Menanamkan Adab Memberi dan Diberi pada Anak
Hidup itu tidak selalu menerima atau diberi sesuatu oleh orang lain. Ada kalanya juga kita perlu memberi. Nah, dalam memberi dan dan diberi, ada adab yang perlu diterapkan. Yuk, kita tanamkan adab memberi dan diberi kepada si kecil sejak dini.
Saat menjelang Lebaran, kepada anak-anak saya wanti-wanti jangan sampai mereka meminta angpao. Jika kelak mereka mendapati sepupunya dapat angpao dan dirinya tidak, maka tidak perlu meminta bagian.
“Kalau memang ingin angpao, nanti minta saja pada Mama dan Ayah, saat kita sudah di rumah ya, Nak. Bebas deh mau minta amplop angpao yang seperti apa. Tidak sopan ya kalau kita minta sesuatu, apalagi minta uang pada orang lain,” pesan saya.
Untunglah anak-anak paham. Semoga nanti dalam pelaksanaannya, mereka akan ingat pesan ini. “Taqi kalau nggak dikasih nggak akan minta kok, Ma. Taqi sih malu kalau minta,” ucap si sulung yang ditirukan oleh adiknya. Masyaallah, Allah baik sekali menitipkan rasa malu meminta.
Adab Memberi yang Perlu Ditanamkan pada Anak
Ihwal memberi, seperti memberi hadiah, sudah lumayan dibiasakan pada si kecil. Setidaknya saat bertamu ke rumah kerabat atau saudara, selalu membawa buah tangan semampunya. Pun saat pergi ke luar kota, ada sedikit buah tangan yang diberikan kepada tetangga terdekat.
Kepada si kecil kami jelaskan, memberi hadiah adalah perbuatan terpuji. Manfaat dari memberi hadiah adalah bisa mempererat tali kasih dan persahabatan dengan sesama manusia.
Saling memberi hadiah juga telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Nabi pun menganjurkan umatnya untuk memberikan hadiah. Ini berdasarkan hadis Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam.
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” Hadis hasan riwayat Al Bukhari di dalam Al Adab Al Mufrid dan Abu Ya’la.
Berikut ini beberapa adab dalam memberikan sesuatu atau hadiah kepada orang lain.
1. Adab Memberi: Menampakkan Rasa Senang Saat Menyerahkan Hadiah
Menurut Imam al-Ghazali, salah satu adab memberi adalah dengan menampakkan rasa senang. Jadi, memberi sesuatu pada orang lain adalah sunnah, bukan kewajiban. Dengan begitu, jangan sampai di wajah kita terlihat raut keterpaksaan saat memberi.
Sebaiknya juga jangan memberi dengan raut meremehkan. Saya pernah mendapati orang yang memberi sesuatu pada orang lain dengan nada bicara yang terdengar ketus dan sombong. Jadi kesannya sesuatu yang kita berikan itu nggak berharga, makanya diberikan kepada orang lain.
Hal itu jadi ibroh bagi saya. Kadang saya takut jika pemberian saya dinilai banyak kurangnya. Jadi saya ingat-ingat terus untuk merendahkan hati sekali saat memberikan sesuatu pada orang lain.
“Maaf, saya barusan transfer sedikit untuk tambah-tambah beli token listrik.” Misalnya kalimat pemberitahuan pemberiannya seperti itu. Meskipun yang kita berikan Rp1 miliar, menurut saya tetap perlu merendahkan hati.
Baca tulisan ini juga yuk: Saat Anak Bertanya: Kebaikanku Kok Tidak Dibalas Kebaikan?
2. Beri Sesuatu yang Layak dan Halal
Saya pernah membaca cerita orang yang mendapat pemberian kurang layak dari orang lain. Dari ceritanya, dia mendapat masakan yang sudah dihangatkan berhari-hari sehingga kurang segar. Ada juga barang yang sudah kedaluwarsa.
