Handphone Mati Total, Kesempatan Detoks Digital atau Jadi Nomophobia?

Pernah nggak sih, layar handphone mendadak nggak responsif? Sudah pencet tombol restart, tapi layar nggak bisa disentuh. Lalu tiba-tiba … Blub! Layar hitam. Handphone mati total!

Ya Allah, padahal banyak hal yang harus dikerjakan. Butuh handphone untuk komunikasi, mengedit foto dan video, serta untuk mengambil gambar.

Untunglah aplikasi Whatsapp di laptop masih terkoneksi. Untuk keperluan edit foto, saya lakukan melalui Canva di laptop. Sedangkan untuk mengambil foto dan video di beberapa kegiatan, saya menggunakan tablet yang biasa dipakai si kecil untuk les online.

Handphone yang mati total itu pun saya bawa ke tukang reparasi di dekat rumah. Teknisi akan cek terlebih dahulu apa penyebab handphone mati total. Gawai yang sudah tiga tahun menemani aktivitas saya itu pun terpaksa menginap di tempat reparasi.

Sekitar dua hari, saya hidup tanpa handphone. Mendadak, aplikasi Whatsapp di laptop keluar sendiri. Jadi, saya nggak bisa akses semua kontak.

Tarik napas … Buang … Saya mencoba mengambil hikmah dari peristiwa handphone mati total. Mungkin ini adalah peluang untuk detoks digital? Atau nantinya saya jadi tahu bahwa diri saya sebenarnya ada kecenderungan nomophobia? Hmm, let see!

Penyebab Handphone Mati Total

handphone mati total
Ilustrasi handphone mati total/ Foto dari Canva

Saat saya ke tukang reparasi, teknisi sempat bertanya apa yang terjadi pada handphone sebelum mati total. Handphone saya tidak jatuh. Tidak juga tercebur di air.

Bahkan sebelumnya, handphone masih bisa di-charge dengan baik. Sebelum mati, baterainya masih sekitar 80 persen. Jadi sebenarnya, handphone mati total secara tiba-tiba. Apa ya sebabnya?

Mengutip artikel dari tirto.id, berikut ini beberapa penyebab umum handphone mati total.

Baterai handphone rusak atau habis daya sama sekali

Handphone mengalami panas berlebihan

Adanya bug pada sistem operasi

Handphone mendapatkan serangan virus

Ada kesalahan saat menginstal aplikasi atau software

Adanya komponen yang mati atau rusak akibat jatuh dan terguncang

IC power rusak sehingga handphone tidak bisa menyala lagi

Memori handphone terlalu penuh

Charger bermasalah karena tidak kompatibel

Teknisi mengabarkan dirinya mencoba mengganti LCD. Ternyata kata si teknisi, handphone bisa menyala kembali. Kabar baiknya, segala data saya di handphone tersebut tidak hilang. Namun, kabar buruknya, saya harus merogoh kocek cukup dalam untuk mengganti LCD-nya.

Apakah masalah sudah beres? Belum! Setelah saya ambil, handphone masih sering mati sendiri. Lalu tak lama, akan menyala sendiri lagi. Saya sampai reset factory setelah mengamankan semua data. Ternyata persoalan mati-hidup hingga mati total itu belum terselesaikan.

Alhasil saya kembalikan lagi handphone-nya ke tempat reparasi. Lagi-lagi handphone harus menginap. Jika sebelumnya menginap sehari, kali ini rencananya akan menginap selama dua hari.

Peluang Detoks Digital Saat Handphone Mati Total

detoks digital
Ilustrasi detoks digital/ Foto dari Canva

Sejujurnya, saya termasuk orang yang “tidak bisa jauh” dari handphone. Bukan karena saya kecanduan atau suka terlalu lama melihat media sosial, lho. Alasannya karena banyak kegiatan sehari-hari yang berpusat di handphone. WA dan e-mail sih yang sering dilihat.

“Coba Mama lihat apakah tanpa handphone Mama masih baik-baik saja,” ujar Suami saat saya ceritakan kabar handphone yang harus menginap lagi di tempat reparasi.

Saya sebenarnya lebih banyak mengakses handphone di malam hari. Saat anak-anak tidur, saya meluangkan waktu sejenak untuk melihat-lihat marketplace. Tidak setiap hari memang, tapi ketika merasa butuh membeli barang.

Saya pun tidak pernah main game atau menonton film di handphone. Kadang saya iri pada mama lain yang masih bisa nonton drakor. Saya kok rasanya nggak punya waktu untuk melihat tontonan berdurasi lama ya. Jadi, sebenarnya jika harus detoks digital akibat handphone mati total, “kayaknya” saya nggak keberatan.

Ada yang belum pernah dengar detoks digital? WebMD menjelaskan detoks digital adalah periode di mana seseorang dengan sengaja mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan secara online di perangkat elektronik. Beberapa orang bahkan memilih untuk memutuskan sambungan online sepenuhnya.

Kenapa ide detoks digital muncul? Ini karena kesadaran bahwa terlalu lama online bisa menimbulkan berbagai permasalahan. Misalnya saja masalah citra diri, rendah diri, masalah tidur, depresi, dan kecemasan. Selain itu, ada juga masalah pertambahan berat badan, kurangnya olahraga, kurangnya manajemen waktu, dan masalah etos kerja.

Manfaat Detoks Digital

etoks digital
Ilustrasi detoks digital/ Foto dari Canva

Nah, selama satu-dua hari “terpaksa” detoks digital karena handphone mati total, saya merasakan beberapa manfaat. Apa itu?

1. Hari Terasa Lebih Panjang

Biasanya saya merasa hari begitu cepat berlalu. Baru saja bangun tidur, eh kok sudah akan tidur malam lagi. Namun, ketika detoks digital, hari jadi terasa lebih panjang.

