Jamu, Ramuan Tradisional Penjaga Kesehatan Keluarga
“…Jamunya, Jeng, jamu beras kencur. Biar badan gemuk subur. Jamunya, Jeng, jamu kunir asem. Biar badan sehat ayem…”
Adakah yang familiar dengan lirik lagu tersebut? Jika iya, kita pasti tumbuh besar di generasi yang sama. Generasi 90-an. Eit, tapi tulisan ini bukan hendak membahas lagu anak era 90-an, melainkan tentang jamu alias ramuan tradisional khas Nusantara.
Suka mengonsumsi jamu ‘kan? Di keluarga kami, sudah sejak lama jamu jadi andalan untuk menjaga kesehatan. Apalagi saat pandemi Covid-19 melanda beberapa waktu lalu, saya rajin membuat jamu sebagai ikhtiar sehat.
Sejarah Jamu Ramuan Tradisional
Ramuan tradisional ini sudah ada sejak dahulu kala, lho. Jamu sendiri berasal dari kata “Jawa” dan “ngramu”. Artinya kurang lebih ramuan yang berasal dari Jawa.
Di Jawa, ada istilah “jampi” yang merujuk pada jamu. Setahu saya, jampi merupakan bahasa krama alus. Ini merupakan tingkatan bahasa Jawa yang paling formal dan paling sopan.
Jampi ternyata berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa. Istilah jampi ini banyak ditemukan di naskah kuno, seperti pada naskah Gatotkacasraya.
Keberadaan jamu terekam dalam relief beberapa candi terkenal. Misalnya saja relief yang ada di Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.
Selain itu, di Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Majapahit, disebutkan adanya “acaraki”. Ini adalah profesi khusus peracik jamu tradisional. Tidak sembarangan meracik jamu, seorang caraki harus berdoa, meditasi, dan puasa sebelum melakukan tugasnya.
Referensi tentang penggunaan jamu juga ditemukan dalam Serat Centhini dan Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi. Serat Centhini ditulis pada tahun 1814.
Di zaman Majapahit, jamu dibuat dari tanaman dan rempah tertentu yang diyakini dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Tanaman tersebut umumnya cukup mudah didapat, lantaran ditanam di halaman rumah. Meski begitu, ada pula beberapa tanaman yang harus dicari di hutan.
Dikutip dari Tempo, jamu bukan sekadar minuman kesehatan, tapi juga minuman penting bagi keluarga Kerajaan Majapahit. Ada delapan jenis jamu yang dikonsumsi raja dan keluarganya, yakni kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci sirih, kudu laos, uyup-uyup atau gepyokan, dan sinom.
Kedelapan jenis jamu tersebut memiliki rasa yang beraneka ragam. Kunyit asam misalnya, bercita rasa manis-asam. Sedangkan beras kencur rasanya sedikit pedas. Cabai puyang memiliki rasa pedas manis.
Seperti namanya, pahitan memiliki rasa pahit. Sementara uyup-uyup, rasanya cenderung tawar. Untuk jamu sinom, didominasi rasa manis.
Seiring waktu berlalu, orang-orang keraton mulai mengenalkan jamu kepada masyarakat luas. Umumnya, para peracik jamu adalah kaum ibu. Bahkan para ibu ini banyak yang menjual jamu hasil racikannya. Tak heran, sebutan “mbok jamu” cukup populer bagi para penjaja jamu yang notabene perempuan.
Bahan-bahan Jamu Ramuan Tradisional di Sekitar Kita
Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengungkapkan terdapat 32.013 ramuan obat tradisional. Selain itu, terdapat 2.848 spesies tumbuhan sebagai bahan baku obat tradisional atau jamu tradisional. Kaya sekali bukan Negeri kita?
Serat Centhini juga mengungkap berbagai jenis tumbuhan obat digunakan sebagai bahan baku jamu tradisional. Konon beberapa tanaman dan rempah bisa mengobati aneka penyakit, seperti panas dingin, meriang, cacingan, cacar, batuk, sakit mata, hingga yang berkaitan dengan saraf.
