Seberapa Penting Asuransi dan Investasi dalam Hidup?
Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Banyak hal menjadi semakin tidak pasti. Ada kepala keluarga yang kehilangan pekerjaannya. Banyak orang kehilangan keleluasannya berusaha. Satu hal yang bikin hati teriris, ada pula kalangan yang kehilangan anggota keluarga selamanya.
Nah, dalam situasi seperti ini, adakah Mama yang berpikir perlunya asuransi dan investasi dalam hidup? Semakin diupayakan untuk dialokasikan atau justru dihilangkan dari daftar pengeluaran bulanan?
Kali ini saya akan menulis tentang asuransi dan investasi ya, Mama. Kebetulan beberapa waktu lalu, saya ikut webinar bertajuk “Bijak Memilih Asuransi yang Tepat dan Aman”. Yuk simak ulasan selengkapnya.
Asuransi, Nice to Have atau Must to Have?
Dari berbagai ketidakpastian yang kita sering hadapi, ada satu hal yang jadi keniscayaan, yaitu kematian. Ya, kematian adalah pasti bagi makhluk yang bernyawa.
Meski kematian adalah hal lumrah dalam kehidupan, tetapi selalu ada dampak bagi keluarga yang ditinggalkan. Kesedihan pasti dirasakan keluarga. Namun, lebih dari itu ada dampak lainnya yang lebih serius. Misalnya anak terancam tidak bisa melanjutkan sekolah.
Bahkan bila pencari nafkah di keluarga jatuh sakit atau mengalami cacat permanen, tentu ada dampak bagi keluarganya. Seperti kita tahu ya, Ma, saat ada seseorang yang sakit kritis, masalah tidak hanya dihadapi si sakit. Namun, keluarga di rumah dan yang menunggu di rumah sakit juga menghadapi masalah tersendiri.
“Di saat ada ketidakpastian seperti itu, asuransi bisa mengambil peran,” ujar Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Financial Planning Standards Board Indonesia (LSP FPSB), Tri Djoko Santoso, salah satu pembicara dalam webinar.
Kenapa harus ambil asuransi, apakah BPJS Kesehatan saja tidak cukup? Kata Tri Djoko, keberadaan BPJS tidak akan membuat kita langsung ‘jatuh ke lantai’ saat mengalami masalah kesehatan. Akan tetapi kita tidak bisa berharap layanan yang macam-macam, seperti layanan yang lebih cepat dan kelas perawatan terbaik. Jika menginginkan naiknya layanan, maka perlu pakai asuransi.
Tri Djoko mengingatkan dalam hidup, manusia akan melewati ‘masa panen’ dan ‘masa paceklik’. Dengan begitu, hidup kita tidak selalu berkelimpahan seperti saat masa panen. Ada kalanya situasinya memburuk, sebagaimana masa paceklik.
“Asuransi adalah upaya prepare for the worst. Asuransi bekerja saat musim paceklik,” imbuhnya.
Tri Djoko menerangkan polis asuransi jiwa memiliki fungsi utama proteksi keuangan menyeluruh. Artinya melindungi keuangan keluarga karena hilang atau berkurangnya penghasilan (income protection) dan kekayaan (wealth protection) seorang pencari nafkah atau pemilik kekayaan, karena sebab meninggal, kecelakaan, sakit, dan cacat.
Dengan berbagai macam alasan tersebut, Tri Djoko menyimpulkan bahwa asuransi adalah sesuatu yang must to have, bukan nice to have.
Bagaimana Memilih Asuransi yang Tepat?
Oke, sekarang jadi lebih paham nih bahwa asuransi adalah sesuatu yang perlu dimiliki. Itu adalah ikhtiar mempersiapkan hal terburuk yang bisa terjadi dalam hidup. Namun, bagaimana memilih asuransi yang tepat?
Sepertinya wajar ya, Ma, saat kita agak khawatir menggunakan produk asuransi. Sebab beberapa waktu lalu ada keluhan terkait produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi. Konon banyak orang yang mengalami kerugian investasi dari produk asuransi yang digunakannya.
Mindful atau berkesadaran saat hendak membeli produk asuransi wajib banget kita miliki nih, Ma. Dengan begitu, kita jadi belajar dan berusaha memahami tentang apa yang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita inginkan.
Saat ini banyak orang menawarkan produk asuransi dengan berbagai macam cara. Kita sebagai pembeli harus paham kebutuhan dan melek informasi soal asuransi. Jadi sebaiknya mikir dulu baru beli. Jangan sampai salah belu dulu, baru mikirnya belakangan.
“Perusahaan asuransi juga sudah seharusnya memastikan bahwa para tenaga pemasarnya telah tersertifikasi dan memiliki pengetahuan produk yang baik sehingga mampu memasarkan seluruh produk yang dijual sesuai aturan yang berlaku,” terang Muhammad Irsan, Head of Agency Training & Manpower Development, PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia, di acara yang sama.
Irsan menambahkan sebaiknya perusahaan asuransi mempunyai program pelatihan berkala untuk para tenaga pemasar. Bila perlu bisa pula mengundang trainer profesional untuk memberikan program pelatihan yang komprehensif. Dengan begitu, tenaga pemasar asuransi bisa menjual produknya dengan cara benar. Rupanya hal ini pun telah dilakukan oleh Tokio Marine Life Insurance Indonesia.