Saya benar-benar mengabaikan pesan yang dikirim orang-orang melalui What’s App, dan baru menjawabnya saat saya membuka laptop. Padahal saya nggak bisa sering-sering membuka laptop di siang hari. Kalaupun membuka laptop di siang hari, agak sulit terus-menerus mengecek pesan WA.

Hidup tanpa handphone ternyata bisa membuat saya lebih cepat menyelesaikan berbagai pekerjaan. Mungkin karena banyak hal cepat selesai, hari saya jadi terasa lebih panjang dan tidak terlalu lelah.

2. Merasa Lebih Sehat

Saat handphone hampir selalu di tangan, saya kadang mengalami masalah ketegangan mata, mata kering, dan sakit kepala. Selama satu hingga dua hari tanpa handphone, masalah itu tidak muncul sama sekali. Alhamdulillah, jadi lebih sehat.

3. Tidur Lebih Baik

Seperti saya bilang, saat akan tidur, sering kali saya sibuk dengan aplikasi market place di handphone. Kadang saya sampai tidur kemalaman gara-gara aktivitas ini.

Padahal WebMD bilang, menatap gawai tepat sebelum tidur membuat otak tetap waspada dan aktif. Hal itu juga membuat otak menunda pelepasan melatonin. Ini adalah hormon yang memiliki peran penting dalam mengatur pola tidur seseorang.

Jika sering kurang tidur, bisa berpengaruh pada suasana hati dan kesehatan. Soalnya, saat kita tidur malam dalam waktu yang cukup, akan memberi waktu pada sel-sel tubuh untuk regenerasi.

Nomophobia

nomophobia
Ilustrasi nomophobia/ Foto dari Canva

Sewaktu handphone mati total, saya bermuhasabah. Apakah saya cenderung orang yang nomophopia. Ini adalah singkatan dari NO MObile PHone PhoBIA. Nomophobia artinya kondisi psikologis ketika orang memiliki rasa takut terlepas dari konektivitas handphone.

Mengutip studi yang dipublikasikan di Jurnal Family Med Prim Care, istilah nomophopia dibangun berdasarkan definisi yang dijelaskan dalam DSM-IV (Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fourth Edition), dan diberi label sebagai “fobia terhadap hal-hal tertentu atau spesifik”.

Kantor Pos Britania Raya (UK) adalah yang pertama menyebut istilah nomophobia, pada tahun 2008 dalam sebuah penelitian yang menugaskan YouGov, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Inggris. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya gangguan kecemasan akibat penggunaan ponsel berlebihan.

Studi tersebut mengungkap sekitar 58 persen pria dan 47 persen wanita mengalami kecemasan menggunakan ponsel, dan 9 persen lainnya merasa tegang ketika ponselnya dimatikan. Sementara itu, 55 persen peserta penelitian setuju bahwa mereka tidak dapat menjaga konektivitas dengan orang yang mereka sayangi. Inilah antara lain alasan utama fobia mereka.

Ternyata mengecek handphone bisa “sangat penting” bagi beberapa orang. Mereka takut ketinggalan hal-hal tertentu yang bisa didapat dari handphone-nya, entah itu komunikasi dengan rekannya, atau kabar di berbagai media. Buktinya, sebuah penelitian yang melibatkan mahasiswa S1 Pelayanan Kesehatan, hampir 77 persen siswa memeriksa ponselnya lebih dari 35 kali sehari.

Hmm, mendapati studi-studi tersebut, saya melihat ke diri sendiri. Apakah saya sangat cemas ketika berjauhan dari handphone? Alhamdulillah, tidak terlalu cemas. Hal yanng paling menyita perhatian adalah tentang kelas-kelas online yang diikuti, juga kabar dari sekolah anak. Khawatir ketinggalan itu saja, tapi nggak sampai bikin cemas berlebihan.

Penutup

Handphone mati total mungkin mengesalkan. Saat mengalami hal itu, yang paling saya khawatirkan adalah kehilangan data-data yang belum sempat saya pindahkan. Padahal di sana ada foto-foto terakhir Ibunda rahimahullah.

Saya juga khawatir history percakapan saya dan Ibunda melalui What’s App akan hilang. Jika rindu pada Ibu menyapa, saya sering membaca percakapan tersebut. Jadi rasanya sesak membayangkan percakapan itu lenyap. Apalagi saat itu, saya memang belum mencadangkan data WA.

Namun, saya berusaha menenangkan diri. Segala hal di dunia ini tidak abadi. Orang tua saya tidak abadi. Apalagi percakapan menggunakan teknologi yang disimpan di alat elektronik. Jika memang harus hilang, mungkin memang sudah waktunya hilang. Namun, alhamdulillah, Allah masih memberi kesempatan untuk menyimpan data-data tersebut.

Kini handphone saya sudah sehat lagi. Sempat berencana untuk membeli yang baru, tapi rasanya masih sayang. Semoga handphone ini sehat terus, meski pernah direparasi.

Bagaimana dengan Teman-teman, termasuk yang khawatir jika berjauhan dari handphone atau tidak?

Referensi

tirto.id, “6 Cara Memperbaiki HP Mati Total dan Penyebabnya,” https://tirto.id/cara-memperbaiki-hp-mati-total-dan-penyebabnya-gWEX#google_vignette

webmd.com, “Digital Detox: What to Know,” https://www.webmd.com/balance/what-is-digital-detox

Bhattacharya, S., Bashar, M. A., Srivastava, A., & Singh, A. (2019). NOMOPHOBIA: NO MObile PHone PhoBIA. Journal of family medicine and primary care, 8(4), 1297–1300. https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_71_19

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.