Dari Bali, Yoga Langitkan Mimpi Wujudkan Nelayan Berdasi

“Bukan lautan hanya kolam susu

Kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai, tiada topan kautemui

Ikan dan udang menghampiri dirimu …”

Familiar dengan lirik lagu tersebut? Ya, itu adalah lagu yang dinyanyikan grup musik legendaris Tanah Air, Koes Plus. Lagu yang menggambarkan betapa melimpah kekayaan Indonesia. Hanya berbekal kail dan jala saja, ikan dan udang di lautan dengan mudah didapatkan.

Sayangnya, kondisi tersebut tak lagi dirasakan para nelayan. Berbekal kail dan jala saat mengarungi samudera saja tidak cukup untuk membawa pulang banyak ikan. Perairan yang luas dan melimpahnya sumber daya perikanan dan kelautan tidak serta merta membuat nelayan sejahtera.

Kemiskinan seolah membuntuti para nelayan. Mengutip artikel Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), jumlah nelayan miskin di Indonesia pada 2019 mencapai 14,58 juta jiwa. Nah, angka ini menyumbang 25 persen kemiskinan nasional.

Berangkat dari keprihatinan itu, pemuda asal Bali, I Gede Merta Yoga Pratama mencari solusi. Terlebih melihat potensi wisata pantai di Bali yang sangat besar, berbanding terbalik dengan kehidupan para nelayan di Pulau Dewata. Fenomena itu mengiris hatinya.

Yoga, panggilan akrabnya pun melangitkan mimpi. Kelak, dia ingin mewujudkan para nelayan berdasi. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk kehidupan nelayan yang lebih sejahtera dan berkecukupan.

Waktu berlalu laksana berlari. Asa Yoga yang telanjur dilangitkan, rupanya bukan sekadar mimpi. Ini dia kisah Yoga mewujudkan nelayan berdasi.

Nelayan Berdasi adalah Pelaut yang Melek Teknologi

Yoga dan nelayan berdasi/ Foto: dok. FishGO

Selama ini nelayan kerap dikaitkan dengan kondisi ekonomi rentan dan kesejahteraan rendah. Pendapatannya cenderung tidak stabil. Melaut berjam-jam, hingga mungkin lebih dari sehari, tapi hasil tangkapannya tidak seberapa. Akibatnya, banyak nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Itulah yang menyebabkan sebagian orang melihat pekerjaan nelayan kurang menjanjikan dan tidak menarik. Ditambah lagi pekerjaan nelayan cukup berat dan berisiko. Bagaimana tidak? Mereka bekerja di laut lepas dan menghadapi kondisi cuaca yang tidak menentu.

“Salah satu sahabat saya adalah anak nelayan. Selama kuliah, dia banyak cerita susah hidupnya. Gimana anak nelayan, gimana bapaknya. Dia khawatir karena bapaknya pernah nggak pulang sehari,” tutur Yoga dalam wawancara dengan BeritaSatu di program People and Inspiration.

Yoga menyadari benar sistem kerja nelayan dan orang-orang di darat sangat berbeda. Jika ada kendala, orang di darat bisa menggunakan telepon seluler untuk berkomunikasi. Sedangkan para nelayan di laut bisa terkendala signal.

Selama kuliah di Fakultas Kelautan dan Perikanan, Yoga berpikir keras. Dia berusaha mencari solusi untuk memudahkan kerja para nelayan. Beruntung, saat praktik kerja lapangan, Yoga bergabung dengan Balai Penelitian Konservasi yang berada di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Fokus project yang digarap Yoga saat praktik lapangan adalah penginderaan jarak jauh dan modelling oseanografi yang berfokus pada ekosistem pesisir. Tak ingin project-nya hanya berakhir di laporan tertulis, Yoga pun merealisasikannya dalam bentuk aplikasi.

Nah, aplikasi ini memiliki sejumlah fitur yang bisa menjadi solusi bagi sejumlah permasalahan nelayan. Semangat Yoga pun menggelegak. Impiannya mewujudkan nelayan berdasi semakin mendekati nyata.

“Image-nya berdasi itu kan secara kemampuan mampu memanfaatkan teknologi. Punya kemampuan, bisa bersaing,” sambung Yoga.

Harapannya, dengan bermunculan para nelayan berdasi, pekerjaan ini tidak lagi termarjinalkan. Anak-anak muda kelak bisa memilih pekerjaan ini dengan penuh kebanggaan, bukan keterpaksaan.