Beberapa tanaman dan rempah yang digunakan sebagai ramuan jamu di era Majapahit antara lain umbi kunyit, jahe, kencur, lengkuas, dan temu kunci. Sementara itu, tanaman yang dimanfaatkan daunnya untuk jamu antara lain sirih, pandan, dan kangkung.
Kapulaga, jeruk nipis, dan belimbing wuluh juga digunakan masyarakat Majapahit sebagai jamu. Termasuk pula akar aren, biji kecubung, dan pala.
Bahan-bahan tersebut hingga kini masih bisa ditemukan dengan mudah di sekitar kita. Di halaman rumah, banyak yang menanam bahan baku jamu, hingga muncul istilah “apotek hidup”.
Kalaupun tidak memiliki tanaman untuk di racik menjadi jamu, tidak perlu khawatir. Di pasar, penjual sayur dekat rumah, juga di supermarket, banyak tersedia bahan-bahan pembuat jamu.
Manfaat Sehat Jamu Ramuan Tradisional
Dulu, saat tinggal bersama nenek, saya sering minum jamu ramuan tradisional yang diracik sendiri. Kala badan terasa nggereges alias seperti akan sakit, nenek membuatkan ramuan jahe gula aren. Ajaib! Badan berangsur lebih baik, seiring keringat yang bermunculan.
Meracik jamu kembali saya hidupkan saat sudah menikah. Tentu racikan jamu yang sederhana saja. Beberapa jamu yang sering saya buat sendiri di rumah antara lain jahe merah campur gula aren dan serai, gula aren asam jawa, kunyit asam, serta beras kencur.
Terkadang, saat tidak sempat meracik jamu, saya memilih membelinya. Kadang beli di mbok jamu yang berdagang keliling, membelinya secara online, atau membeli jamu pabrikan yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Nah, berikut ini beberapa manfaat sehat jamu:
1. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Ingin meningkatkan sekaligus menjaga daya tahan tubuh menggunakan jamu? Bisa banget! Cukup minum secara rutin racikan temulawak, kunyit, dan jahe.
Temulawak diyakini bisa melindungi organ hati. Sedangkan jahe bisa memperlancar peredaran darah dan menghangatkan tubuh. Sementara kunyit memiliki manfaat sebagai antibiotik alami yang juga bisa melindungi pencernaan.
Saat ketiganya dipadukan, akan menjadi antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas perusak sel tubuh. Kandungan sehat ketiganya pun mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Ramuan Tradisional untuk Pereda Nyeri
Ketika tamu bulanan alias haid datang, terkadang muncul rasa tidak nyaman. Nyeri haid bikin aktivitas sehari-hari terkendala. Kala keluhan ini muncul, jamu kunyit asam menjadi andalan.
Ini karena kunyit memiliki zat alami curcumin yang mempunyai sifat antiinflamasi alami. Tak cuma itu, Kementerian Kesehatan menyebut kunyit terbukti secara klinis efektif menyembuhkan osteoartritis, radang gusi, dan iritasi lainnya.
3. Mengatasi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa membahayakan seseorang. Untuk membantu mengatasi hipertensi, ada beberapa jenis tanaman jamu yang bisa dikonsumsi.
Misalnya saja meniran, kunyit, seledri, temulawak, dan daun kumis kucing. Biasanya tanaman tersebut menjadi campuran jamu untuk mengatasi hipertensi.
4. Mengatasi Asam Urat
Asam urat bikin tidak nyaman. Kualitas hidup jadi berkurang akibat penyakit yang satu ini.
Untuk mengatasi asam urat, bisa dicoba ramuan daun kepel, secang, tempuyung, temulawak, kunyit, dan meniran. Tanaman-tanaman tersebut mengandung antioksidan flavonoid, tanin dan kurkumin. Kandungan-kandungan itu terbukti secara ilmiah mampu mengatasi hiperurisemia atau asam urat.
5. Ramuan Tradisional Penambah Nafsu Makan
Nafsu makan turun? Coba deh minum jamu temulawak. Tanaman ini dipercaya memiliki khasiat mampu meningkatkan nafsu makan. Tak heran, beberapa suplemen penambah nafsu makan anak menggunakan temulawak.
