Cerita Tangguh Seorang Ibu di Balik Perhiasan Kawat Tembaga Handmade Aitha Collection

Di balik setiap karya, sering kali tersimpan kisah perjuangan yang jarang diketahui. Pun dengan Aitha Collection, UMKM yang dirintis Nelita Fatma. Ibu tunggal yang berdomisili di Bogor ini menemukan kekuatan hidup lewat lilitan kawat, batu alam, dan mutiara air tawar.

Jari-jemarinya lincah menggenggam aneka tang untuk membentuk kawat tembaga menjadi bentuk nan indah. Bagi Ita –panggilan akrabnya– menekuni usaha perhiasan kawat tembaga handmade bukan sekadar hobi, tetapi juga bentuk terapi batin dan sumber penghidupan. Dari kegiatan mengkreasikan kawat, Ita belajar bahwa hidup pun serupa itu. Ya, terkadang harus dililit, diputar, dan dibengkokkan dulu agar lebih indah.

Perhiasan Kawat Tembaga; Sebuah Keputusan dan Pilihan

perhiasan kawat tembaga
Bros dari kawat tembaga nan cantik/ Foto: dok. Aitha Collection

Tahun 2010 menjadi titik balik dalam hidup Ita. Setelah melahirkan putranya, Valief Oktafebrian, yang lahir prematur dan memiliki kebutuhan khusus, Ita memutuskan berhenti bekerja.

“Saya dulu sempat kerja di hotel, tapi akhirnya berhenti karena ingin fokus mengurus anak,” kenangnya. Hal itu disampaikan Ita yang ditemui di sela-sela bazar SAE Pisan yang digelar di area parkir Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), Jl. Ir. H. Juanda, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, awal Oktober 2025.

Di sela-sela merawat anak, Ita mulai berpikir bagaimana caranya tetap produktif dan berpenghasilan. Terlebih ketika dirinya menjadi single parent, keinginan produktif di rumah semakin membuncah.

Dia lantas mencoba membuat bros bunga dari bahan akrilik, yang pada 2010-2012 sedang populer. Bros-bros buatannya dijual lewat teman dan bazar kecil. Namun, Ita tak berhenti di situ. Dia merasa ada potensi lebih besar dalam dunia kerajinan tangan yang belum dia jelajahi.

Hingga suatu hari, dia melihat komunitas pengrajin bunga kawat tembaga di media sosial. “Saya lihat di Facebook, banyak yang bikin perhiasan dari tembaga, cantik-cantik sekali. Dari situ saya tertarik belajar,” tuturnya.

Rasa ingin tahu itu membawa Ita pada dunia baru, yakni seni wire wrapping. Ini adalah teknik melilit kawat untuk membentuk perhiasan. Kala itu, bahan tembaga masih tergolong mahal dan belum banyak tutorial yang bisa diakses secara gratis. Akan tetapi semangatnya luar biasa. Ita membeli buku tentang kerajinan tersebut dan belajar secara otodidak melalui komunitas daring.

“Dulu saya suka lihat karya pengrajin luar negeri. Dari situ saya termotivasi untuk bisa juga,” katanya dengan mata berbinar.

Dari Rp200 Ribu Menjadi 1,6 Juta Pertama

Bahan pembuatan perhiasan kawat tembaga Aitha Collection/ Foto: Nurvita Indarini

Ita memulai usahanya dengan modal Rp200 ribu. Uang tersebut digunakannya untuk membeli peralatan dasar seperti tang, pelurus, dan beberapa meter kawat tembaga.

Dia mulai bereksperimen dengan bentuk-bentuk sederhana, melilit kawat hingga menjadi bros dan cincin mungil. Siapa sangka, hasil karyanya menarik perhatian pembeli dari jauh.

“Pembeli pertama saya dari Papua, dan langsung belanja sampai Rp1,6 juta,” kenangnya. “Padahal saya baru mulai, dan ongkirnya saja Rp90 ribu. Tapi dia tetap mau karena suka desainnya,” tambah Ita.

Momen itu menjadi titik balik bagi Ita. Dia semakin percaya diri untuk menjual produknya secara online dan aktif membuka lapak di platform digital seperti Shopee dan media sosial. Dari situ, nama Aitha Collection mulai dikenal luas.

Meski belum memiliki galeri fisik di rumah, Ita tetap mengutamakan sentuhan personal. “Kalau pesanan dari Bogor, kadang saya antar sendiri. Sekalian silaturahmi,” ujarnya.

Keberanian memulai dari nol, ketekunan belajar, dan kejujuran dalam berkarya menjadi fondasi yang menguatkan langkah Ita hingga hari ini. Dari modal kecil dan keberanian besar, dia membuktikan bahwa tangan seorang ibu mampu melilitkan harapan menjadi keindahan yang bernilai.

Perhiasan Tembaga Cantik nan Eksklusif

perhiasan kawat tembaga
Cincin cantik koleksi Aitha Collection/ Foto: dok. Aitha Collection

Ita tertarik membuat perhiasan kawat tembaga karena bahan ini fleksibel dibentuk menjadi cincin, gelang, kalung, hingga bros unik. “Awalnya bikin bros, lalu coba aksesori lain,” terangnya.

Aitha Collection banyak menggunakan bahan batu alam, kristal, dan mutiara air tawar untuk mempercantik perhiasan tembaga. Hiasan tersebut membuat karya Ita semakin berkarakter.

