Bedanya Menjadi Bloger Zaman Dulu dan Sekarang
Blogger dan bloger, mana nih istilah yang benar? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, yang benar adalah bloger alias hanya menggunakan satu huruf ‘g’ saja.
Nah, bloger adalah sebutan untuk orang yang mengeblog; pengeblog; narablog. Terkait dunia blog, saya mau cerita pengalaman saya nih.
Bloger, Bukan Hal Baru
Buat saya, menulis blog bukan kegiatan baru. Aktivitas ini sudah saya jalani sejak sekitar tahun 2007. Kala itu saya menulis di Friendster dan Multiply. Hmm, adakah yang familier dengan keduanya?
Selanjutnya, saya membuat akun di beberapa platform blog. Nah, salah satu yang masih tetap ada hingga sekarang adalah www.akupunmenulis.wordpress.com. Pada masanya, blog saya itu cukup ramai lho.
Empat belas tahun menulis blog sepertinya saya ini sudah “senior” sekali ya. Namun, sebenarnya tidak sesenior yang dibayangkan. Soalnya selama bertahun-tahun saya sempat vakum. Penyebabnya karena saya bekerja di bidang tulis-menulis yang cukup menyita perhatian. Menulis di tempat kerja dan menulis blog rasanya seperti koki yang memasak di dua tempat. Lelah.
Setelah memutuskan berhenti dari kerjaan kantoran, saya kembali aktif menulis di blog. Sayangnya, beberapa waktu lalu, tulisan saya di blog juga tidak terlalu update. Alasannya karena saya ada kerjaan paruh waktu plus kehabisan energi mengerjakan pekerjaan domestik. Apalagi setelah anak kedua lahir, energi semakin cepat habis. Hmm, tapi hal itu seharusnya tidak menjadi pembenar untuk membiarkan blog “berdebu” bukan?
Bloger Zaman Dulu
Seturut pengalaman saya, ada beberapa hal-hal mencolok bagi bloger zaman dulu dan sekarang. Berikut ini hal yang saya dapati dari menjadi bloger zaman dulu.
1. Lebih Mudah Dapat Pengunjung
Sepertinya zaman dulu, sekitar 10-14 tahun lalu, orang-orang belum banyak yang menulis di blog. Saya kira inilah alasan blog lama saya mendapatkan pengunjung relatif mudah.
Sepertinya apa saja yang ditulis selalu dibaca orang lain. Apalagi jika tulisannya mengandung tips, tentang klub sepakbola Juventus, atau informasi tentang hal-hal jadul.
Pada zaman dulu, puluhan orang sampai mendaftarkan emailnya untuk mendapat update tulisan saya. Ada pula yang menjadikan tulisan saya sebagai salah satu penunjang tugas sekolahnya. Hiks, terharu sekali.
2. Cenderung Menjadi Open Diary
Zaman dulu, saya cenderung menjadikan blog sebagai open diary. Sampai hal-hal yang kurang penting saja saya tulis. Semua demi menuntaskan hasrat ingin curhat, cerita, dan menyalurkan perasaan.
Tulisan tentang curhat sepertinya menempati posisi sekitar 60-70 persen isi blog. Lalu apakah tulisan di blog saat ini nggak beraroma curhat? Masih, hanya saja, tetap saya sisipkan informasi-informasi yang berbobot dari sumber tepercaya. Siapa tahu ada yang membutuhkan.
3. Lebih Kental Gado-gadonya
Blog saya zaman dulu sangat terasa gado-gadonya. Ada curhat, musik, film, puisi, cerpen, info dan tips wisata, sepakbola. Wah serba ada pokoknya. Kala itu blog merupakan wahana untuk menyalurkan segala yang dirasa, dialami, dan dipikirkan, meski sangat remeh.
Apalagi saat saya melanjutkan pendidikan di Bandung sehingga harus keluar dari pekerjaan bidang reportase dan tulis-menulis. Duh, tanpa menulis rasanya hampa. Saya sungguh berterima kasih pada penemu blog, diri ini jadi bisa leluasa menuangkan hasrat untuk menulis.