Hmm, mungkin kadang kita berpikir makanan yang sudah hilang peminatnya di rumah akan lebih bermanfaat di rumah orang lain. Namun, kita seringkali lupa, pemberian yang seperti itu seolah “membuang sampah” dari rumah kita.
Jika memang masakannya kurang segar karena sudah dihangatkan berhari-hari, tidak perlulah diberikan kepada orang lain. Kasihan jika orang lain harus makan makanan yang mungkin agak asam atau yang teksturnya kurang menggugah selera.
Jangan lupa, sebagai seorang Muslim, kehalalan sesuatu harus sangat diperhatikan. Jangan sampai menyebarkan sesuatu yang haram melalui pemberian kita.
3. Memberi untuk Tujuan Kebaikan
Saat memberi sesuatu pada orang lain, jangan sampai “ada udang di balik batu”. Maksudnya, jangan sampai pemberian kita ditujukan sebagai “sogokan” agar urusan kita dimudahkan, misalnya.
Sebaiknya motivasi kita dalam memberi hadiah adalah untuk mempererat hubungan dan keakraban. Apalagi dalam sebuah pemberian ada perhatian di dalamnya. Seringkali pemberian hadiah bisa mencairkan konflik dan menyirnakan kedengkian.
4. Adab Memberi: Tidak Mengambil Kembali ataupun Mengungkit Pemberian
Berikan dan lupakan. Dengan begitu kita tidak akan mengungkit pemberian kepada orang lain. Jika orang yang kita beri tidak berterima kasih, tidak menghargai pemberian kita, atau justru membuangnya, biarkan saja.
Kita hanya perlu berbuat baik, salah satunya dengan memberi. Jika si penerima tidak bersikap baik, maka itu sama sekali bukan urusan kita. Tidak perlu menyesal sudah memberi.
Kadang juga kita merasa menyesal memberikan sesuatu pada orang lain. Misalnya, kita memberi sepasang sepatu. Eh ternyata nggak lama kita butuh sepatu. Sst, jangan diambil kembali. Semoga Allah beri rezeki sehingga kita bisa membeli yang baru.
Adab Diberi yang Perlu Diajarkan pada Anak
Memberi ada adabnya. Demikian pula saat diberi alias menerima pemberian dari orang lain. Nah, ini dia beberapa adab diberi yang perlu ditanamkan pada anak.
1. Menampakkan Rasa Gembira Saat Menerima Pemberian
Saat menerima pemberian, jangan lupa untuk menunjukkan rasa gembira. Ya, meskipun pemberian itu tampak sepele di mata kita.
Dengan menunjukkan rasa gembira, bisa membuat si pemberi merasa senang dan dihargai. Apalagi, bisa jadi pemberiannya dibeli dengan uang yang baginya tidak sedikit. Bisa jadi pula pemberian itu dibuat dengan susah payah, atau dibawa dengan penuh perjuangan.
Menunjukkan rasa gembira, tidak hanya diwujudkan dalam ekspresi wajah saja. Bisa pula dengan memakai atau mencicipinya dengan sepengetahuan si pemberi.
Saya jadi ingat seorang Padhe yang menghargai dan tampak senang sekali jika diberi sesuatu oleh orang lain. Jika diberi makanan, maka dia akan langsung mencicipi makanan tersebut, kendati dia sudah sangat kenyang.
Lantas, jika diberi barang seperti baju, topi, atau sandal, beliau pun akan sering mengenakan di hadapan si pemberi. Masyaallah, terharu banget.
Darinya saya juga belajar, untuk memilih diksi saat harus “berbasa-basi” kepada si pemberi. Alih-alih berkata, “Lha kok pakai beli makanan seperti itu yang mahal, di rumah saja banyak makanan,” lebih baik bilang, “Duh, kamu jadi repot-repot beli makanannya untuk saya.”
Ada lagi nih, jika kita diberi oleh-oleh makanan usai berkunjung dari rumah kerabat, jangan pernah berkata begini:
“Di kulkas juga ada makanan kayak gini sudah seminggu belum juga dimakan.”