Agar aman, pastikan Mama memilih perusahaan asuransi yang memiliki proses pemantauan kepatuhan tehadap peraturan yang ketat, memiliki tata kelola perusahaan yang baik, dan terdaftar serta diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Salah satu ciri perusahaan asuransi tepercaya adalah bisa memberikan informasi yang transparan dan mudah di akses.
Lalu, pastikan tenaga pemasar terdaftar dan memiliki sertifikasi keagenan dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Jangan lupa, kita wajib mendapatkan penjelasan lengkap dari tenaga pemasar tentang produk asuransi jiwa yang akan dibeli. Jangan sampai beli produk asuransi seperti membeli kucing dalam karung. Jika masih ada yang mengganjal, yuk tanyakan seterang-terangnya, Ma.
“Tak lupa manfaatkan waktu untuk mempelajari polis asuransi jiwa dengan baik pada masa mempelajari polis asuransi (free look period),” pesan Irsan.
Investasi Tanpa Risiko, Adakah?
Kita sudah lebih paham tentang asuransi. Selanjutnya belajar tentang investasi yuk, Ma. Kira-kira investasi apa yang paling tepat untuk kita ya? Adakah investasi yang tanpa risiko?
Soal investasi, Senior Vice President PT. Schroders Investment Management Indonesia, Adrian Maulana, berbagi ilmu dan tips nih. Terkait investasi, kata Adrian, tidak ada yang risikonya bisa ditekan sampai nol. Bukankah setiap hal dalam hidup pasti ada risiko yang menyertai?
“Jangan alergi dengan risiko. Risiko yang besar juga bisa dikelola asal kita paham seluk beluknya dan paham produknya,” ucap Adrian di kesempatan yang sama.
Mama perlu tahu, tingkat risiko investasi jangka panjang, menengah, maupun pendek pun berbeda-beda. Untuk itu, investasi terbaik adalah yang sesuai tujuan dan profil risiko diri kita.
“Risiko pasti ada, tapi adanya potensi akan dapat banyak kebaikan, maka coba dipertimbangkan investasi jangka panjang. Pilihlah mitra terbaik dalam mengelola investasi. Harus paham man behind the gun-nya, institusinya piawai atau nggak, track record gimana,” tutur Adrian.
Hidup adalah misteri. Kita tidak pernah tahu esok hari akan seperti apa. Hanya saja, yang jelas harga barang kebutuhan akan terus meningkat, demikian pula dengan biaya sekolah anak. Ada biaya rumah sakit untuk jaga-jaga, serta kebutuhan hari-hari yang tidak bisa kita bendung.
Baca juga yuk: Harapan 2021: Virus Corona di Indonesia Segera Lenyap
Sayangnya kebutuhan yang meningkat tidak serta-merta diiringi produktivitas yang meningkat pula. Semakin bertambah usia, produktivitas cenderung menurun. Karena itu, menyisihkan 10-15 persen pendapatan untuk investasi bisa dipertimbangkan. Ingat ya, menyisihkan bukan menyisakan. Kelak investasi ini bisa menopang hidup kita saat diri tak tak lagi produktif.
Apakah tabungan bisa menjadi investasi tepat? Adrian tidak menyarankannya, Ma. Alasannya begini: jika setiap bulan kita menabung Rp 1 juta, maka dalam setahun terkumpul uang Rp 12 juta. Setelah 30 tahun, uang di tabungan adalah Rp 360 juta. 30 Tahun kemudian, uang Rp 360 juta bisa jadi tidak berarti banyak.
“Meski pemula, kita bisa berinvestasi. Bisa melalui saham, atau yang risikonya lebih rendah seperti deposito. Kalau mau optimal bisa investasi di saham. Untuk pemula tetap perlu investasi rutin atau berkala. Bisa setiap bulan, setiap kwartal, dan lain-lain. Jangan hanya invest sekali lalu didiamkan saja,” sambung Adrian.
Seperti disinggung di awal tulisan, ada produk asuransi yang terhubung dengan investasi. Adrian menyarankan agar mengenal produk investasi dan profil risiko dari nasabah itu sendiri.
“Sebabnya, tingkat risiko dari setiap jenis instrumen investasi itu berbeda-beda dan disesuaikan dengan profil risiko nasabah. Di sisi lain, peran perusahaan asuransi juga perlu untuk memberikan edukasi kepada calon investor atau pemegang polis, karena mereka mempunyai hak untuk berinvestasi sesuai dengan profil risikonya. Kedua unsur ini sangat penting agar tidak muncul dispute di kemudian hari,” jelas Adrian.
Ada kata-kata menarik dari Adrian di akhir sesi nih, Ma. Kata dia, beberapa orang ada yang hidupnya gagal terkait keuangan. Penyebabnya adalah keengganan merencanakan keuangan.
Agar tidak gagal, yuk kita tata kembali keuangan kita baik-baik. Jangan sampai keinginan mengalahkan kebutuhan. Jangan sampai pula salah perhitungan sehingga di usia yang tak lagi produktif malah membebani orang lain. Duh, jangan sampai ya, Ma.