Luar Biasa! 5 Manfaat Mananamkan Kebiasaan Menulis pada Anak Sejak Dini

Menulis di atas batu jauh lebih mudah ketimbang menulis di atas air. Menanamkan kebiasaan baik saat kecil, jauh lebih mudah ketimbang dilakukan saat dewasa. Termasuk menanamkan kebiasaan menulis pada anak.

Pada banyak kasus, kebiasaan menulis bisa bermula dari kebiasaan membaca. Seperti yang dialami oleh Febria Silaen, seorang copywriter yang 15 tahun berkecimpung di dunia jurnalistik. Dirinya senang menulis, bermula dari membaca majalah anak-anak di masa kecilnya.

Febria kecil sering dibelikan majalah anak-anak oleh orang tuanya. Dari situ, muncul keinginan namanya bisa masuk ke dalam majalah. Akhirnya, dia pun mengirimkan surat dan dimuat di rubrik Surat Pembaca.

Ternyata dimuatnya surat Febria membuatnya kebanjiran surat. Di masa kecilnya, surat menjadi alat komunikasi yang populer. Tak heran fenomena sahabat pena di kalangan pelajar sangat merebak di era 90-an.

Menulis surat bagi Febria adalah kesenangan tersendiri. Dia bisa bercerita banyak hal, juga mengingat aneka peristiwa. Dari situ, Febria mulai lebih menyukai kegiatan menulis. Terlebih ketika dirinya mendapat berbagai manfaat dari kegiatan yang melibatkan kertas dan pulpen tersebut.

Kendati tampak sepele, tapi menulis nyata memberikan berbagai manfaat bagi Febria. Ketika sudah menjadi seorang Mama, dirinya pun mendorong putri semata wayangnya untuk memiliki semangat kebiasaan menulis sejak dini.

Apa saja manfaat kebiasaan menulis pada anak? Lalu bagaimana menanamkan kebiasaan menulis pada si kecil? Baca terus tulisan ini sampai selesai ya.

Manfaat Menanamkan Kebiasaan Menulis pada Anak

kebiasaan-menulis-pada-anak
Menanamkan kebiasaan menulis/ Foto dari Canva

Febria menyampaikan manfaat kebiasaan menulisnya saat webinar “Mengenalkan Semangat Menulis Anak Sejak Dini” yang digelar Sinotif pada Sabtu (14/9/2024). Saat mendengarnya menuturkan pengalaman tentang manfaat menulis yang didapatnya, saya seperti sedang bercermin.

Ya, rupanya kami memiliki beberapa persamaan. Seperti dirinya, saya juga suka menulis karena memiliki kebiasaan membaca sejak kecil. Orang tua kami sama-sama sering membelikan majalah anak-anak. Lalu saat remaja, berganti bacaan menjadi majalah untuk remaja.

Seperti Febria, saya juga tidak dibelikan komik oleh orang tua. Sehingga jika ingin beli komik harus beli menggunakan uang saku atau pinjam ke taman bacaan.

Di masa kecil, saya juga termasuk anak yang menikmati aktivitas sahabat pena dan filateli. Bahkan hingga kini album berisi ratusan prangko dari berbagai tahun dan wilayah masih tersimpan dengan baik.

Oke, berikut ini beberapa manfaat menanamkan kebiasaan menulis pada anak.

1. Meningkatkan Daya Ingat

“Menulis resume pelajaran dengan tangan membantu saya jadi mengingat dengan cepat. (Materi pelajaran) terekam secara otomatis,” tutur Febria.

Bagi anak usia dini, menulis memang bisa membantu meningkatkan daya ingat dan fokus. Ketika mereka dibiasakan secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan menuliskan informasi yang didapat, bisa memperkuat daya ingat.

Saat menulis, anak akan mengingat detail, sehingga dampaknya meningkatkan kapasitas belajarnya. Otak pun lebih fokus memahami materi yang sedang dicatat agar tidak terlewat.

Menulis juga merangsang perkembangan otak. Saat menulis, otak dilatih untuk meningkatkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, ketika anak berlatih menulis huruf atau menggambar bentuk, berbagai area otak yang bertanggung jawab atas keterampilan motorik dan pemrosesan visual akan terlatih.

Menurut Febria, manfaat kebiasaan menulis ini juga bisa dirasakan hingga anak besar dan masuk dunia kerja. Biasanya, orang yang suka menulis bisa menangkap brief pekerjaan dengan cepat. Masyaallah ya.

febrina-silaen
Febria Silaen saat webinar/ Foto oleh Nurvita Indarini

2. Mengasah Daya Pikir Kritis

Berlatih menulis sejak dini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah pada anak. Melalui tulisan, mereka didorong untuk berpikir logis dan mengatur pikirannya secara efektif.

Pun ketika menyampaikan pendapat di atas kertas, anak akan terdorong untuk mengeksplorasi berbagai sudut pandang. Saat itulah, mereka bisa menyadari jika ada sesuatu yang terasa aneh atau tidak pas dalam tulisannya.