Seperti apa aplikasinya? Apakah para nelayan menyambut keberadaan aplikasi tersebut dengan antusias?

FishGO, Aplikasi Pelacak Ikan Berbasis Navigasi, Amunisi Nelayan Berdasi

Aplikasi FishGo dan hasil tangkapan nelayan setelah menggunakan FishGO/ Foto: Dok. FishGO

Aplikasi pelacak ikan berbasis navigasi itu dinamai FishGO. Saat mendengar nama aplikasi ini, pasti mengingatkan pada game PokemonGO, bukan? Rupanya Yoga terispirasi pada game ini. Jika PokemonGO mencari keberadaan para pokemon,  FishGO mencari ikan di lautan.

Nah, untuk menjadi nelayan berdasi, aplikasi FishGO bisa menjadi amunisi. Memanfaatkan teknologi, FishGO menggantikan metode lama para nelayan yang mencari ikan dengan mengandalkan rasi bintang dan sebaran burung.

Puluhan tahun lalu, mungkin metode tradisional itu membawa hasil. Namun, kini banyak hal berubah. Illegal fishing, migrasi ikan, dan faktor-faktor lain membuat metode tradisional kerap gagal membawa hasil maksimal.

Dalam AstraTalks 15th SATU Indonesia Awards 2024 yang digelar pada 29 Oktober 2024, Yoga menjelaskan cara kerja FighGO. Jadi, FishGO menggunakan pengolahan data citra penginderaan jarak jauh, dipadukan data lapangan dan modelling oseanografi, lalu output-nya adalah koordinat.

Melalui FishGO, nelayan tahu keberadaan ikan, hingga tingkat spesies. Jadi, dari rumah, nelayan sudah tahu tujuan melautnya. Mereka juga tahu ikan jenis apa yang akan ditangkap, apakah ikan lemuru, tongkol, kenyar, atau layur.

“Kita juga sesuaikan juga dengan alat tangkapnya. Jadi, kalau di Bali itu rata-rata menggunakan gill nett atau jaring insang. Dengan itu, kita prediksikan, lebar gill nett 8-15 meter, diprediksi jam berapa ikan itu naik ke permukaan,” terang alumnus Universitas Udayana ini.

Nelayan selanjutnya akan dituntut oleh map di aplikasi FishGO menuju ke pelabuhan terdekat. Dari situ, akan diinfokan pula kecepatan angin, ketinggian gelombang, dan informasi penting lainnya.

Singkatnya, FishGO membantu nelayan memetakan lokasi pergerakan ikan secara tepat sasaran. Dengan demikian, nelayan dapat melaut dengan aman. Konsumsi bahan bakar untuk melaut juga lebih efektif, serta kegiatan menangkap ikan bisa lebih efisien. Berbekal aplikasi ini, beban kerja nelayan bisa lebih ringan dan efektif.

Tantangan Yoga, Mengenalkan FishGO Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

Yoga mengenalkan aplikasi FishGo/ Foto: dok. FishGO

Meski FishGO menawarkan sejumlah kemudahan, tapi aplikasi ini tidak begitu saja diterima nelayan dengan tangan terbuka. Pasalnya, selama ini nelayan secara turun-temurun menggunakan cara tradisional untuk mencari ikan.

“Susahnya minta ampun (dalam mendisrupsi budaya). Datang-datang lalu statement-nya, saya itu anak bawang,” kenang Yoga saat AstraTalk.

Kendati sempat diremehkan dan mendapat penolakan, semangat Yoga tidak surut. Berbagai pendekatan terus dilakukan, termasuk melalui anak-anak muda di daerah pesisir.

Yoga pun menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengumpulkan nelayan dan melakukan sosialisasi. Rupanya cara itu cukup efektif untuk membuat suara perubahan yang Yoga gaungkan didengar para nelayan.

Hasilnya, nelayan pun mau mencoba menggunakan aplikasi FishGO. Lantas perubahan apa yang dirasakan para pelaut?

Mencatat Perubahan

Hasil tangkapan ikan yang meningkat/ Foto: dok. FishGO

Sejumlah perubahan yang dirasakan nelayan setelah menggunakan FishGO menjadi catatan tersendiri bagi Yoga. Bulir-bulir kebanggaan menyusup di dada.

Bukan, ini bukan tentang bangga karena dirinya merasa berjasa. Namun, rasa bangga karena nelayan merasakan manfaat signifikan. Semakin nyata, nelayan berdasi bukan sekadar mimpi.

