ini, saya akan menceritakan pengalaman seputar tantangan menyusui dan cara agar ASI lancar nih.
Kenapa menulis tentang ASI? Sebab 1-7 Agustus adalah Pekan ASI Sedunia atau World Breastfeeding. Peringatan ini merupakan salah satu upaya WHO dan UNICEF untuk mendukung ibu menyusui di seluruh dunia. Dengan adanya Pekan ASI, saya jadi merasa diingatkan dan disemangati untuk terus jadi Mama ASI.
Oke, kita mulai kisah saya. April 2020, saya melahirkan anak kedua. Agak deg-degan kala itu. Maklum, harus melahirkan di tengah pandemi corona. Keluar rumah tanpa waswas rasanya jarang dirasakan. Untunglah periksa kandungan dan proses melahirkan lancar.
IMD yang Mengharukan
Melahirkan anak kedua ini lebih cepat ketimbang anak pertama. Pecah ketuban pukul 05.00 WIB, bayi lahir sempurna di pukul 14.00 WIB. Sedangkan anak pertama dulu butuh waktu sekitar 18 jam.
Setelah melalui perjuangan melawan nyeri dan sakit, akhirnya bayi lahir. Suara tangisannya memecah keheningan ruang persalinan. Sesaat kemudian, manusia kecil itu ditaruh di atas dada saya. Inisiasi menyusui dini (IMD) siap dilakukan.
Matanya berkedip-kedip. Rambutnya cukup lebat. Kulitnya halus dan rentan. Itulah pertama kalinya kulit kami saling bersentuhan. Ada rasa tenang yang menjalar. Saya usap punggungnya. Seolah ingin menyalurkan kekuatan untuk tubuh kecil yang lemah itu.
Setelah beberapa saat berbaring, kepalanya terangkat lemah. Perlahan bayi mungil itu mencari sumber makanannya.
Saya pencet puting payudara sebelah kanan. Beberapa tetes air berwarna kekuningan yang kental keluar. Masya Allah, kolostrum itu sudah hadir. Lambat-lambat si bayi menemukan makanannya. Dia mengulum puting, kemudian menyusu. Ah! Pintarnya kamu, Nak.
Rasa haru menyusup. Saya tak kuasa menahan air mata yang berdesakan keluar. Hal serupa pernah dirasakan saat melahirkan anak pertama hampir enam tahun lalu. Namun, pengalaman IMD kali ini tetap saja luar biasa.
IMD, Langkah Awal Suksesnya ASI Lancar
Sudah sejak lama saya mendapatkan informasi bahwa IMD bisa mendukung pemberian ASI eksklusif. Ya, IMD merupakan langkah baik untuk memudahkan bayi dan mamsi dalam memulai proses menyusui, selama setidaknya enam bulan berikutnya. Itu makanya perlu dipastikan keadaan saya dan si bayi benar-benar bugar agar bisa melakukan IMD.
Dulu saya sempat bertanya-tanya, kenapa ya bayi baru lahir bisa tahu dan menuju puting payudara mamsi. Ternyata bau cairan amnion yang menjadi ‘penunjuk jalan’. Bau cairan amnion di tangan bayi akan membantunya mencari puting mamsi. Puting mamsi memiliki bau yang sama dengan cairan amnion.
Oh ya, awalnya bayi akan diam saja saat mulai ditengkurapkan. Dikutip dari situs Ikatan Dokter Indonesia, setelah 12-44 menit bayi baru mulai bergerak dengan menendang. Dia akan menggerakkan kaki, bahu dan lengannya.
Ketika sampai di dada mamsi, bayi membentur-benturkan kepalanya. Hal ini menjadi semacam stimulasi pijatan pada payudara mamsi.
Akhirnya sampailah si bayi ke puting mamsi dan mulai menyusu. Kegiatan ini membuat bayi mengkoordinasikan gerakkan mengisap, menelan, dan bernapas. Proses ini memakan waktu sekitar 27 hingga 71 menit. Jadi harus sabar ya, Mamsi. Saat menyusu pun nggak lama, hanya sekitar 15 menit saja.
Selain itu Mamsi, bayi yang menyusu di satu jam pertama kehidupannya akan lebih kuat. Saat IMD itu pula ada peluang bayi mendapatkan kolostrum atau ASI yang keluar di hari-hari awal setelah melahirkan.
Kolostrum penting untuk menjaga daya tahan tubuh bayi. Sebab kolostrum mengandung immunoglobin. Ini merupakan antibodi yang mampu melindungi bayi dari bakteri dan virus. Kolostrum juga memiliki gizi penting untuk bayi. Ada vitamin, mineral, protein, lemak, dan antioksidan. Luar biasa ya, Mamsi.