Manfaat sehat lainnya dari temulawak adalah mengatasi masalah kandung empedu, hati, gas di usus, begah, dan gangguan pencernaan.
Beberapa Jamu Andalan Keluarga dan Cara Membuatnya
Pernahkah membuat jamu ramuan tradisional sendiri? Jika belum, yuk coba membuatnya. Gampang lho. Dulu, saat masih kerja kantoran saya dan teman satu tim pernah membuat pojok jamu.
Di pojok jamu tersebut, ada beberapa botol jamu hasil racikan tim kami. Ada beras kencur, kunyit asam, temulawak, gula asam, dan lain-lain. Siapa saja boleh mengambil jamu secukupnya, dan membayar seikhlasnya.
Jamu yang pernah saya buat untuk pojok jamu adalah yang sering dibikin sendiri di rumah. Oke, ini dia beberapa jamu andalan keluarga saya untuk menjaga kesehatan, beserta cara membuatnya.
1. Kunyit Asam
Bahan:
500 gram kunyit
250 gram asam jawa
500 gram gula kelapa
Seperempat sendok teh garam dapur
20 gelas air
Cara membuat kunyit asam:
1. Kupas kunyit, lalu cuci bersih.
2. Haluskan kunyit dengan cara ditumbuk, diblender, atau diparut.
3. Didihkan air, kemudian masukkan kunyit yang sudah dihaluskan, asam jawa yang dibuang bijinya, dan garam.
4. Tambahkan gula kelapa, lalu kecilkan api.
5. Aduk sesekali rebusan kunyit dan biarkan airnya sedikit menyusut.
7. Matikan api, lantas biarkan kunyit asam dingin.
8. Saring kunyit asam, lalu masukkan ke dalam botol kaca.
Saya lebih suka minum kunyit asam dalam keadaan dingin, sehingga disimpan di kulkas terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Hmm, segar!
2. Beras Kencur
Bahan:
200 gram beras organik
1.500 ml air
50 gram kencur
15 gram jahe
4 mata asam jawa
300 gram gula kelapa
Setengah sendok teh garam
2 buah jeruk nipis
1 lembar daun pandan
Cara membuat beras kencur:
1. Cuci beras hingga bersih, lalu rendam dengan air bersih semalaman.
2. Cuci kencur hingga bersih, kemudian blender dengan beras dan air.
3. Cuci kunyit, lalu haluskan.
4. Tuang beras dan kecur yang sudah dihaluskan ke dalam panci.
5. Tambahkan air, kunyit yang sudah dihaluskan, daun pandan, gula kelapa, garam, dan asam jawa.
6. Rebus ramuan jamu dengan api kecil hingga mendidih, sambil sesekali diaduk.
7. Tambahkan air perasan jeruk nipis, tunggu hingga mendidih.
8. Setelah agak dingin, saring beras kencur. Bisa langsung diminum, atau disimpan dulu menggunakan botol kaca.
3. Serai Jahe
Bahan:
1 ruas jahe
1 batang serai
Gula merah sesuai selera
Cara membuat jamu serai jahe:
1. Potong tipis atau parut jahe.
2. Potong kecil-kecil serai.
3. Seduh kedua herba tersebut menggunakan air panas, tambahkan gula merah.
4. Saring air serai jahe, bisa langsung diminum dalam keadaan hangat, atau disimpan dalam botol kaca.
Tips Sehat Konsumsi Jamu Ramuan Tradisional
Jamu ramuan tradisional memang menyehatkan, asal tidak dikonsumsi berlebihan. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan malah jadi tidak baik? Obat yang dikonsumsi berlebihan akan mengakibatkan overdosis. Demikian pula jamu, bila berlebihan dikonsumsi akan mengakibatkan efek samping.
Jahe memiliki manfaat meredakan radang sendi, perut kembung, dan mual. Akan tetapi, jika dikonsumsi berlebihan justru memicu mulas dan diare ringan.
Begitu juga dengan kunyit. Kandungan kurkumin dalam kunyit bisa membantu peradangan kronis, nyeri, sindrom metabolik, dan kecemasan. Namun. jika digunakan berlebihan, dapat menyebabkan diare, sakit kepala, dan iritasi kulit.