Bloger Zaman Sekarang
Pada 2010, seusai melanjutkan pendidikan, saya kembali menekuni pekerjaan lama. Di saat itu pula saya hiatus dari dunia blogging. Sesekali memang masih setor tulisan di blog, hanya saja frekuensinya sangat jarang.
Nah, pada 2019, saya kembali berkomitmen untuk lebih sering menulis blog. Penyebabnya adalah saya kembali mundur dari pekerjaan kantoran. Suami yang seorang IT engineer menghadiahkan blog ini, www.mamanesia.com.
Sejak 2019 hingga kini, blog saya memang belum terlalu ramai isinya. Namun, saya berniat untuk meramaikannya perlahan-lahan. Dalam ikhtiar konsisten menjadi bloger, saya merasakan sejumlah perbedaan dibanding blogging zaman dulu.
1. Punya Niche
Ketika mulai menulis blog lagi di 2019, saya ikut kelas bloger pemula. Dari situ saya tahu bahwa ada istilah niche dalam dunia blogging. Istilah yang beberapa tahun lalu tidak saya ketahui.
Niche blog pun beragam. Ada niche teknologi, wisata, parenting, perempuan, makanan, dan lain-lain. Dikenal pula niche lifestyle untuk menyebut blog yang isinya gado-gado. Namun segado-gadonya blog lifestyle, tidak sesesak blog saya zaman dulu yang juga gado-gado.
Apa sih kegunaan menentukan niche blog? Tujuannya adalah agar konten blog kita lebih fokus. Dengan begitu, audiens lebih sempit sehingga konten yang disajikan jauh lebih relevan bagi mereka.
Mengingat audiens hanya membaca tema yang mereka suka saja, maka kemungkinan mereka menjadi pelanggan blog kita semakin besar. Selain itu, niche blog juga mempermudah mesin pencari untuk mengidentifikasi blog kita. Hal itu meningkatkan peluang untuk tampil di peringkat tinggi mesin pencari. Dampaknya, akan membawa lebih banyak pembaca ke blog kita.
Hanya saja, saat ini sepertinya hampir semua orang menulis di blog. Media online pun semakin banyak. Artinya tulisan dan blog kita bersaing dengan lebih banyak tulisan di jagat maya.
2. Perlu Belajar SEO
Zaman dulu nulis blog ya nulis saja, tidak perlu memikirkan banyak hal. Sedangkan saat ini, jika ingin menjadi bloger profesional, perlu belajar search engine optimization (SEO).
SEO merupakan proses untuk meningkatkan visibilitas laman suatu situs saat orang mencari produk atau layanan tertentu melalui mesin pencari. Semakin baik visibilitas suatu laman situs, maka semakin besar kemungkinan menarik perhatian calon pembaca atau pelanggan.
Cara kerja SEO adalah menggunakan bot mesin pencari untuk merayapi situs yang satu ke situs yang lain. Informasi tentang halaman dikumpulkan, lantas dimasukkan ke dalam indeks.
Berikutnya, algoritme menganalisis halaman dalam indeks dengan mempertimbangkan ratusan faktor peringkat. Hal ini untuk menentukan urutan halaman yang akan muncul dalam hasil pencarian untuk kueri tertentu.
Beberapa hal yang mendukung SEO optimal antara lain kualitas konten, kata kunci yang tepat, dan kecepatan dalam mengakses laman. Untuk mendukung SEO yang optimal saat ini ada beberapa situs yang menyediakan rekomendasi kata kunci yang paling sering dicari orang.
3. Bisa Jadi Pekerjaan
Empat belas tahun yang lalu belum ada pekerjaan bloger di Indonesia. Namun, saat ini bloger semakin diperhitungkan. Blogging pun tak lagi sekadar hobi, melainkan bisa menjadi pekerjaan.