Harga perhiasan karyanya bervariasi, mulai dari Rp10.000. Ita juga membuat jam dengan tali kawat tembaga yang dihiasi batuan cantik. Harganya cukup terjangkau, mulai dari Rp150.000. Bahan baku dan tingkat kesulitan pembuatan turut memengaruhi harga jualnya.

Perempuan berkacamata ini bercerita lebih lanjut tentang karyanya. Kata dia, tembaga yang dia gunakan memiliki lapisan khusus agar tidak mudah teroksidasi. Jadi, selama lapisannya tidak terkelupas, warnanya tidak akan berubah dan tetap indah.

Mata saya lantas tertuju pada gelang buatan Ita yang sangat cantik. Gelang tembaga yang dihiasi untaian batu alam berwarna ivory pink. Saat saya coba, ada hangat yang menyusup di hati. Seakan keindahan gelang itu memancarkan energi positif. Bahkan saya merasa 75 persen lebih cantik, masyaallah.

Melihat saya tersenyum senang, Ita turut tersenyum lebar. Ada kebanggaan yang tak diucapkan, tapi terpancar jelas dari matanya. Kebahagiaan seorang ibu yang karyanya bisa membawa bahagia bagi orang lain.

Ita juga belajar membuat kerajinan dari tembaga bakar. Harga perhiasan ini lebih mahal karena bahan bakunya pun lebih tinggi. Dia lantas memperlihatkan kalung dari tembaga bakar yang berhias batuan cantik.

Kalung tersebut bermotif bunga. Ita membuat setiap detailnya secara manual. Kelopak demi kelopak, lilitan demi lilitan. Butuh fokus dan ketelatenan tingkat tinggi untuk membuatnya. Tak heran, kalung tersebut dibanderolnya Rp1,4 juta.

Ketelitian dan Kesabaran, Jiwa dari Setiap Perhiasan

perhiasan kawat tembaga
Gelang dengan hiasan batu alam/ Foto: dok. Aitha Collection

Membuat perhiasan kawat tembaga handmade bukan pekerjaan ringan. Setiap lilitan butuh ketelitian tinggi agar bentuknya indah sekaligus kuat. Namun, bagi Ita, proses panjang ini justru menjadi bentuk meditasi.

“Saya kerjakan sesuai kapasitas. Kalau badan sedang nggak kuat, saya kurangi dulu,” ujarnya.

Membuat kerajinan perhiasan tembaga tentu ada jatuh bangunnya. Pada 2017, misalnya, Ita sempat berhenti total berproduksi karena cedera tangan. “Jari-jari sering kebas dan ngilu. Terapis bahkan menyarankan saya berhenti,” kenangnya.

Akan tetapi kebutuhan dan semangat hidup membuatnya kembali berkarya di 2018.

“Kadang semangat sedang tinggi, tapi badan nggak kondusif. Harus pintar jaga ritme,” kata Ita yang saat ini tergabung dalam Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI).

Dalam membuat perhiasan tembaga, Ita mengerjakannya sendiri. Karena itu, harus pandai membagi waktu dan tenaga. Kadang, dia merasa jenuh karena duduk lama dan mengerjakan detail halus yang membutuhkan fokus tinggi.

Saat tubuhnya mulai lelah, Ita memilih berhenti sejenak. Dia lakukan kegiatan lain seperti berbincang dengan anak atau sekadar membuka Pinterest mencari inspirasi desain baru.

“Saya orang rumahan. Kalau lagi semangat ya ngerjain aja. Kalau lagi capek, ya berhenti dulu. Tapi nggak pernah benar-benar berhenti,” ujarnya tegas.

Tantangan dan Harapan Aitha Collection

Ita saat bazar/ Foto: Nurvita Indarini

Di tengah banyaknya pengrajin kawat di Bogor, Ita tak melihat mereka sebagai pesaing. “Setiap pengrajin punya ciri khas masing-masing,” ucapnya bijak.

Beda tangan, beda pula hasilnya. Selain itu, rezeki sudah tertakar dan tidak akan tertukar. Keyakinan itu membuat Ita menjalani rutinitasnya dengan optimistis.

Tak sekadar membuat perhiasan, Ita juga melayani reparasi aksesori kawat, lho. Berkat konsistensinya, Aitha Collection kini dikenal sebagai brand perhiasan kawat tembaga handmade Bogor yang elegan dan personal.

Ita berharap suatu saat bisa membuka galeri kecil atau workshop agar lebih banyak orang bisa belajar langsung. “Saya ‘kan dulu belajar otodidak. Kalau nanti bisa berbagi lagi, rasanya bahagia,” ujarnya sambil menyelesaikan pesanan pelanggannya.

Penutup

Perjalanan Aitha Collection adalah kisah tentang daya tahan, dedikasi, dan cinta seorang ibu. Dari modal kecil, Ita berhasil membangun usaha yang bukan hanya menghasilkan, tapi juga menjadi ruang ekspresi sekaligus sumber kekuatan hidupnya.

Lewat tangan yang sempat cedera dan proses panjang penuh kesabaran, Ita membuktikan bahwa kekuatan perempuan bisa tumbuh dari rumah. “Kalau ditanya kenapa masih bertahan (menekuni usaha ini), karena saya suka dan karena harus,” ucapnya tulus.

Dari setiap lilitan kawat, Ita merangkai harapan. Di balik perhiasan kawat tembaga handmade karyanya, tersimpan doa, keteguhan, dan cinta seorang ibu yang tak pernah berhenti memperjuangkan masa depan lebih indah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.