5 Alasan Perjalanan Darat Jakarta-Bali untuk Liburan adalah Petualangan Seru
“Yuk, kita liburan ke Bali,” ajak Suami suatu kali. Auto mengecek isi dompet dan rekening dong. Hmm, tiket pesawat Jakarta-Bali untuk empat orang sepertinya cukup menguras kantong. Sebelum saya protes, suami bilang, “Nggak usah naik pesawat, kita perjalanan darat Jakarta-Bali saja naik mobil.”
Bicara perjalanan darat menggunakan mobil sendiri sebenarnya sudah beberapa kali kami lakukan. Pernah dua kali keliling Jawa Tengah dan Jawa Timur, pernah juga ke Bengkulu, bahkan sampai ke Padang. Suami nyetir sendiri, tanpa ada sopir pengganti.
“Yakin nih mau nyetir sampai Bali?” tanya saya.
“Hmm, gini aja. Coba dulu sampai Surabaya. Kalau nggak kuat, kita liburan di Surabaya dan sekitarnya,” kata Suami.
Akhirnya saya menyiapkan dua itinerary. Satu, liburan ke Surabaya dan sekitarnya. Satu lagi, liburan ke Bali menggunakan perjalanan darat.
Anak-anak yang diberi tahu rencana liburan menggunakan perjalanan darat langsung girang bukan main. Apalagi si Sulung. “Semoga Ayah sehat dan kuat, bisa nyetir sampai Bali, ya Allah,” harapnya.
Perjalanan darat Jakarta-Bali ini sebenarnya dilakukan beberapa bulan lalu. Tepatnya di akhir tahun 2023 lalu, saat libur anak sekolah. Seperti apa petualangan yang kami jalani? Simak terus ceritanya ya.
Jarak Jakarta-Bali
Sebelum memulai perjalanan, perlu tahu dulu jarak Jakarta-Bali. Melihat Google Maps, jarak kedua daerah hampir 1.200 kilometer melalui jalur Tol Trans Jawa dan kapal ferry.
Waktu tempuh perjalanan darat Jakarta-Bali, sekitar 18 hingga 30 jam. Tentu waktu ini bergantung pada tingkat kecepatan dan kondisi lalu lintas.
Lalu berapa liter bensin yang diperlukan? Kami menggunakan mobil Hyundai Grand I10. Konsumsi bahan bakar sekitar 20 km/liter, jadi untuk perjalanan darat Jakarta-Bali membutuhkan sekitar 60 liter bensin.
Pengeluaran untuk bensin, dengan harga Pertamax per Desember 2023 adalah Rp13.350,00, maka biaya yang disiapkan adalah Rp801.000,00. Untuk pulang pergi berarti bujetnya sekitar Rp1.602.000,00. Ini belum termasuk bensin selama berwisata di Bali selama tiga hari.
Rute Perjalanan Darat Jakarta-Bali
Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 05.30 WIB. Sedikit molor dari rencana “setelah salat subuh langsung jalan”. Nggak apa-apa, mataharinya baru muncul sedikit, kok. He-he, menghibur diri sendiri.
Perjalanan darat Jakarta-Bali kini relatif mudah dan lancar karena dilakukan dengan menyusuri tol. Setelah itu, baru deh menyeberang menggunakan kapal ferry.
Jadi, rutenya dimulai dengan melewati Tol Dalam Kota. Selanjutnya, kendaraan diarahkan masuk Tol Jakarta-Cikampek. Lanjut masuk ke Tol Cikopo-Palimanan, dan terus melaju ke arah timur.
Terus masuk ke Tol Kanci-Palimanan, lanjut ke Tol Kanci-Pejagan. Selanjutnya, tetap ikuti jalur Tol Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, sampai ke Solo-Ngawi.
Masuk ke Provinsi Jawa Timur, terus pacu kendaraan mengikuti jalur ke timur. Dalam perjalanan, saya tertidur. Suami hanya ditemani si Sulung yang masih melek. Saat bangun, saya sudah berada di depan penginapan. Di mana itu? Di Probolinggo, Jawa Timur!
Sebenarnya dari Probolinggo sudah dekat ke Pelabuhan Ketapang, tinggal menyeberang deh ke Gilimanuk. Namun, suami memutuskan istirahat semalam di Probolinggo karena hari sudah larut malam. Perjalanan akan dilanjutkan keesokan harinya.
Berikut ini rincian biaya di tiap ruas tol untuk kendaraan Golongan I dari Jakarta menuju Bali, pada Desember 2023, seperti dikutip dari Kompas.