Tantangan Menyusui
Meski sudah punya pengalaman menyusui anak pertama, namun menyusui anak kedua ini tetap menantang. Maklum, setiap bayi berbeda. Demikian pula kondisi setiap mamsi, pasti berbeda.
Tongue Tie dan Lip Tie
Dokter laktasi menyebut anak saya memiliki tongue tie dan lip tie. Kondisi ini bisa membuat bayi kesulitan saat menyusu langsung pada ibunya. Namun, dokter meminta untuk melakukan observasi mandiri sebelum melakukan tindakan lainnya.
Tongue tie atau ankyloglossia adalah kondisi yang membuat bayi kesulitan menggerakkan lidah ke atas atau dari sisi ke sisi. Bayi juga tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan. Hal ini dikarenakan adanya frenulum atau jaringan tipis di bawah lidah bagian tengah.
Tong tie menyebabkan bayi kesulitan melakukan gerakan mengisap. Akibatnya bayi tidak mendapat ASI yang cukup.
Dokter bilang jika bayi saya mengalami kendala menyusu, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah frenotomy ataupun frenuloplasty. Frenotomy adalah tindakan memotong frenulum lidah. Sementara frenuloplasty merupakan tindakan memotong frenulum dan menjahit lukanya. Namun, bila bayi tidak mengalami gangguan menyusu, tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
Sedangkan lip tie adalah kondisi di mana selaput jaringan otot yang menghubungkan bibir atas ke gusi terlalu tebal. Hal ini menyebabkan bayi sulit menggerakkan bibir atasnya. Pada derajat yang berat, bisa mengganggu proses menyusu. Jika ini terjadi, dokter bisa melakukan frenotomy ataupun frenuloplasty.
Puting Lecet
Saat menyusui anak pertama, saya mengalami puting lecet. Bahkan sampai keluar darah. Setiap kali bayi menangis minta disusuin, jadi ketakutan sendiri. Membayangkan perih dan sakit, rasanya ingin menyerah.
Untuk anak kedua, puting lecet saat menyusui juga masih saya rasakan. Walaupun tidak sampai berdarah seperti sebelumnya, tapi tetap saja menyiksa. Penyebabnya adalah perlekatan bayi yang kurang oke saat menyusu.
Seharusnya sebagian besar areola, terutama yang bagian bawah, masuk ke dalam mulut bayi. Sedangkan bayi saya hanya puting yang masuk ke mulutnya.
Tanda lain perlekatan bayi yang baik saat menyusu antara lain bibirnya terlipat keluar atau dower. Perhatikan pipi bayi ya, Mamsi, jangan sampai kempot karena hanya mengisap dan bukan memerah ASI. Jika terdengar bunyi mendecak, itu juga tanda perlekatan yang tidak baik. Seharusnya yang terdengar adalah suara menelan.
Jika perlekatan bayi saat menyusui baik, mamsi tidak akan kesakitan. Bayi pun terlihat tenang saat menyusu.
Saya dan si bayi pun berjuang memperbaiki perlekatan. Caranya begini, Mamsi:
- Memposisikan perut bayi menempel ke tubuh mamsi.
- Memastikan mulut bayi berada tepat di depan puting payudara.
- Memastikan telinga bayi dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
- Bibir bayi dirangsang menggunakan puting. Saat mulut terbuka, segera dekatkan kepala bayi ke payudara mamsi dan masukkan puting serta aerola ke mulut bayi.
Saluran ASI Tersumbat
Perlekatan bayi yang belum baik di awal-awal menyusu membuat payudara saya tidak kosong sempurna. Produksi ASI berlimpah, namun tidak keluar dengan optimal. Akibatnya terjadi penyumbatan ASI.
Payudara rasanya berat dan penuh, tapi ASI yang keluar sedikit sekali. Bila payudara dipegang, akan teraba seperti benjolan. Duh, sakit sekali.
Untuk mengatasinya, saya tetap memberikan ASI pada si bayi. Kompres hangat di bagian yang bengkak juga dilakukan. Suhu hangat membantu mengendurkan otot-otot yang tegang dan mengurangi rasa nyeri.
Selain itu, saya pijit lembut payudara menggunakan jari dengan gerakan memutar menuju puting. Pijatan juga dilakukan menggunakan dua jari, yakni telunjuk dan jari tengah. Gerakannya seperti mengetukkan jari secara bergantian.
Saya juga memompa ASI untuk membantu pengosongan payudara nih, Mamsi. Untunglah tidak sampai terjadi peradangan atau mastitis.
Konsumsi Booster ASI
Ketika persalinan saya semakin dekat, bukan hanya vitamin kehamilan saja yang dikonsumsi. Suplemen booster ASI juga sudah mulai saya asup, lho. Pilihan ASI booster saya jatuh pada Herba Asimor.