Dalam konferensi pers, pekerja media bukan lagi satu-satunya undangan. Bloger pun menerima undangan liputan. Mereka punya peluang yang sama dengan para jurnalis untuk bertanya pada narasumber, lalu menuliskan hasil liputannya di blog pribadi.
Dulu, brand mempercayakan iklan hanya ke media massa. Namun, seiring semakin diperhitungkannya bloger, blog pun menjadi media untuk beriklan. Sebut saja konten bersponsor serta review produk dan jasa yang semakin banyak menggunakan jasa bloger.
Untuk menunjang pekerjaannya, bloger pun membekali dirinya dengan berbagai kemampuan. Ada bloger yang juga vlogger, memiliki podcast, juga punya kemampuan fotografi dan mengolah video yang ciamik. Bahkan banyak bloger yang menunjang dirinya dengan kemampuan desain visual dan public speaking. Hal-hal yang lebih dari satu dekade lalu mungkin belum terlalu dipikirkan seorang bloger.
Keberadaan media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram pun semakin melengkapi seorang bloger dalam menyebarluaskan kontennya. Dunia maya terasa semakin luas dan ramai.
Motivasi Menjadi Bloger
Diri sendiri adalah motivasi saya menjadi bloger. Ya, saya masih menulis apa saja yang ingin saya tulis. Blog ini masih menjadi open diary, meski sebagian besar tulisannya tentang parenting dan keluarga.
Banyak bloger yang kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai penulis lepas. Saya justru kebalikannya. Beberapa pekerjaan sebagai penulis lepas ditinggalkan, sehingga punya lebih banyak waktu dengan blog pribadi. Tidak ada yang mengikat saya untuk menulis tema tertentu dan dengan ketentuan tertentu.
Menulis bagi saya adalah gairah. Dengan menulis, saya bisa berefleksi, mengikat ilmu, atau belajar hal baru. Nah, ketimbang tulisan-tulisan itu disimpan sendiri, lebih baik dipublikasikan di blog. Siapa tahu di luar sana ada orang yang butuh informasi yang kita tulis.
Mungkin ada orang yang butuh informasi tentang resep bakso sederhana, ide bermain anak, atau seputar belanja online. Saat pandemi seperti sekarang ini, kegiatan belanja online memang jadi pilihan banyak orang.
Bicara belanja online, untuk warga Jawa Timur, bisa menggunakan Aplikasi Super, nih. Ada beberapa keuntungan belanja online di aplikasi ini, lho, yakni:
- Belanja mudah
Hanya perlu ambil handphone, lalu unduh aplikasi Super. Selanjutnya kita bisa belanja sembako kapan pun dan di mana pun. Sesimpel itu! - Belanja murah
Jangan khawatir pada harga mahal saat berbelanja online di aplikasi Super. Di sini, kita bisa mendapatkan aneka barang kebutuhan sehari-hari dengan harga murah. - Bebas ongkir
Keuntungan lain belanja di aplikasi Super adalah bebas ongkos kirim alias ongkir. Kurir akan mengantar pesanan kita sehari setelah pemesanan dilakukan. Secepat itu!
Sebagai penutup, saya hanya mau bilang bahwa zaman banyak berubah. Banyak hal juga ikut berubah. Jika saya atau siapa pun ingin menjadi bloger profesional, tentunya harus siap dengan perubahan yang ada. Perlu banyak belajar juga agar tulisan kita bisa menjangkau lebih banyak orang. Semoga tulisan sederhana yang pernah digoreskan bisa memberi sedikit manfaat bagi orang lain.
Referensi:
Setuju banget nih Mba, sebagai yang udah punya blog dari lama kerasa banget perkembangan blog dulu dan sekarang. Aku dulu juga menjadikan blog cuma sebagai open diary dan bener-bener cuma untuk sharing kehidupan atau memori aja dan gak ada info pentingnya sama sekali. Tapi, sekarang belajar tentang niche, belajar SEO, sering blogwalking dll jadi banyak tambahannya. Untungnya sih aku masih enjoy banget ngejalaninnya jadi enggak merasa beban apalagi malah seneng kan ya kalo blognya rame.