Tol Outer Ring Road: Rp17.000
Tol Jakarta-Cikampek (Japek): Rp20.000
Tol Cikopo-Palimanan (Cipali): Rp119.000
Tol Palimanan-Kanci (Palikanci): Rp13.500
Tol Kanci-Pejagan: Rp31.500
Tol Pejagan-Pemalang: Rp60.000
Tol Pemalang-Batang: Rp53.000
Tol Batang-Semarang: Rp111.500
Tol Semarang ABC: Rp5.000
Tol Semarang-Solo: Rp92.000
Tol Solo-Ngawi: Rp131.000
Tol Ngawi-Kertosono: Rp98.000
Tol Kertosono-Mojokerto: Rp50.000
Tol Mojokerto-Surabaya: Rp39.000
Tol Surabaya-Gempol: Rp27.500
Tol Gempol-Pasuruan: Rp46.500
Tol Pasuruan-Probolinggo Timur: Rp 30.000
Total biaya tol untuk perjalanan darat Jakarta-Bali menggunakan mobil golongan I adalah Rp 944.500,00.
Lalu untuk menyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk, kami memesan tiket kapal ferry secara online melalui Ferizy. Pemesanan lebih mudah dan terencana. Perjalanan dari penginapan sampai ke pelabuhan butuh waktu sekitar tiga jam. Kami memesan tiket ferry untuk jam 16-17.00 agar tidak terburu-buru.
Mobil kami termasuk golongan IVA. Pada 23 Desember 2024, tarif penyeberangannya Rp213.400. Harga tersebut sudah termasuk penumpang dan bagasi. Waktu tempuh penyeberangan ini kurang lebih 40 menit.
5 Alasan Perjalanan Darat Jakarta-Bali Jadi Petualangan Seru
Kami sekeluarga suka berpetualang bersama. Kendati mobil kami imut-imut, tapi sudah sangat perkasa mengantar dan menaungi kami di berbagai perjalanan. Dia adalah saksi bisu aneka kenangan indah yang terukir sempurna.
Padahal umur mobil kami tidak muda lagi, lho. Sudah hampir 10 tahun membersamai kami. Nanti deh kapan-kapan saya bikin tulisan review Hyundai Grand I10 setelah sembilan tahun pemakaian.
Kembali ke kisah liburan ke Pulau Dewata. Ini dia lima alasan perjalanan Jakarta-Bali naik mobil jadi petualangan seru yang wajib dicoba.
1. Pemandangan Indah
“Wah langitnya biru banget.”
“Awannya bagus, mirip raksasa.”
“Jembatannya cantiiik.”
“Ada sawah! Ada Sawah!”
“Masjidnya bagus banget.”
Seruan takjub kerap terdengar selama perjalanan darat Jakarta-Bali yang kami lakukan. Entah kami yang norak, atau orang-orangnya memang gampang terpukau ya, he-he-he.
Namun, serius deh, biasanya cuma lihat tembok lagi tembok lagi, lalu menyaksikan aneka pemandangan, rasanya jadi tampak indah banget. Apalagi nih, saat kami berada di sekitar kawasan Taman Nasional Baluran.
Taman tersebut berada di Situbondo, tak begitu jauh dari Banyuwangi. Saat melintas, kami mendapati pohon-pohon yang tampak estetis. Entah pohon apa, penampakannya tinggi kurus menjulang. Daunnya kecil-kecil, dengan banyak dahan-dahan kecil. Bahkan ada pula jajaran pohon yang tetap menawan kendati meranggas.
Berlatar belakang langit biru, pohon-pohon tersebut menciptakan pemandangan eksotis. Saat melewati jalanan tersebut, saya teringat perjalanan ke New Zealand bertahun-tahun lalu. Pesona yang sulit membuat mata berkedip.
Tak cuma itu, di beberapa titik, mata termanjakan oleh lautan biru yang membentang. Hmm, aroma laut begitu segar, sehingga kami membuka kaca mobil lebar-lebar.
Apalagi pemandangan saat menyeberang Selat Bali. Matahari bersiap kembali ke peraduan. Warna jingga berpadu dengan kuning keemasan menghasilkan lukisan semesta yang luar biasa cantik. Kapal lain yang melintas hadir dalam siluet indah.
2. Mencicipi Kuliner Khas Sepanjang Perjalanan Darat Jakarta-Bali
Salah satu alasan perjalanan darat Jakarta-Bali jadi kegiatan seru adalah lebih leluasa untuk berhenti di mana saja. Saat masuk waktu salat, segera melipir ke masjid. Ketika hasrat buang air kecil menyapa, bergegas menepi ke toilet umum.
Pun saat melihat makanan khas yang mengundang selera, lebih leluasa mencicipinya. Kami sempat mencicipi sate kelinci dan pecel saat perut meronta di jam makan siang.
Ketika melihat street food seperti pentol pun lebih memungkinkan untuk membelinya. Beda banget jika menggunakan transportasi umum, untuk keperluan makan harus dilakukan terburu-buru.
3. Menikmati Waktu yang Fleksibel
Rencana semula, kami bertolak dari Probolinggo di pagi hari sebelum sarapan. Namun, merasa sayang voucher sarapan di penginapan terbuang percuma, akhirnya rencana pun diubah.
Kami sarapan dengan santai, lalu bebersih dan check out beberapa jam lebih lama dari rencana awal. Di perjalanan pun lebih santai karena jadwal tiket ferry yang dipilih masih cukup lama.
