5 Langkah Menularkan Literasi Membaca yang Bisa Dilakukan Anak
“Menjadi pahlawan di zaman sekarang ini bukan dengan mengangkat senapan, Nak. Kita bisa menjadi pahlawan dengan menorehkan pena. Kamu bisa menjadi pahlawan literasi yang menularkan semangat literasi membaca.” Kalimat itu saya lontarkan pada si kecil yang berambisi menjadi pahlawan.
Keinginan menjadi pahlawan mencuat setelah kami berjalan-jalan ke Monumen Pancasila Sakti. Menurutnya, dengan menjadi pahlawan, dirinya bisa membantu orang lain dan berkontribusi bagi Indonesia.
“Memangnya ada pahlawan literasi, Ma?” tanya si kecil dengan raut penasaran.
Saya jelaskan padanya, pahlawan literasi adalah siapa saja yang berkontribusi meningkatkan kemampuan literasi di masyarakat. Misalnya saja dalam hal membaca, menulis, dan memahami informasi.
Apalagi pada 2020, Badan Pendidikan PBB (UNESCO) menyebut minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yakni hanya 0,001 persen. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Menjadi pahlawan literasi adalah kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat.
Nah, untuk menjadi pahlawan literasi tidak harus menunggu dewasa. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan anak-anak untuk berperan di dunia literasi sehingga bisa menularkan literasi membaca. Apa saja ya?
Langkah Kecil Berdampak Besar, Hal-hal yang Bisa Dilakukan si Kecil untuk Menularkan Literasi Membaca
Perubahan besar sering kali dimulai dari hal-hal kecil. Langkah-langkah kecil yang positif jika dilakukan secara konsisten, bisa mengubah hal-hal di sekitar. Kemudian, laksana virus, langkah kecil itu menulari orang lain
Selanjutnya, orang lain akan meniru atau mengadopsi perilaku yang sama. Ini sejalan dengan tulisan di artikel American Psychological Association. Dalam tulisan tersebut, penulis Lea Winerman menjelaskan bahwa manusia memiliki jutaan neuron cermin yang menyebabkan dirinya meniru perilaku, emosi, dan ekspresi wajah satu sama lain.
Kita cenderung tersenyum saat mendapati orang lain tersenyum pada kita bukan? Sering pula ikut menangis ketika seseorang mengalami penderitaan. Nah, itulah dampak dari keberadaan neuron cermin.
Neuron cermin terkait dengan perilaku empatik, sosial, dan imitasi seseorang. Ini juga menjadi alat dasar manusia untuk belajar.
Jadi, untuk menumbuhkan lebih banyak kebaikan, maka berbuatlah berbagai macam kebaikan. Harapannya, ide, kebiasaan, dan perilaku ini menular ke individu-individu lainnya.
Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan si kecil untuk menularkan “virus” literasi membaca.
1. Membaca Secara Rutin
Mengembangkan kebiasaan membaca bisa menjadi langkah kecil berdampak besar. Informasi yang didapat saat membaca buku akan membuka wawasan di berbagai bidang.
Membaca buku setiap hari bisa menginspirasi teman-teman anak kita untuk mengikuti jejak yang sama. Apalagi jika seusai membaca buku, anak dan teman-temannya saling bertukar informasi terkait isi buku. Wah, pasti menyenangkan sekali.
2. Membacakan Buku untuk Adik
Menularkan semangat membaca bisa dilakukan si kecil dengan cara membacakan buku untuk adik, teman, saudara, atau untuk keluarga. Ini merupakan cara yang menyenangkan dan edukatif untuk memperkenalkan literasi kepada orang lain.
Hal ini sudah sering anak saya lakukan. Beberapa kali dia membacakan buku untuk adiknya yang belum bisa membaca. Dia juga mengirim rekaman suara saat membaca buku dan dikirimkan kepada sepupunya.
3. Menularkan Literasi Membaca dengan Membuat Buku Sendiri
Cara lain untuk menularkan kebiasaan membaca adalah dengan membuat buku sendiri. Kegiatan ini tidak sekadar mengembangkan keterampilan literasi anak, tetapi juga kreativitasnya.
Jika memungkinkan, anak bisa membagikan buku karyanya kepada teman-temannya. Bisa pula dengan menaruh beberapa buku karyanya di perpustakaan sekolah, sehingga bisa diakses lebih banyak teman-teman sebayanya.
Terkait membuat buku, hal ini sudah dilakukan anak saya. Ada dua buku yang menjadi karyanya. Buku pertama merupakan antologi kumpulan puisi. Sedangkan buku keduanya merupakan buku bergambar.
4. Berpartisipasi dalam Kompetisi Literasi
Cara menyenangkan untuk memotivasi anak agar lebih mencintai literasi adalah dengan ikut serta dalam tantangan atau kompetisi literasi. Saat ini sering digelar lomba membaca nyaring ataupun lomba menulis untuk anak-anak.