“Makan bakso dulu di warung dekat rumah,” tulis kita di WAG atau di status media sosial.
Kalimat semacam itu bisa menyinggung si pemberi. Jika tidak suka, sebaiknya diberikan diam-diam kepada orang lain yang menyukai. Kunci mulut agar tidak berkata macam-macam.
Jika sudah dijamu dan diberi oleh-oleh makanan yang banyak, tapi kita menampakkan sedang makan di luar, menurut saya juga kurang sopan. Kesannya nggak menghargai si pemberi makanan. Tahan diri untuk nggak gampang update kegiatan yang berpotensi mengiris perasaan orang lain.
Menampakkan rasa gembira kepada si pemberi juga merupakan bagian dari bersyukur. Ingat, Allah Yang Maha Pemberi Rezeki akan menambah nikmat-Nya kepada siapa pun yang mensyukuri pemberian orang lain.
Baca tulisan ini juga yuk: Beragam Manfaat Bikin Konten Video Bersama Anak Pakai…
2. Mendoakan si Pemberi
Apa pun pemberiannya, jangan lupa mendoakan si pemberi ya. Doakan yang baik-baik, karena doa yang baik akan “memantul” kepada diri kita sendiri.
Oh ya, salah satu doa yang makbul adalah ketika yang didoakan tidak tahu jika ia sedang didoakan. Jadi ada baiknya, kita banyak mendoakan kebaikan dengan diam-diam.
3. Membalas Jika Mampu
Memberi bisa mempererat tali silaturahmi. Dengan begitu, jika mampu, sebaiknya kita membalas pemberian orang lain. Namun, jika kita yang memberi, jangan pernah mengharap balasan dari orang lain.
4. Memuji Jika Memungkinkan
Salah satu sifat manusia adalah senang dipuji. Untuk itu, jika seseorang memberikan sesuatu kepada kita, jangan pelit melontarkan pujian bila memungkinkan.
Pujian diberikan secara wajar, tidak berlebihan, dan tidak terkesan menjilat agar diberi hadiah lagi. Misalnya dengan mengatakan, “Masyaallah baik banget kamu, sudah repot-repot beli hadiah ulang tahun untuk anakku. Terima kasih ya, Allah yang balas kebaikanmu ya.”
Bisa juga dengan mengatakan, “Masyaallah rajin banget masaknya, rasanya enak lagi. Baik banget pakai kirim-kirim masakan, Allah yang balas ya.”
Penutup
Tulisan ini adalah hasil obrolan dengan anak dan suami beberapa waktu lalu. Ketika kami merasa senang kala pemberian dihargai. Sekaligus ada kecewa dan sedih menyusup ketika pemberian kami seolah tak dihargai.
“Kalau kita memberi, ya sudah jangan dilihat dan diingat lagi mau diapakan dan mau bagaimana respons penerimanya. Tapi kalau kita yang diberi, harus menunjukkan bahwa kita senang. Kita juga harus mendoakan si pemberi. Berlakulah sebagaimana kita ingin diperlakukan,” pesan suami.
Bismillah, semoga tak hanya bisa mengajarkan adab memberi dan diberi pada anak. Namun, sebagai orang tua, kami bisa memberikan contoh dalam menerapkan adab memberi dan adab diberi.
Referensi:
islam.nu.or.id, 4 Adab Pemberi Hadiah menurut Imam al-Ghazali, https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/4-adab-pemberi-hadiah-menurut-imam-al-ghazali-wDcl5, diakses pada 15 April 2023.
jateng.nu.or.id, 7 Adab Menerima Hadiah Menurut Imam al-Ghazali, https://jateng.nu.or.id/keislaman/7-adab-menerima-hadiah-menurut-imam-al-ghazali-5kwad, diakses pada 15 April 2023.
islamdigest.republika.co.id, Adab Menerima dan Mensyukuri Pemberian Orang, https://islamdigest.republika.co.id/berita/qdd221366/adab-menerima-dan-mensyukuri-pemberian-orang, diakses pada 15 April 2023.