Perjalanan darat Jakarta-Bali menggunakan kendaraan pribadi tentu memberikan privilege berupa waktu yang fleksibel. Bisa berhenti lebih sering. Juga tidak terlalu diburu waktu karena jadwal yang ketat.
4. Perjalanan Darat Jakarta-Bali Bisa Lebih Hemat
Nah, ini! Jika bisa berhemat, kenapa harus boros? Alhamdulillah mobil dalam keadaan prima, pun kesehatan Pak Suami dan kami sekeluarga. Dengan begitu, bisa melakukan perjalanan darat Jakarta-Bali untuk liburan.
Pada 20-24 Desember 2023, rute penerbangan Jakarta-Bali harga tiket termurahnya dihargai Rp1,3 juta hingga Rp1,5 juta. Untuk 4 orang, dalam sekali jalan, kami harus mengeluarkan dana Rp6,2 juta hingga Rp7 juta. Belum lagi tiket pulang dan transportasi selama liburan di Bali.
Sedangkan biaya transportasi perjalanan ke Bali menggunakan kendaraan pribadi, sekitar Rp2,5 juta. Ditambah biaya makan dan penginapan, sekali jalan ke Bali sekitar Rp3,2 juta. Lebih hemat bukan dibanding naik pesawat?
5. Peristiwa Tak Terduga dalam Perjalanan Darat Jakarta-Bali
Perjalanan darat Jakarta-Bali memungkinkan kami menemukan peristiwa-peristiwa tak terduga. Misalnya momen seekor induk monyet yang berjalan sambil menggendong anaknya di sekitar area Taman Nasional Baluran.
Selain itu, karena sering singgah di suatu tempat sepanjang perjalanan, kami banyak berinteraksi dengan penduduk setempat. Senang sekali mendapati keramahan mereka. Seru juga mendengarkan cerita mereka tentang budaya dan tradisi setempat.
Dalam setiap perjalanan, ada banyak peristiwa yang menjadi kisah tersendiri. Bahkan peristiwa kurang baik sekali pun, bisa menjadi kisah penuh makna di kemudian hari.
Tiga Hari di Bali, ke Mana Saja?
Sesampainya di Bali, kami langsung menuju hotel. Desember adalah peak season, sehingga cukup sulit mendapatkan hotel di dekat tempat wisata.
Beruntung, kami masih mendapatkan kamar di Cozy Stay Hotel yang berlokasi di Jl. Gn. Soputan No.88, Padangsambian Klod, Denpasar. Hotel ini berjarak sekitar 5,1 km dari Pantai Double Six.
Kami sampai hotel sudah hampir tengah malam. Aah, ingin segera mandi dan rebahan. Selama tiga hari di Bali kami ke mana saja?
Hari pertama, kami menikmati aneka tarian di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Puas menikmati pertunjukan dan fasilitas di GWK, kami bermain pasir dan air di Pantai Pandawa.
Di hari kedua, kami ke Desa Penglipuran, salah satu desa terbersih di dunia. Kami juga menyempatkan diri makan siang di antara bunga-bunga yang berlokasi tak jauh dari Desa Penglipuran. Nama tempatnya adalah Cafe Kebun.
Saat makan siang, kami terjebak hujan deras. Niatnya, kami akan melanjutkan wisata ke Pura Tirta Empul. Sayangnya, sampai di lokasi parkir, hujan deras kembali melanda. Kami pun memutuskan kembali ke hotel. Mengingat hari beranjak malam, kami mengisi perut terlebih dahulu di Nasi Tempong Indra. Tempatnya tidak jauh dari hotel kami menginap.
Di hari ketiga, kami mengunjungi Pantai Tanah Lot. Kendati sudah berkali-kali ke sana, pantai yang satu ini tetap menyenangkan untuk didatangi. Di sore hari, kami kembali main pasir. Kali ini di Pantai Petitenget. Sembari menunggu matahari terbenam yang memesona, kami makan tipat cantok, makanan khas Bali yang mirip gado-gado.
Penutup
Itulah petualangan kami dalam perjalanan darat Jakarta-Bali saat libur akhir tahun lalu. Seru dan tidak terlupakan. Kelak, jika ada rezeki dan kesempatan, ingin rasanya mengulang kembali petualangan ini.
Kenangan-kenangan selama perjalanan dan liburan ke Bali tersebut menyesakki Google Photos. Sudah lama ingin menuliskannya, tapi selalu terpinggir oleh tema-tema lainnya.
Alhamdulillah isi Google Photos jadi diubek-ubek gara-gara tantangan oprec ODOP Blogger Squad (OBS). Ya, tema tantangan menulis kali ini adalah traveling. Jadilah pengalaman liburan menggunakan perjalanan darat Jakarta-Bali bisa ditulis.
Apakah Teman-teman juga punya pengalaman seru saat traveling? Atau pernah melakukan perjalanan darat tak terlupakan juga?