Kenali Macam-macam Pola Asuh Orang Tua, Mana yang Terbaik?

Dulu saya pikir menjadi orang tua itu sesuatu yang alamiah semata. Setelah menikah, punya anak, dan jadilah orang tua. Ternyata tidak sesimpel itu. Menjadi orang tua sama sekali tidak mudah. Lantas, saat membersamai si kecil, disadari atau tidak, terdapat macam-macam pola asuh orang tua yang diterapkan.

Pola asuh orang tua atau parenting style tentu berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Apabila diterapkan dengan cara yang tepat, dampaknya baik bagi kepribadian anak. Begitu pula sebaliknya.

Karena itu, sebelum memiliki anak perlu mencari tahu tentang macam-macam pola asuh orang tua. Lalu, kalau sudah telanjur punya anak gimana? Melalui tulisan ini, saya hendak mengajak Mama dan Papa untuk berefleksi, seperti apa sih pola asuh orang tua yang diterapkan.

Lantas apa saja macam-macam pola asuh orang tua? Pada tahun 1960-an, seorang psikolog bernama Diana Baumrind mengidentifikasi tiga pola utama dalam mengasuh anak. Ketiga pola asuh itu adalah otoriter, otoritatif, dan permisif. Dua puluh tahun kemudian, peneliti Stanford, Eleanor Maccoby dan John Martin menambahkan satu pola asuh lagi, yakni neglectful.

Apa saja beda dan ciri dari macam-macam pola asuh orang tua tersebut? Lantas, apa dampaknya bagi perkembangan anak? Berikut ini pemaparannya.

1. Pola Asuh Otoriter

otoriter
Ilustrasi pola asuh otoriter/ Foto dari Canva

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter menerapkan aturan ketat, standar tinggi, dan hukuman untuk mengatur perilaku anak. Gaya pengasuhan yang kaku ini menggunakan disiplin yang keras. Di sini, tidak ada ruang untuk interpretasi, kompromi, atau diskusi.

Orang tua menerapkan hal ini karena merasa lebih tahu dari anak-anaknya. Mereka percaya bahwa anak-anak pada dasarnya berkemauan keras dan memanjakan diri sendiri.

Disiplin keras yang kaku ini pun dianggap sebagai bentuk cinta orang tua. Di samping itu, kepatuhan terhadap otoritas yang lebih tinggi diyakini sebagai suatu kebajikan tersendiri oleh orang tua yang otoriter.

Komunikasi dalam pola asuh otoriter sebagian besar bersifat satu arah, yakni dari orang tua ke anak. Aturan ketat dibuat orang tua tanpa mempertimbangkan perasaan serta kebutuhan sosial-emosional dan perilaku anak.

Nih, Ma, kalau anak mempertanyakan aturan yang kita buat, lalu kita jawab, “Pokoknya kalau Mama bilang begitu ya begitu, harus dituruti,” merupakan tanda kita penganut pola asuh otoriter.

Dampak Pola Asuh Otoriter

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh orang tua otoriter, umumnya pandai mengikuti instruksi dan berperilaku baik. Apakah ini pertanda baik? Jawabannya: tidak juga.

Ini karena anak-anak berisiko tumbuh dengan rasa takut akan hukuman. Mereka cenderung lebih tertekan dan memiliki harga diri yang lebih rendah.

Ada pula anak-anak yang kemudian menjadi sangat memberontak di kemudian hari. Bahkan, mungkin menjadi pelaku intimidasi. Mereka juga bisa jadi tidak memiliki keterampilan sosial,

Anak-anak yang diasuh dengan gaya otoriter akan mengembangkan mental “pengikut”, sehingga kesulitan mengambil keputusan yang tepat. Mereka juga kesulitan membedakan yang benar dan yang salah.

2. Pola Asuh Otoritatif

otoritatif
Ilustrasi pola asuh otoritatif/ Foto dari Canva

Gaya pengasuhan ini dianggap sebagai yang ideal, karena kombinasi kehangatan dan fleksibilitas. Kendati demikian, tetap jelas bahwa orang tualah yang memegang kendali.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif akan menerapkan standar ketat untuk anak-anaknya. Mirip dengan otoriter ya? Eit, jangan salah! Bedanya di sini, orang tua akan menyediakan lingkungan yang penuh perhatian, sehingga menumbuhkan kepercayaan diri anak.

Orang tua otoritatif bersikap tegas, tetapi tidak membatasi. Metode pendisiplinannya bersifat suportif, bukan menghukum. Mereka ingin anak-anaknya menjadi orang yang tegas, bertanggung jawab, mampu mengatur diri sendiri, dan kooperatif.

Di sini, ada ruang bagi anak untuk melakukan kesalahan tanpa takut dihakimi. Saat melakukan kesalahan, anak paham akan konsekuensi yang harus dihadapi. Ini karena orang tua telah menetapkan peraturan yang jelas dan konsekuensi jika melanggarnya.

Orang tua juga sering berkomunikasi dengan anaknya. Mereka mendengarkan dan mempertimbangkan pikiran, perasaan, serta pendapat anak-anaknya.

Dampak Pola Asuh Otoritatif

Dengan pola asuh otoritatif, anak-anak akan mendapatkan kepercayaan diri dan tanggung jawab. Mereka juga aktif mencari tahu cara mengatasi kesulitan.

