Pengalaman Anak Kena Cacar Air, Padahal Sudah Divaksin

“Mama, di sekolah ada anak yang kena cacar air,” lapor si Sulung saat pulang sekolah. Swiiiing. Mendadak ingatan saya melayang ke beberapa tahun lalu, saat saya terkena cacar air. Salah satu mimpi buruk dalam hidup saya.

Bagaimana tidak? Badan demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, pokoknya nggak enak sekali. Saat lesi berisi cairan muncul pun rasanya makin tidak karu-karuan. Apalagi saat pecah. Perih dan gatal bikin saya stres.

Tak ingin anak-anak merasakan dampak yang super tidak nyaman akibat cacar air, saya dan suami pun mencari vaksin cacar air untuk anak-anak. Sebenarnya dulu, saat si Sulung masih bayi, kami pernah mencari vaksin cacar air. Sekitar tahun 2014-2015, vaksin cacar air masih sulit ditemukan.

Saat itu, Indonesia belum membuat vaksin cacar air sendiri, sehingga bergantung pada vaksin impor. Sayangnya di masa itu, distribusi vaksin cacar air masih difokuskan ke negara-negara Afrika. Jadilah saat kami memesan vaksin cacar air di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan, berada di nomor antrean ratusan.

Sudah Vaksin, Tapi Kok Anak Masih Kena Cacar Air?

anak kena cacar air
Gambar anak kena cacar air/ Foto oleh Nurvita Indarini

Bertahun-tahun berlalu, cacar air tidak menjadi fokus utama bagi kami. Kenapa? Karena kasus cacar air semakin jarang saya dengar. Apalagi si Sulung saat usia prasekolah lebih banyak berada di rumah.

Namun, adanya teman sekolah si Sulung yang terkena cacar air menyalakan alarm kewaspadaan. Di sekitar rumah pun ada kasus cacar air yang cukup banyak. Meski anak-anak sangat jarang keluar rumah, tetap saja khawatir mereka bakal tertular.

Akhirnya saya menelepon rumah sakit dekat rumah untuk menanyakan ketersediaan vaksin untuk cacar air. Rupanya, di rumah sakit tersebut tersedia merek Varivax. Harga vaksin plus jasa dokter lebih dari satu juta.

Sedih sekali karena ternyata tidak di-cover asuransi dari kantor suami. Tapi nggak apa-apa, insyaallah untuk kebaikan anak pasti ada rezekinya.

Sepekan kemudian, giliran si Bungsu yang kami carikan vaksin cacar air. Alhamdulillah dapat harga yang lebih murah. Kami pilih merek Varicella Biofarma. Harga vaksin Rp550.000,00 dan sudah termasuk jasa dokter, tapi belum termasuk admin dan alat kesehatan. Totalnya Rp600.000,00.

harga vaksin cacar air
Harga vaksin di Rumah Vaksinasi Jagakarsa per Agustus 2024/ Foto dari Instagram Rumah Vaksinasi Jagakarsa

Si Bungsu vaksin cacar air di Rumah Vaksinasi Jagakarsa. Ajaib banget, dia menurut dan sama sekali tidak menangis. Padahal dia biasanya saat vaksin di RS selalu panik dan menangis. Mungkin karena dokternya cantik, jadi menghipnosis si Bungsu, he-he.

Ya, dr. Fatima yang menyuntikkan vaksin memang cantik dan ramah. Dia memberikan penjelasan yang sangat terang benderang.

“Meski sudah vaksin, bukan berarti 100 persen terhindar dari cacar air ya, Ma. Hanya saja, karena sudah vaksin, gejala yang dialami akan lebih ringan,” terang dr. Fatima.

Di hari yang sama dengan adik vaksin, si Sulung mendapati lesi kemerahan di lengan kanannya. Berisi cairan, dan tampak membesar setelah beberapa jam. Di malam hari, lesinya semakin bertambah jumlahnya. Tersebar di punggung, badan bagian depan, kepala, dan paha atas.

Wah, sepekan setelah vaksin, si Sulung malah terkena cacar air. Seperti dr. Fatima bilang, vaksin tidak 100 persen menghindarkan dari penyakit bernama lain chicken pox itu.

Namun, benar, gejala yang dirasakan jauh lebih ringan. Setidaknya begitu, saat saya bandingkan dengan kondisi saya bertahun-tahun lalu. Juga saat saya bandingkan dengan kondisi anak-anak teman yang tidak mendapat vaksin cacar air.

Penyebab Anak Kena Cacar Air

anak kena cacar air
Gambar cacar air di tubuh anak saya/ Foto oleh Nurvita Indarini

Dari mana anak saya tertular cacar air? Dari ceritanya sih kemungkinan tertular dari teman sekolahnya. Jadi, temannya masuk sekolah ketika lesi cacar airnya masih ada di tubuhnya. Kemungkinan dia masuk, karena dokter hanya membuatkan surat keterangan tidak masuk sekolah untuk beberapa hari.

