Hari Pertama Sekolah, Catatan Kecil untuk si Bungsu

“Nak, Mama abadikan kisah hari-hari pertama sekolah. Suatu saat nanti, saat kamu membacanya, semoga kamu jadi makin sayang mama dan keluarga.”

15 Juli 2024 adalah fase baru dalam hidup si bungsu. Saat ini, dia masuk sekolah taman kanak-kanak (TK). Umurnya baru empat tahun, jadi sebenarnya saya tidak berharap banyak dia akan bisa banyak hal.

Saat pencarian sekolah, si bungsu selalu dilibatkan. Dia diajak ke beberapa sekolah dan dimintai pendapatnya. Sebenarnya, dia jatuh cinta pada sekolah pertama yang kami datangi. TK berbasis Islam yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Tempat main yang warna-warni dan cukup besar menarik perhatiannya. Kami sudah beli formulir pendaftaran dan melengkapi persyaratan. Namun, kemudian berubah pikiran. Alasannya adalah uang masuk sekolah yang cukup tinggi.

Mulanya memang kami tidak keberatan. Mikirnya tuh, “ada harga, ada rupa”. Lagi pula, selama ini kami selalu mengutamakan pendidikan anak. Namun, kemudian muncul pertimbangan si kecil akan ikut les olahraga dan bahasa asing. Jadi, sebaiknya bujetnya dibagi-bagi.

Akhirnya memilih sekolah TK yang juga berbasis Islam, dengan jarak yang lebih dekat dari rumah. Biaya masuknya jauh lebih murah daripada TK sebelumnya. Selain itu, di TK ini tidak ada perayaan ulang tahun di sekolah. Ini sama banget dengan kebiasaan di rumah yang tidak pernah merayakan ulang tahun.

O, ya, keinginan sekolah ini datang dari si kecil sendiri. Dia terinspirasi kakaknya yang sudah SD. Di sisi lain, kami memang ingin dia bersekolah TK agar bisa bersosialisasi dengan teman-teman seumuran. Maklum, di rumah temannya hanya kakaknya saja.

Lalu bagaimana hari pertama sekolah si bungsu? Ini dia cerita selengkapnya.

Mama Ikut Belajar di Kelas

hari pertama di sekolah

Di mana ada mama, di situ ada Ariq –si bungsu–. Ke mana pun saya pergi, pasti Ariq selalu diajak serta. Bagaimana lagi, Ayahnya kerja dan kakaknya sekolah. Tidak ada orang lain di rumah kami.

24 jam selalu bersama mama membuat Ariq jadi anak yang sering kali termama-mama. Dia tidak bisa lepas jauh dari saya. Sweet, tapi terkadang mengesalkan juga.

Harapan saya, dengan bersekolah, Ariq akan lebih berani dan tidak termama-mama lagi. Saya pasti akan merindukan masa-masa dia mengekori saya. Namun, biar bagaimana pun, saya harus menyiapkan “perpisahan” dengannya. Bukankah orang tua memang perlu menyiapkan anak untuk bisa siap hidup tanpa ayah dan ibunya? Ini karena perpisahan adalah keniscayaan.

Di hari pertama sekolah, Ariq memegang jari saya kuat-kuat. Jika tidak dapat jari, dia akan menarik baju atau jilbab mamanya. Untungnya, para mama masih boleh menemani anak-anak di kelas.

Saya memastikan padanya, bahwa diri ini tidak ke mana-mana. Harapannya, Ariq akan lebih merasa aman dan nyaman. Namun, gagal, pemirsah!

Mau Bermain dan Belajar, Tapi Masih Malu-malu

Jika dilihat-lihat, Ariq ini sebenarnya mau dan ingin terlibat dalam kegiatan di kelas. Hanya saja, dia sepertinya masih merasa kurang aman dan nyaman. Tempat ternyaman baginya adalah di sisi mama. Jadi ya, kalau nggak ada mama, rasanya ada yang kurang.

Jadilah di hari itu saya ikut menyanyi, berdoa, bermain, dan bergerak seperti para siswa lainnya. Emak-emak yang cosplay jadi anak TK.

Satu hal yang menguji kesabaran adalah Ariq seperti sengaja agar saya melakukan sesuatu untuknya. Perihal melepas dan memakai sepatu Ariq sudah sangat terampil. Sebelum usia dua tahun, kemampuan ini pun sudah sangat dikuasainya. Namun, di sekolah, kemampuan itu seperti hilang dalam sekejap.

Duh! Sabar, sabar, sabar! Akhirnya saya bantu dia deh memakai kaus kaki dan sepatu. Rasanya Ariq seperti sedang protes kenapa dia berada di tempat baru yang membuatnya tidak senyaman biasanya. Hiks, padahal kan dia sendiri yang pengin sekolah.

Bagaimana Hari Kedua Sekolah?

main di sekolah

Di hari pertama sekolah, saya berdiskusi dengannya sepanjang jalan. Mencoba memahami perasaannya.

“Kenapa Ariq nggak membolehkan Mama keluar kelas?”

“Nggak apa-apa. Ariq maunya sama Mama terus.”