Anak saya pernah ikut lomba menulis buku, menulis cerpen, juga lomba mendongeng. Lomba terbaru yang diikutinya adalah adu eja bersama anak-anak sekolah dasar lainnya.
Dalam lomba adu eja tersebut, para peserta diminta mengeja kata tertentu. Di babak penyisihan, anak saya menyelesaikan mengeja tanpa kesulitan berarti. Sayangnya, di babak final, dia kalah cepat dari peserta lainnya.
Rupanya benar, kebiasaan membaca memperkaya kosakatanya. Selain itu, si kecil juga memahami benar bagaimana cara menuliskan kata-kata tertentu
Partisipasinya dalam kompetisi literasi sedikit banyak memengaruhi teman-temannya untuk ikut dalam kegiatan serupa. Dampaknya, semakin banyak pula yang lebih memberi perhatian pada kegiatan literasi membaca.
5. Mengajari Membaca dan Menulis
Berbagi keterampilan literasi, seperti mengajari anak lain membaca dan menulis, merupakan cara yang baik pula untuk menjadi menularkan semangat literasi membaca. Si kecil bisa membantu anak lain yang kesulitan membaca dengan cara menyenangkan. Misalnya melalui kegiatan membaca bersama atau game literasi.
Mama tahu permainan “ABC lima dasar”? Nah, ini adalah salah satu permainan yang mendorong anak-anak untuk lebih memahami huruf dan menambah kosakata.
Permainan lainnya adalah menebak kata. Caranya anak membuat tanda setrip di papan sesuai jumlah huruf suatu kata. Lalu temannya diminta menebak huruf-huruf penyusun kata tersebut. Permainan seperti ini cukup populer pada saat saya kecil.
Pentingnya Kemampuan Literasi Membaca
Literasi merupakan kemampuan membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan menyusun teks. Kemampuan-kemampuan ini memungkinkan anak berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.
Tak hanya itu, literasi juga menjadi landasan untuk berprestasi di sekolah, bersosialisasi dengan orang lain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, mengembangkan kemandirian, bahkan mengelola uang, dan bekerja.
Sebaliknya, tingkat melek huruf yang buruk ditengarai berdampak pada pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan. Dengan demikian, literasi adalah hal penting bagi perkembangan anak secara keseluruhan.
Agar si kecil bisa menularkan semangat literasi membaca di lingkungannya, kita bisa mendukungnya dengan mengenalkannya pada aktivitas membaca dan menulis. Bolehkah anak ikut les membaca? Boleh dong, tapi jangan sampai anak bisa membaca tanpa memahami apa yang dibacanya. Pasalnya, lancar membaca tidak menjamin siswa dapat memahami teks yang dibaca.
Sebagaimana studi yang dipublikasikan di Diligentia: Journal of Theology and Christian Education, masih ditemukan fenomena siswa kesulitan memaknai dan menceritakan kembali bacaan yang dibaca. Penyebabnya fenomena ini bermacam-macam. Misalnya nya saja minat baca kurang, aktivitas membaca yang diterapkan kurang efektif, perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa, serta sarana dan prasarana yang terbatas.
Lalu bagaimana ya agar anak tidak sekadar bisa membaca dan menulis? Menurut saya tidak perlu buru-buru juga anak harus bisa membaca dan menulis. Perlu dipahami, sebelum anak belajar membaca secara teknis, ada tahap pramembaca.
Di tahap pramembaca, anak bisa mendengarkan kata-kata berima, mendengarkan dongeng, juga membaca bersuara. Kegiatan semacam itu bisa menambah perbendaharaan kosakata, dan nantinya dapat meningkatkan kemampuan menulis dan menghafal. Kebiasaan-kebiasaan itu nantinya bisa membuat anak jadi suka membaca.
Penutup
Penelitian yang dilakukan Central Connecticut State University pada 2016 menunjukkan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara soal minat membaca. Sedih sekali.
Itu makanya, semangat literasi membaca perlu ditularkan. Tidak usah muluk-muluk, bermula dari rumah kita sendiri dulu. Jika anak-anak memiliki kemampuan literasi yang baik, mereka bisa menularkan ke lingkungan sekitarnya.
Apabila kemampuan literasinya meningkat, anak bisa membaca dengan cepat dan memahami teks yang dibaca. Hal ini akan memudahkan anak dalam mengerjakan ujian di sekolah. Selain itu, juga bisa membantu mereka memahami buku-buku yang dibaca dengan lebih baik.
Bagaimana, siap melahirkan pahlawan literasi cilik yang antusias menularkan semangat literasi membaca dari rumah sendiri?
Referensi
canr.msu.edu. “Positive Emotions and Behaviors Are Contagious,” https://www.canr.msu.edu/news/positive_emotions_and_behaviors_are_contagious
kallainstitute.ac.id. Rendahnya Minat Literasi di Indonesia, https://kallainstitute.ac.id/rendahnya-minat-literasi-di-indonesia/
Frans, S. A., Widjaya, Y. A., & Ani, Y. (2023). Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar. Diligentia: Journal of Theology and Christian Education, 5, 54-68.