3. Meningkatkan Keterampilan Komunikasi

Beberapa orang sering kesulitan mengartikulasikan pemikiran dan idenya ke dalam kalimat yang tepat. Alhasil, banyak penerima pesan tertulis yang sulit memahaminya.

Jika anak terbiasa menulis, maka keterampilan komunikasinya akan meningkat. Utamanya komunikasi secara tertulis.

4. Meningkatkan Kreativitas

Menumbuhkan kebiasaan menulis pada anak memungkinkan mereka mengeksplorasi imajinasi dan kreativitasnya. Kegiatan menulis memungkinkan anak menuangkan ide-ide yang mungkin tidak muncul jika hanya berpikir secara pasif.

Melalui menulis, anak bisa mengungkapkan ide-ide tersembunyinya. Mereka pun sangat mungkin mengeksplorasi hal-hal baru untuk mengembangkan pemikiran kreatifnya.

5. Baik untuk Kesehatan Otak

Menulis adalah kegiatan yang bisa mengasah koordinasi tangan, otak, dan visual mata. Selain itu, menulis adalah aktivitas yang bermanfaat untuk kesehatan otak karena merangsang berbagai proses kognitif dan emosional.

Melalui menulis, otak akan terjaga tetap aktif dan terlibat dalam proses berpikir. Hal ini dianggap sebagai bentuk latihan yang mirip dengan olahraga bagi tubuh. Dengan terbiasa menulis, maka kesehatan otak secara keseluruhan akan terjaga.

Cara Menanamkan Kebiasaan Menulis pada Anak

kebiasaan-menulis-pada-anak
Menanamkan kebiasaan menulis/ Foto dari Canva

Masyaallah, manfaat menulis sangat luar biasa ya. Tidak hanya bermanfaat pada kehidupan anak saat ini saja, tapi juga di kemudian hari. Lantas, bagaimana cara menanamkan kebiasaan menulis pada anak?

Berikut ini beberapa cara menanamkan kebiasaan menulis pada anak yang disampakan oleh Febria.

1. Memapar Bacaan dan Cerita Sejak Dini

Seperti diungkapkan Febria, memapar anak dengan aneka bacaan dan cerita sejak kecil bisa mendorong anak untuk suka menulis. Aneka bacaan dan cerita akan berkontribusi pada kosakata anak. Mereka pun terinspirasi untuk berimajinasi dan mengungkapkan ide.

2. Beri Anak Kertas dan Pena

Setelah memapar anak-anak dengan bacaan dan cerita atau dongeng, yuk, beri mereka kertas dan pena. Ajak mereka untuk menulis, mulai dari hal-hal sederhana. Misalnya menulis nama tokoh dalam buku atau dongeng.

Untuk anak-anak yang masih sangat kecil, biarkan mereka menggambar sesuai imajinasinya. Seiring berkembangnya usia, mereka akan mulai belajar meniru bentuk huruf, lalu menyusun huruf membentuk kata bermakna.

Tidak perlu terburu-buru. Biarkan anak menikmati prosesnya. Saya jadi ingat anak kedua saya yang saat ini duduk di TK A. Dia suka sekali membuat huruf “A, I, O, P, R, dan Q”. Setiap kali mendapati kertas dan pena, dia akan menuliskan huruf-huruf tersebut berulang-ulang.

Saya menahan diri untuk tidak memberikan banyak instruksi dan aturan padanya saat dia menulis. Saya biarkan dia larut pada kesenangannya mengulang-ulang menulis huruf tertentu. Semoga hal ini bisa memberikan dia lingkungan yang mendukung dan memberikan kesempatan kepadanya untuk suka menulis.

3. Menemani Anak Menulis

Salah satu cara menanamkan kebiasaan menulis pada anak adalah dengan menemaninya menulis. Jadi, jangan sampai kita menyuruh anak latihan menulis, sedangkan kita malah sibuk scrolling media sosial. Jangan, ya, Ma, ya!

“Kalau ditemani, anak nggak merasa ih kok aku doang sih yang nulis, tapi mama nggak,” ucap Febria.

Ingat, “children see, children do“. Anak akan cenderung melakukan hal-hal yang mereka lihat, terutama dari orang tuanya.

4. Beri Media Menulis yang Menyenangkan

Saat kecil dan remaja dulu, apakah Mama punya buku harian alias diary? Nah, anak-anak bisa juga lho diajak menulis diary untuk menanamkan kebiasaan menulis.

Apalagi sekarang banyak pulpen, spidol, dan stiker lucu yang bisa digunakan untuk menghias tulisan kita di diary atau jurnal. Media menulis yang menyenangkan seperti ini pasti bikin si kecil lebih bersemangat berlatih menulis.