“Tapi kan itu sekolah untuk anak-anak, bukan untuk ibu-ibu. Besok boleh ya, Mama tunggu di luar kelas. Nanti Mama ngintip Ariq deh di jendela.”

“Tapi Ariq takut.”

“Takut? Kenapa?”

“Karena nggak ada Mama.”

“Mama ada di luar kelas. Mama mau tanya, di dalam kelas ada srigala nggak?”

“Nggak ada.”

“Ada hantu?”

“Nggak.”

“Adanya siapa?”

“Bu guru dan teman-teman.”

“Seram nggak?”

“Nggak.”

“Nah, kalau gitu, Ariq nggak perlu takut. Semuanya baik dan Mama akan menunggu Ariq pulang sekolah. Kalau Ariq sudah pulang, kita bisa cerita dan main-main bersama lagi.” Saya berusaha menguatkan dirinya.

“Ya udah, besok Mama di luar kelas. Mama ngintip Ariq dari jendela ya.”

“Siaaap. Nanti pas ngintip, Mama foto Ariq lalu Mama kirim ke Ayah ya.”

“Iya, boleh-boleh.”

Setelah percakapan panjang lebar itu, apakah di hari kedua sekolah lebih smooth? Rupanya masih meminta saya masuk ke kelas. Pegangannya erat sekali. Rasa kesal kembali menyusup. Ya, Allah, sulit sekali melepasnya.

Akhirnya saya mengalah. Saya duduk di dekatnya. Namun, kali ini tidak sedekat di hari pertama sekolah. Setelah itu, dia sibuk membuat prakarya. Saya melihatnya dari jauh. Berkali-kali dia melihat ke arah saya sambil mengacungkan jempol. Saya membalasnya dengan antusias.

Saat main di luar, saya juga hanya melihatnya dari tempat duduk di pinggir sekolah. Tidak seperti di hari pertama sekolah, di mana saya harus ikut berdiri di belakang barisannya. Alhamdulillah, sudah ada kemajuan.

Ariq juga sudah mau melepas dan memakai sepatunya sendiri. Benar-benar tanpa bantuan Mama lagi.

Semua berproses. Saya tidak bisa memaksakan proses yang sama dengan teman-teman Ariq. Bukankah Ariq juga bisa berlari kencang setelah berkali-kali jatuh kala belajar jalan. Mulanya dibantu, lalu benar-benar bisa melakukan tanpa asistensi.

Saya mencoba menerima hal tersebut tanpa drama. Meski ada kesal yang menyusup-nyusup. Meski ada sedih, karena tanpa disadari dalam pikir muncul pembandingan dengan teman-temannya. Bismillah. Ariq ‘kan makhluk Allah. Penciptaan-Nya tanpa cela. Bismillah, semoga Allah mudahkan Ariq bermain dan belajar.

Menerapkan Tip agar Hari Pertama Sekolah Sukses Tanpa Termama-mama

main di sekolah

Saya sudah membaca beberapa artikel tentang tip sukses hari pertama sekolah. Harapannya hari pertama sekolah berlangsung tanpa drama dan si kecil tidak termama-mama.

O, ya, kalau kata Katrina Green, guru pendidikan anak usia dini dan anak usia dini bersertifikat di program Just Wee Two di Brooklyn, New York, masalah kecemasan umum terjadi saat anak mulai masuk sekolah pendidikan anak usia dini. Sumber utama kecemasan saat memasuki sekolah adalah anak sama sekali tidak tahu apa yang diharapkan.

“Mereka telah menghabiskan tiga hingga empat tahun pertama mempelajari peraturan dan rutinitas kehidupan keluarga mereka dan mereka sama sekali tidak terbiasa dengan peraturan dan rutinitas baru yang akan mereka hadapi,” jelas Katrina, seperti dikutip dari parents.com.

Lalu gimana cara terbaik membantu anak yang mengalami kecemasan di hari pertama masuk sekolah? Berikut ini beberapa tipnya.

1. Pertahankan Pola Pikir Positif

Anak-anak akan menerima petunjuk dari orang tuanya. Termasuk tentang kondisi sekolah, kelas, juga teman baru dan gurunya. Agar anak tidak cemas, kita harus terus memertahankan pola pikir positif.

Saat anak terlihat cemas menghadapi hari-hari pertama sekolah, orang tua perlu meyakinkan mereka bahwa semua baik-baik saja. Pastikan pada anak-anak bahwa kita berada di dekatnya jika mereka membutuhkan kita.

Kasus saya dan Ariq: hal ini sudah saya lakukan. Seperti cerita saya di atas, memang tidak semudah yang dibayangkan. Namun, alhamdulillah di hari kedua, kecemasan Ariq jauh berkurang.

2. Bermain Peran

Salah satu kegiatan untuk memberikan pemahaman pada anak bahwa mereka tidak ditinggalkan sama sekali saat sekolah adalah bermain peran. Kita bisa menyeting area rumah seperti sekolahan. Lalu pura-pura mengantar anak ke sekolah.