Lalu bagaimana agar mendapatkan manfaat sehat dari jamu? Berikut ini tips sehat mengonsumsi jamu setiap hari dari Kemenkes.
1. Jangan Konsumsi Jamu yang Mengandung Zat Kimia
Jamu aman-aman saja dikonsumsi setiap hari. Namun, pastikan jamu yang dikonsumsi benar-benar higienis, serta tidak mengandung zat kimia dan pengawet. Kemenkes bahkan menyarankan untuk membuat jamu sendiri.
2. Pilih Ramuan Tradisional yang Tersertifikasi BPOM
Di pasaran, kita sering menemukan jamu dalam kemasan bukan? Boleh-boleh saya lho mengonsumsi jamu dalam kemasan. Akan tetapi, pastikan jamu yang akan dikonsumsi sudah teruji keamanannya oleh BPOM.
3. Konsultasi dengan Dokter
Meski kandungan dalam beberapa tanaman untuk jamu memiliki manfaat sehat, tetapi tidak serta-merta dapat menggantikan obat-obatan yang diresepkan dokter.
Untuk itu, jika akan menggunakan jamu untuk membantu pengobatan penyakit tertentu, ada baiknya konsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dengan begitu, bisa mengonsumsi jenis dan dosis jamu yang tepat.
Penutup
Jamu bukan sekadar ramuan sehat semata, akan tetapi mengandung nilai budaya. Apalagi, jamu telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO pada 6 Desember 2023.
Di Indonesia pun telah ditetapkan Hari Jamu Nasional yang diperingati setiap 27 Mei. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keunikan dan manfaat jamu.
O, ya, karena digunakan secara turun-temurun dan dikembangkan dari generasi ke generasi, jamu menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi. Dengan begitu, jamu pun berpotensi menggerakkan ekonomi rakyat.
Bagi saya pribadi, jamu adalah salah satu bagian tak terpisahkan dari ikhtiar menjaga kesehatan keluarga. Kebiasaan minum jamu bersama di rumah melahirkan kesehatan dan kehangatan.
Bagaimana denganmu, apakah punya secuil kisah juga tentang jamu, ramuan tradisional khas Nusantara ini?
Referensi
Sukini, Jamu Gendong; Solusi Sehat Tanpa Obat. Penerbit: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018.
tempo.co. Sejarah dan Jenis-jenis Jamu di Zaman Kerajaan, https://gaya.tempo.co/read/1837667/sejarah-dan-jenis-jenis-jamu-di-zaman-kerajaan, diakses pada 29 Mei 2024.
kemdikbud.go.id. Jamu, Minuman Tradisional Penuh Sejarah, https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/foto/jamu-minuman-tradisional-penuh-sejarah, diakses pada 29 Mei 2024.
kemdikbud.go.id. Inspirasi Jamu Rempah dari Zaman Majapahit yang Lestari hingga Masa Kini, https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/inspirasi-jamu-rempah-dari-zaman-majapahit-yang-lestari-hingga-masa-kini, diakses pada 29 Mei 2024.
kemkes.go.id. Amankah Minum Jamu Setiap Hari?, https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/499/amankah-minum-jamu-setiap-hari, diakses pada 29 Mei 2024.
Waduh 1kg kunyit itu buat seberapa gentong Kak. Kalau cuma 20 gelas air aja apa gak pahit jadinya?
Saya bikin dua liter jadi paling sekitar 2 ons aja kunyit nya. Itu udah dicampur gula dan asam masih terasa pahitnya (rasa khas kunyit)
Oh tapi mungkin lidah masing-masing berbeda kali ya…
Takaran Mbak 1kg kunyit cocoknya dengan air segitu ya
Wah terima kasih koreksinya, Kak. Harusnya setengah kilogram, he-he-he.
saya mengenal jamu sejak kecil. Kebetulan ibu saya suka minum jamu. saya sering dibelikan yang air manisannya saja. Dulu itu jamu digendong dan penjualnya ibu-ibu. Sekarang pada naik sepeda, dan ada juga bapak-bapak jualan jamu keliling hehehe. Dan sekarang minum jamu lebih prakstis karena ada dalam sasetan. Jadi mudah dibawa ke mana-mana.