5. Ikut Lomba dan Workshop Menulis

Mengikutkan anak pada lomba dan workshop menulis juga bisa menjadi ikhtiar untuk menanamkan kebiasaan menulis pada anak. Info lomba dan workshop menulis banyak ditemukan di media sosial. Sinotif adalah salah satu yang menggelar workshop semacam ini, jadi Mama pantau saja media sosialnya.

Biasanya setelah mengikuti workshop, anak-anak diajak membuat buku. Keberadaan penerbit indie memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk membuat dan menerbitkan buku lebih mudah.

“Kalau mengikutsertakan anak ke lomba, jangan tekankan untuk menang. Yang penting anak merasa fun, mereka enjoy dengan proses menulisnya,” pesan Febria.

Mama bisa menyimak rekaman webinarnya berikut ini.

Menulis Menggunakan Teknologi

bimbel-sinotif
Menulis tangan secara digital/ Foto dari Sinotif

Kemajuan teknologi menghadirkan aneka kemudahan bagi manusia. Jika dulu manusia menulis menggunakan pena, maka kini sudah ada laptop, tablet dengan stylus-nya, juga handphone.

Menulis menggunakan tangan tentu harus tetap dilatih ya, Ma. Apalagi menulis bisa melatih motorik halus anak. Kendati demikian, tidak menampik juga menulis menggunakan device yang lahir dari kemajuan teknologi, jika diperlukan.

Bisakah menulis menggunakan tangan secara digital? Jawabannya, bisa dong. Bahkan di Sinotif, anak-anak yang menjalani bimbingan belajar didorong tetap bisa menulis dengan tangan, tetapi dilakukan secara digital. Caranya adalah dengan menggunakan aplikasi Microsoft OneNote.

Menggunakan Microsoft OneNote, anak-anak tidak sekadar menulis teks biasa, tetapi juga dapat membuat coretan atau hitungan, menggambar, atau membuat checklist dan to-do list untuk belajar. Uniknya, OneNote bisa membuat semacam pembatas antara satu halaman dengan yang lain sehingga catatan anak tampak seperti buku.

bimbel-sinotif

Sekilas tentang Sinotif

Sinotif merupakan lembaga belajar khusus pelajaran eksakta. Para siswa dari semua level pendidikan mulai umur 6 tahun hingga 19 tahun bisa belajar di sini.

Di Sinotif, siswa dibimbing oleh tiga guru berbeda, untuk mata pelajaran matematika, fisika, dan kimia. Tidak sembarangan, guru-guru di Sinotif telah menjalani rangkaian pelatihan dan sertifikasi dari pakar pendidikan dan psikologi lho.

Bahan ajarnya disusun sesuai kebutuhan. Empat aspek penting sangat diperhatikan dalam menyusun bahan ajar ini. Keempat aspek tersebut yakni karakter siswa, materi yang sedang berjalan, di mana siswa bersekolah, dan event apa yang akan berlangsung. Dengan begitu, siswa belajar dengan tepat dan memperoleh hasil maksimal.

Sinotif memiliki modul “Paket 7 Lapis” yang berisi rangkuman materi hingga soal-soal latihan. Jadi, siswa bisa memulai belajar dari “posisi apapun” sesuai kemampuannya.

bimbel-sinotif
Anak sedang belajar di Sinotif secara online/ Foto dari Sinotif

Pendekatan secara personal menjadi salah satu yang ditekankan oleh Sinotif. Ini karena pada dasarnya setiap anak pasti memiliki karakter dan kebutuhan yang berbeda. Melalui pendekatan personal, siswa akan merasa nyaman dan bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal.

Di Sinotif, laporan belajar anak secara berkala terus diberikan kepada orang tua di akhir sesi. Selain itu, ada agenda komunikasi rutin bersama siswa dan orang tua untuk membahas evaluasi dan rencana belajar siswa.

Enaknya lagi, di Sinotif, siswa bisa bertanya PR 24 jam nonstop. Untuk bertanya, siswa hanya perlu menggunakan aplikasi Tanya Jawab Soal, yang akan dijawab oleh lebih dari 130 guru di Indonesia.

Selain itu, siswa juga bisa belajar dari mana saja dan di mana saja dengan seratusinstitute.com. Ini merupakan website e-learning yang berisi bahan-bahan belajar dan latihan soal. Pembahasan soal disajikan dalam bentuk teks dan video agar para siswa lebih paham.

Penutup

Menulis nyata bukan sekadar pekerjaan tangan, tapi juga pekerjaan otak ya, Ma. Karena itu, seperti sudah saya paparkan di atas, menulis banyak banget manfaatnya.

Idealnya menanamkan kebiasaan menulis pada anak dilakukan sejak dini. Namun, jika anak sudah telanjur gede gimana dong? Sebaiknya tetap didorong untuk terbiasa menulis. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.

Si kecil di rumah gimana, Ma? Apakah termasuk yang memiliki kebiasaan menulis atau Mama baru akan memulai membiasakan mereka?

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.