Kata anak saya, dia menegur teman yang sakit cacar air itu agar istirahat dulu di rumah. Eh, temannya marah mendapat teguran itu. Dia menyebut anak saya “kompor” sambil meper-meper tangannya yang berlesi cacar air itu ke punggung anak saya. Hih! Kesal sekali mendengarnya.

Beruntung, pihak sekolah yang “kecolongan” segera mengambil tindakan tegas. Sekolah meminta siswa yang bersangkutan untuk istirahat di rumah sampai benar-benar sembuh.

Akhirnya yang dikhawatirkan terjadi juga. Kendati sudah vaksin, anak saya terinfeksi duluan oleh virus penyebab cacar air. Nama virusnya adalah varicella-zoster.

Mengutip Mayo Clinic, cacar air sangat mudah menular pada orang yang belum terkena penyakit tersebut atau belum mendapatkan vaksin cacar air. Nah, setelah terkena cacar air, biasanya tidak akan tertular lagi.

Virus cacar air bisa menyebar melalui berbagai cara, yakni:

  • Menghirup udara dari orang yang terinfeksi melalui bersin atau batuk.
  • Kontak dengan cairan dari mata, hidung, atau mulut seseorang yang terinfeksi cacar air.
  • Kontak tubuh dengan menyentuh lesinya.

Saat awal terinfeksi virus cacar air, si kecil mungkin tampak baik-baik saja. Selama satu hingga tiga pekan, bisa jadi mereka belum merasa sakit. Namun, menurut Cleveland Clinic, anak-anak bisa menyebarkan virus dalam satu hingga dua hari sebelum mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit.

Potensi penularan akan tetap terjadi sampai semua lesi yang pecah mulai kering. Anak yang berusia kurang dari dua tahun sangat berisiko tertular cacar air. Apalagi 90 persen kasus cacar air terjadi pada anak-anak kecil. Meski demikian, anak yang usianya lebih besar dan orang dewasa juga bisa tertular.

Anak saya mengalami cacar air di usia 10 tahun. Sedangkan saya dulu terkena cacar air di umur 18 tahun. Daaan terkena cacar air di usia dewasa itu lebih tidak nyaman lho. Lesinya segede-gede gaban.

Gejala Anak Kena Cacar Air

lesi cacar air
Lesi cacar air yang muncul pertama kali di lengan anak saya/ Foto oleh Nurvita Indarini

Gejala cacar air di fase awal biasanya adalah rasa tidak enak badan. Pada anak saya, mulanya hanya keluhan sakit kepala. Saya pikir sakit kepala biasa, jadi dia hanya saya minta untuk lebih banyak istirahat.

Berikut ini gejala awal cacar air:

Tidak enak badan

Demam

Merasa sangat lelah

Kehilangan nafsu makan

Sakit kepala

Dalam satu atau dua hari kemudian, akan muncul ruam yang gatal. Biasanya ruam ini muncul pertama kali di wajah, dada, dan punggung. Selanjutnya, ruam ini bisa menyebar ke seluruh tubuh.

Dalam kasus yang parah, benjolan cacar air ini juga dapat muncul di mulut, mata, anus, atau alat kelamin. Dalam kasus saya dulu, muncul di alat kelamin, mulut, lubang hidung, dan lubang telinga. Bayangkan bagaimana menderitanya, hiks!

Tiga Fase Ruam Cacar Air

Saat ruam cacar air muncul, ada tiga fase yang dilalui. Ini dia fase-fasenya.

Papula

Ini merupakan ruam berupa benjolan kecil atau bintil yang muncul dalam beberapa hari. Warnanya mungkin merah muda, merah, berwarna sama dengan kulit, atau lebih gelap.

Saat papula muncul, rasanya gatal. Konon 250 hingga 500 papula bisa muncul di seluruh tubuh saat terkena cacar air.

Vesikel

Di fase ini, ruam berupa bintil sudah mulai tampak seperti lepuh atau lesi berisi cairan. Biasanya terbentuk dalam waktu sekitar satu hari. Selanjutnya, lesi ini akan pecah.

Kerak atau Koreng

Setelah lesi pecah, akan muncul semacam kerak atau koreng yang menutupi. Butuh beberapa hari untuk benar-benar kering.

Untuk diketahui, saat beberapa lesi sembuh, benjolan kecil bisa terus bermunculan. Alhasil si kecil bisa mengalami benjolan kecil, lesi, dan koreng di saat yang bersamaan.

Jadi, ketika mendapati beberapa lesi sudah menjadi koreng, jangan merasa anak sudah sembuh sempurna ya, Ma. Masih butuh waktu beberapa hari lagi sampai semua lesi muncul, pecah, dan benar-benar kering.

Beda Cacar Air pada Anak yang Divaksin dan Belum Divaksin

cacar air anak yang divaksin
Beda penampakan cacar air pada anak yang divaksin dan tidak divaksin/ Foto dari imuni.id

Seperti dijelaskan dr. Fatima saat kami vaksin cacar air, vaksinasi tidak memberikan perlindungan 100 persen dari infeksi. Akan tetapi, vaksinasi secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi berat dan komplikasi.