Pilihan ini bukan sekadar ikut-ikutan teman. Saya cari tahu lebih dahulu kandungannya. Rupanya Herba Asimor terbuat dari bahan-bahan alami yang dipercaya sejak lama bisa melancarkan ASI. Bahan yang digunakan yaitu daun torbangun, daun katuk, dan ikan gabus.
Yuk, kita cari tahu lebih detail tentang bahan-bahan alami tersebut.
Daun Torbangun
Daun torbangun dikenal juga sebagai bangun-bangun, memiliki nama ilmiah Coleus amboinicus L. Penelitian manfaat ekstrak daun bangun-bangun yang dilakukan Tiurlan Farida Hutajulu, Lukman Junaidi menyebut ada berbagai kandungan penting di daun ini. Komponen gizi daun torbangun antara lain atsiri thymol, forskholin, carvacrol, bahan aktif flavonoid trihidroksi isofiavon, kaemferol glikosida dan 2-hidroksi khalkon.
Nah, torbangun dapat meningkatkan sel epitel dan metabolisme kelenjar susu. Hal ini menyebabkan ASI dapat meningkat 65 persen, tanpa mengubah kualitas gizi susu.
Manfaat lain dari daun torbangun adalah memperkuat fisik mamsi setelah melahirkan. Kehilangan darah, mengejan, menahan sakit. Semua itu tentu menguras tenaga ya, Mamsi. Namun, konsumsi Asimor membuat saya jadi lebih kuat dan bugar. Kondisi itulah yang mendukung IMD bisa dilakukan.
Daun Katuk
Sauropus androgynus alias daun katuk juga sudah lama dikenal sebagai salah satu tanaman yang bisa meningkatkan dan membuat ASI lancar. Tidak jarang ya Mamsi, saat menyusui kita disarankan makan lalap daun katuk.
Tapi saya lebih suka daun katuk yang dimasak sayur bening. Ditambah irisan cabai, hm segar sekali dimakan di siang hari.
Ekstrak daun katuk diyakini bisa meningkatkan kuantitas ASI hingga 50,7 persen. Alasannya, daun katuk mengandung steroid dan polifenol. Keduanya bisa meningkatkan kadar prolaktin. Nah, bila kadar prolaktinnya tinggi, maka produksi ASI semakin cepat dan lancar.
Selain itu, daun katuk juga kaya gizi. Daun katuk merupakan sumber vitamin A, B, dan C. Lemak, protein, kalsium, zat besi, dan karoten juga terkandung di daun katuk. Satu lagi, daun katuk kaya akan antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas penyebab kerusakan sel.
Ikan Gabus
Channa striata atau ikan haruan alias ikan gabus kaya akan protein. Albumin pada ikan air tawar ini bisa menjaga kualitas ASI.
Albumin, mineral seng (Zn), besi (Fe), dan asam lemak yang terkandung di ikan gabus bisa membantu menyembuhkan luka. Jadi bila ada luka yang didapat saat melahirkan, maka bisa segera sembuh.
Oh ya, Mamsi, berdasarkan product placement quantitative riset ke 40 mamsi pada tahun 2017, konsumsi Herba ASIMOR terbukti meningkatkan jumlah produksi ASI dalam waktu yang cepat. Bahkan 2 dari 3 mamsi merasakan ASI meningkat hanya dalam waktu 2-3 hari saja. Lalu dalam kurun waktu dua minggu konsumsi Herba ASIMOR, 1 dari 2 mamsi mendapat volume ASI 75 ml sampai dengan 125 ml saat memompa ASI.
Dengan volume ASI yang lebih banyak dan lancar, kualitas tidur bayi meningkat. Bayi pun buang air kecil lebih sering, sebagai salah satu tanda kecukupan cairan. Dampaknya, berat badan bayi akan bertambah dan bertumbuh dengan baik.
Memberikan ASI memang perlu diperjuangkan ya, Mamsi. Kita harus berdamai dengan berbagai hal tidak menyenangkan, utamanya di awal-awal menyusui. Untunglah Herba ASIMOR membantu mengatasi tantangan menyusui saya.
Yuk, Mamsi semangat memberikan ASI untuk si kecil. Apalagi ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Dengan istirahat dan minum yang cukup, makanan bergizi, dan konsumsi Herba ASIMOR, ASI lancar dan banyak bisa diwujudkan.
Nah, untuk tahu lebih banyak tentang Herba ASIMOR, Mamsi bisa mengunjungi situs ASIMOR. Mamsi juga bisa membelinya di Shoppe, jangan lupa gunakan kode voucher GOAPMOMS untuk mendapatkan diskon 10 persen. Semangat menjadi Pejuang kASIh!