Setelah itu, kita pura-pura jadi guru dan mengajak anak bermain sambil belajar. Jangan lupa setel alarm untuk menjadi pertanda waktu sekolah usai. Kemudian, pura-pura lagi menjemput anak sekolah.

Harapannya, anak akan lebih terbiasa dengan konsep bermain dan belajar di sekolah.

Kasus saya dan Ariq: bermain peran sudah dilakukan, termasuk mengajaknya berkegiatan seperti yang dilakukan di sekolahnya. Semoga dalam masa ta’aruf di pekan pertama sekolah ini, Ariq sudah lebih berani. Aamiin.

3. Membaca Buku tentang Kegiatan Sekolah

buku anak

“Buku yang menggambarkan apa yang terjadi di sekolah, serta menunjukkan perasaan anak, dapat membantu meredakan kegelisahan,” kata Sally Tannen, direktur Parenting Center di 92nd Street Y di New York City.

Di rumah kami, buku memang jadi media untuk memberikan berbagai pemahaman dan gambaran suatu peristiwa. Saya pun melakukan itu menjelang Ariq sekolah. Memang tidak smooth, tapi saya yakin ada hal-hal yang semakin menguatkan Ariq dari kegiatan membaca buku tersebut.

4. Jangan Menyelinap Pergi

Katanya, anak-anak kecil akan merasa lebih takut dan cemas jika orang tuanya tiba-tiba menghilang. Menurut Fran Walfish, Psy.D., psikoterapis anak dan keluarga dan penulis The Self-Aware Parent, sebenarnya perlu waktu hingga sepuluh pekan bagi seorang anak untuk sepenuhnya siap ditinggalkan di sekolah tanpa orang tuanya.

Fran menyarankan untuk mengatasi kecemasan di hari pertama sekolah adalah dengan membiarkan orang tua masuk ke kelas dan duduk di samping anaknya. Namun, orang tua tidak boleh berinteraksi dengan anak selama kegiatan di kelas. Jadi, fungsi orang tua hanyalah sebagai jaring pengaman.

Ketika anak sudah mulai bisa ditinggalkan, bukan berarti kecemasan benar-benar pergi. Kita bisa meninggalkan benda peralihan untuk si kecil. Misalnya gelang, batu, atau gambar kecil yang mengingatkan pada kita, orang tuanya.

Sebelum pergi meninggalkan anak, kita harus memberi tahu pada mereka. Pastikan kita akan kembali datang untuk menjemputnya setelah kelas selesai.

Kasus saya dan Ariq: tip ini belum saya terapkan. Insyaallah akan saya coba di hari ketiga. Bismillah, semoga dimudahkan. Jika berhasil, nanti saya bagikan ceritanya, ya!

5. Jangan Banding-bandingkan Anak

“Mama tunggu di luar, ya. Tuh lihat si A saja berani di kelas tanpa mamanya.” Rasanya ingin sekali bilang seperti itu pada Ariq. Namun, membandingkan anak di depannya adalah semacam “hukuman” baginya.

Menghargai proses anak adalah cara terbaik untuk membuat transisi dari main di rumah jadi main di sekolah selancar mungkin. Menerima tanpa drama mungkin sulit, tapi insyaallah bisa kok kita lakukan.

Lagi pula anak ‘kan beda-beda. Sebagaimana orang tua, juga beda-beda. Kita jalani saja prosesnya.

hari pertama sekolah

Penutup

Ketika hari pertama Ariq sekolah tidak smooth, saya tergoda untuk menyudahi sekolahnya. Terlebih, saya jadi lebih capek saat Ariq mulai sekolah. Terpaksa saya harus menunda beberapa pekerjaan sampingan atau pun pekerjaan rumah, lantara harus cosplay jadi murid TK.

“Mungkin belum saatnya Ariq sekolah,” pikir saya. Ketika berdiskusi dengan suami, dia tidak setuju mengakhiri proses sekolah Ariq. Bukan karena sudah telanjur keluar uang, tapi hal seperti ini cepat atau lambat pasti akan kami jalani.

Ariq perlu belajar menguasai diri saat berjauhan dari orang tua. Demikian pula kami, harus bersabar menemani Ariq berproses.

Esok hari, jika Ariq sukses belajar di kelas tanpa saya, saat pulang sekolah saya akan bilang, “Nah, Ariq sudah berani sekarang. Good job. Lihat, Mama benar-benar datang untuk menjemput Ariq ‘kan?”

Pada akhirnya, tidak akan ada hal yang mudah jika tidak dibuat mudah oleh Allah. Saya berikhtiar untuk menguatkan Ariq. Sisanya saya serahkan pada Allah. Semoga Allah mudahkan, mampukan, dan kuatkan kami.

Mama punya pengalaman menarik juga di hari pertama masuk sekolah anak?

Referensi

parents.com, “First Day of Preschool Tips: Overcoming Separation Anxiety and More,” https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/starting-preschool/separation-anxiety/overcoming-separation-anxiety/, diakses 16 Juli 2024.

1 Comment
  1. duniamasak says

    paling suka kalo lagi persiapan anak sekolah adalah saat memasak bekal, kegiatan ini seru sekali 😀

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.