Anak-anak teman saya yang tidak mendapat vaksinasi cacar air, umumnya menjadi sangat rewel. Ini karena mereka mengalami demam yang cukup tinggi, dan rasa tidak nyaman di tubuh yang berlarut-larut.

Ruam yang muncul juga sangat banyak, menyebar merata di seluruh tubuh. Gatal dan perih menyebabkan rasa tidak nyaman semakin menjadi.

Saya amati pada anak saya, dia tidak mengalami demam. Mungkin saking ringannya, demam jadi tidak teramati.

Lesi yang muncul juga tidak sebanyak anak-anak teman saya yang tidak divaksin. Saya lihat jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan infeksi cacar air penuh.

Selain itu, lesi yang muncul cenderung berukuran lebih kecil. Katanya, ruam dan lesi pada anak yang telah divaksin tidak melalui semua fase klasik cacar air. Hal ini mengakibatkan lesi lebih mungkin pecah lebih cepat.

Pada anak yang divaksin, lesi juga tidak selalu berkembang menjadi ukuran yang besar atau kerak seperti pada anak yang mengalami infeksi penuh. Di samping itu, lesi cenderung lebih cepat kering dan cepat sembuh.

Meski sakit cacar, anak saya tampak “sehat-sehat saja”. Jarang sekali dia mengeluh gatal dan perih. Padahal umumnya cacar air mengakibatkan gatal-gatal yang sangat intens.

Porsi makan anak saya pun banyak seperti biasa. Ngemil jalan terus. Sepintas seperti anak yang tidak sakit cacar air. Anak saya tampak “lebih nyaman” menjalani masa “isolasi”.

Anak Kena Cacar Air, Kapan Waktu Tepat Kembali ke Sekolah?

lesi cacar air
Ilustrasi lesi cacar air/ Foto dari Canva

Seseorang dikatakan benar-benar sembuh dari cacar air ketika semua bintik hilang dari tubuhnya. Namun, menurut Cleveland Clinic, anak dapat kembali ke sekolah sekitar tujuh hingga sepuluh hari setelah ruam muncul.

Jadi, tidak perlu menunggu sampai koreng copot sepenuhnya, tetapi harus menunggu sampai semua lesi berair hilang sepenuhnya. Ingat, penularan bisa terjadi saat orang lain terpapar cairan dari lesi cacar air.

Namun, perlu dipahami juga bahwa setiap sekolah memiliki kebijakan terkait anak yang terkena penyakit menular. Di sekolah anak saya, jika terkena cacar air, perlu istirahat di rumah selama 14 hari.

Kendati merasa berat, karena kok lama sekali istirahat di rumahnya, tapi harus terima kebijakan sekolah. Di hari keempat, kondisi cacar air anak saya sudah banyak yang “alum”, tinggal menunggu kering sepenuhnya. Apalagi gara-gara nggak masuk sekolah, terpaksa ujian tengah semester dilakukan secara daring.

Anak saya saat ini masih minum obat dari Puskesmas. Salah satu obat ada yang memiliki efek samping mengantuk. Paling itu saja sih yang bikin anak saya jadi lebih banyak tidur ketimbang hari-hari biasa.

Namun, sekali lagi, saya menerima kebijakan ini. Kadang, mungkin kita merasa anak kita nggak apa-apa, tapi kalau menulari anak lain kan berabe juga.

Penutup

Itulah cerita saya kali ini tentang pengalaman anak kena cacar air, meskipun sudah divaksin. Semoga bisa memberikan gambaran pada Mama-mama semua terkait penyakit yang belakangan ini sedang merebak.

Sebenarnya cacar air adalah penyakit yang bisa sembuh sendiri. Dokter biasanya hanya memberi obat untuk mengurangi keluhan pasien. Misalnya untuk mengurangi sakit kepala, mengurangi gatal, dan menurunkan demam. Makan makanan bergizi dan istirahat cukup bisa jadi ikhtiar untuk meningkatkan imunitas.

O, ya, jika butuh informasi tentang pengalaman penyakit lainnya, seperti anak terkena roseola infantum, bisa baca kisah saya juga. Sehat-sehat terus yaaa!

Referensi

mayoclinic.org. “Chickenpox,” https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chickenpox/symptoms-causes/syc-20351282#:~:text=The%20rash%20caused%20by%20chickenpox,Fever, diakses pada 10 September 2024.

clevelandclinic.org. “Chickenpox,” https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4017-chickenpox, diakses pada 10 September 2024.

webmd.com. “Chickenpox (Varicella): Symptoms, Causes, Prevention,” https://www.webmd.com/children/what-is-chickenpox, diakses pada 10 September 2024.

Artikel ini adalah bagian dari latihan Komunitas LFI supported by BRI.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.