Impact before-after pemakaian FishGO, pertama, jumlah tangkapan ikan. Kedua, waktu penangkapan. Ketiga, biaya bahan bakar,” tutur Yoga.

Sebelum menggunakan aplikasi FishGO, jumlah maksimal ikan yang bisa dibawa pulang nelayan adalah 40 hingga 70 kg. Meski memang dalam keadaan tertentu, ada pula yang bisa membawa 100 kg. Nah, menggunakan FishGO, minimal ikan yang bisa diperoleh adalah 100 kg.

“Hasil bersih yang bisa dibawa pulang sekitar Rp.300.000,00 setelah dipotong biaya pemilik jukung, pemilik jaring, mesin, dan bahan bakar,” sambung Yoga.

Catatan perubahan lainnya, dulu nelayan butuh setidaknya 18 jam untuk mencari ikan. Itu pun tanpa ada kepastian mendapat ikan. Padahal sudah keluar ongkos untuk bahan bakar. Sekarang, dengan FishGO, hanya perlu sekitar 6 jam untuk melaut, dengan kepastian dapat ikan dan bahan bakar yang lebih terukur.

FishGO terbukti mampu meningkatkan jumlah tangkapan ikan hingga 84,1 persen. Selain itu, dapat menghemat bahan bakar hingga 30 persen.

Apakah setiap nelayan bisa menggunakan FishGO? Jawabannya: tidak. Akun FishGo diberikan secara terbatas ke kelompok nelayan. Hal ini diterapkan agar para nelayan tidak berebut ikan.

di FishGO, nelayan bisa melaporkan hasil tangkapan ikannya. Dengan begitu, pengguna FishGo dapat melihat siapa saja yang telah melaporkan hasil tangkapannya.

Melalui FishGo, para nelayan bisa lebih cerdas dalam bekerja. Tidak sekadar mendapat hasil laut yang lebih maksimal, tetapi juga bisa menjaga stabilitas ketersediaan sumber daya.

Mengembangkan Jejaring Melalui Penghargaan Satu Indonesia Awards

Yoga saat menjadi salah satu pembicara di AstraTalks 15th SATU Indonesia Awards 2024

Sepak terjang Yoga dalam membantu nelayan menjadi prestasi yang membanggakan Ibu Pertiwi. Tak heran, dia mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2020 untuk bidang teknologi.

Baginya, apresiasi ini turut berkontribusi mengenalkan aplikasi temuannya. Yoga yakin, nelayan Indonesia umumnya punya masalah yang sama. Untuk itu, pengguna FishGO seharusnya bukan hanya nelayan Bali saja.

Yoga kini bisa lebih leluasa berjejaring. Dirinya lebih mudah melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan. Bahkan katanya, ada nelayan di Sulawesi yang mengontak dirinya karena tertarik pada aplikasi FishGO.

SATU Indonesia Awards merupakan apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan. Ada beberapa bidang yang jadi fokus, yakni Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.

Penutup

Beranilah bermimpi besar, lalu lakukan sesuatu. Ungkapan itu benar adanya. Karena mimpi selamanya hanya akan menjadi mimpi jika kita enggan bangkit dan mulai mewujudkannya.

Seperti I Gede Merta Yoga Pratama yang melangitkan mimpi mewujudkan nelayan berdasi. Memang perlu ketekunan dan usaha keras. Dalam perjalanannya, bisa jadi ada rasa hampir menyerah. Namun, tekad baja harus dipelihara, agar tak dilibas keluh kesah.

Menerapkan ilmu yang dimiliki, Yoga sukses menelurkan aplikasi FishGO, amunisi untuk menjadi nelayan berdasi. Didukung SATU Indonesia Awards yang diraih pada 2020, Yoga melesat mewujudkan mimpi.

Nelayan berdasi kini tak hanya tinggal di dunia mimpi. Tentu bukan nelayan yang ke mana-mana memakai dasi, tetapi yang melek teknologi. Dan nelayan berdasi itu kini nyata ada di Bumi Pertiwi.

Referensi

AstraTalks 15th SATU Indonesia Awards 2024, https://www.youtube.com/watch?v=m707SKLtHAI&t=6932s

People and Inspiration: FishGo Permudah Kerja Nelayan, https://www.youtube.com/watch?v=1n3gebFMTMY&t=3s

www.brin.go.id. BRIN Dukung Keberlanjutan Nelayan Perikanan Tangkap dan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat, https://www.brin.go.id/news/113188/brin-dukung-keberlanjutan-nelayan-perikanan-tangkap-dan-perkebunan-kelapa-sawit-rakyat

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.