Beberapa penelitian menunjukkan anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif sering kali berprestasi, baik secara sosial dan akademis. Anak-anak dari orang tua yang otoritatif juga cenderung lebih menikmati hubungan positif dengan teman-temannya.

3. Pola Asuh Permisif

macam-macam pola asuh orang tua
Ilustrasi pola asuh permisif/ Foto dari Canva

Orang tua yang permisif bersikap hangat dan menerapkan komunikasi terbuka dengan anaknya. Mereka cenderung memprioritaskan kenyamanan anak, sehingga akan bersikap seperti teman kepada anak. Aturan sangatlah longgar, sehingga anak sangat jarang menerima hukuman. Benar-benar kebalikan dari pola asuh otoriter.

Orang tua permisif akan membiarkan anaknya menentukan pilihannya sendiri. Akan tetapi, mereka memberikan jaminan “dunia akan tetap baik-baik saja” meski pilihan anaknya salah. Intinya, orang tua berusaha mengendalikan lingkungan agar anaknya tidak mengalami penolakan atau kegagalan.

Dampak Pola Asuh Permisif

Orang tua yang selalu responsif pada kebutuhan anak tanpa batasan jelas akan membuat anak cemas saat kebutuhannya tidak ada yang memenuhi. Anak-anak ini cenderung memiliki kontrol emosional yang buruk.

Karena orang tua sulit berkata tidak pada anaknya, maka anak akan memberontak dan menantang ketika tidak mendapatkan yang diinginkan. Anak-anak dari orang tua yang permisif juga gampang menyerah saat menghadapi tantangan. Selain itu, mereka lebih mungkin terlibat dalam perilaku antisosial yang berbahaya, seperti penyalahgunaan narkoba dan alkohol.

4. Pola Asuh Neglectful

macam-macam pola asuh orang tua
Ilustrasi pola asuh neglectful/ Foto dari Canva

Orang tua yang neglectful tidak saja memiliki tuntutan pada anak yang rendah, tetapi juga daya tanggap rendah. Mereka membiarkan anaknya mengurus dirinya sendiri.

Orang tua neglectful tampak dingin dan jarang berkomunikasi dengan anak. Mereka memiliki keterlibatan yang terbatas dengan anak, dan jarang menerapkan aturan.

Alasannya bisa karena benar-benar tidak peduli dengan kebutuhan anak. Bisa juga karena orang tua sibuk dengan masalahnya sendiri, misalnya sibuk bekerja dari pagi sampai malam.

Alasan lainnya adalah kesehatan mental, misalnya orang tua yang mengalami depresi, serta menjadi korban pelecehan atau kekerasan. Orang tua yang pernah diabaikan semasa anak-anak juga cenderung menerapkan hal yang sama pada anaknya.

Dampak Pola Asuh Neglectful

Anak-anak dari pola asuh orang tua yang lalai biasanya tumbuh menjadi tangguh dan mandiri karena kebutuhan. Namun, mereka sering kali kesulitan mengendalikan emosi, dan kesulitan mempertahankan hubungan sosial.

Mereka juga cenderung memiliki harga diri yang rendah. Selain itu, mereka mungkin mencari teladan hidup yang tidak pantas.

Anak-anak ini cenderung kurang percaya diri dan kerap merasa rendah diri. Di samping itu, mereka cenderung lebih impulsif dan tampak tidak bahagia.

Penutup

Itulah macam-macam pola asuh orang tua secara umum. Pola asuh tidak hanya berimbas pada perkembangan dan sikap anak terhadap lingkungan sekitarnya. Namun, pola asuh juga berperan dalam hubungan orang tua dengan anak ketika sudah dewasa.

Tidak ada orang tua yang sempurna. Namun, Allah selalu memberi kesempatan kita untuk belajar dan memperbaiki diri. Semoga tulisan ini bisa menjadi renungan, sekaligus menambah pemahaman kita sebagai orang tua.

Dari macam-macam pola asuh orang tua yang telah disebutkan, mana nih yang paling kerap Mama terapkan?

Referensi

mayoclinic.org. “The 4 types of parenting styles: What style is right for you?” https://mcpress.mayoclinic.org/parenting/what-parenting-style-is-right-for-you/, diakses pada 29 September 2024.

jessup.edu. “The Psychology Behind Different Types of Parenting Styles,” https://jessup.edu/blog/academic-success/the-psychology-behind-different-types-of-parenting-styles/, diakses pada 29 September 2024.

cnbc.com. “A psychologist shares the 4 styles of parenting—and the type that researchers say is the most successful,” https://www.cnbc.com/2021/06/29/child-psychologist-explains-4-types-of-parenting-and-how-to-tell-which-is-right-for-you.html, diakses pada 29 September 2024.

1 Comment
  1. Maria Ulfah says

    Hhhmmm, kadangkala di dunia nyata, banyak orang tua tidak paham konsep dan kategori apa pola asuh yang diterapkan pada anak,

    tapi yang pasti, biasanya, apa yang sudah didapatkan ayah dan ibu dari pola asuh orang tuanya, akan dievaluasi dan dieliminasi yang buruknya,

    ditambahkan nilai-nilai baik yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan termasuk dari sisi psikologis.

    Walau ya, tak ada orang tua yang sempurna, sebagaimana manusia (baik dan buruk ada di sana).

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.