yang paling sering diminum dan paling jadi andalan ya jamu kunir asem dan beras kencur. enak dinikmati sehari-hari dan kerasa nyaman juga di tubuh
Di era modern ini, di mana gaya hidup serba cepat dan pola makan tidak selalu seimbang, jamu kembali digemari sebagai solusi alami untuk menjaga kesehatan keluarga. Berbagai jenis jamu tersedia, mulai dari jamu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, hingga membantu meredakan nyeri dan pegal-pegal.
Kalau kata ibuku yang suka jamu, kalau orang gak doyan minum obat, pasti minumnya jamu. Padahal ya sama-sama pahit kalau milih yang brotowali. Memang, jamu udah terkenal banget sejak zaman dulu. Biasanya orang suka, karena diluncurkan secara turun temurun
Sejak kecil saya suka minum jamu, tapi yang ringan-ringan saja, seperti kunyit asam dan beras kencur. Biasanya juga cuma beli di mbok jamu gendong di pasar atau yang lewat depan rumah.
Paling suka sama jamu, beras kencur, kunyit asam, rasanya enak dan pasti klo beli jamu pasti milih itu. Jadi pengen buat sendiri.
Paling suka sama jamu, beras kencur, kunyit asam, rasanya enak dan pasti klo beli jamu pasti milih itu. Cuz mau bikin karena ada resepnya.
Suka minum jamu kunyit asam sama jahe serai. Kalo beras kencur kurang suka, agak aneh rasanya. Tapi selera orang beda-beda ya. Memang wajib waspada kalo beli jamu, apalagi di sini suka ditambahin bubuk-bubuk ga tahu apa. Amannya bikin sendiri.
Minum jamu memang mengasikkan, bisa bikin badan lebih segeran. Walau tetep jangan lupa imbangi dengn minum air putih
ayah molly penyuka jamu. tiap minggu pasti ke pasar buat beli jamu sama bibi2 gendong jamu. hihii
Habis baca ini langsung pengen bikin jamu sendiri, deh. Hehe…. Aku suka nanam empon-empon tapi males ngolahnya jadi jamu. Kencur misalnya. Bukannya kuolah kadi jamu malah kubuat jadi bumbu seblak. Hehehe….
Kalau saya tim jamu serai jahe, istri kunyit asam, dan anak-anak beras kencur. Kita sekeluarga memang segitunya suka minum jamu sih. Asli memang bikin segar dan sehat ke badan
Manfaatnya banyak banget ya kak minum jamu itu. Pahit dikit tapi bikin bodi makin fit. Ya ngapain minum yg aneh2 kalo hanya bikin tubuh makin nyeleneh. Alias sakit tak terperi bikin tak bisa aktivitas normal lagi.
Favoritku tuh kunyit asam dan beras kencur. Kalo jahe mah enaknya digeprek trs pake air hangat. Diminum selagi hujan/dingin2. Mantapp.
Jagoanku juga beras kencur heheeh, kalo buat antibiotik dan biar leebih seger sih jahe madu yah terus ada lagi tuh kunir sirih tapi sekarang jarang banget nemunyaaa
Jamu adalah ramuan khas Indonesia yang kaya manfaat
Menjaga kesehatan keluarga Indonesia
Dulu pas kecil sering minum sinom dan beras kencur kalau aku. Belinya di mbok jamu yang biasa lewat rumah pakai sepeda.
Mamaku sering tuh nyanyi lirik lagu itu. Ternyata memang ada ya. Kirain mah mamaku bikin sendiri liriknya. Hehehe…
Di keluarga kami juga rutin minum jamu. BIasanya sih emak atau nenekku yang ngeracik jamunya.
Soalnya nenekku juga jualan jamu racikan gitu.
Jamu tradisional memang sudah ada sejak berabad-abad lalu, ya. Yang terkenal buat saya memang beras kencur dan kunir asem. Ini jadi favorit sebagian besar masyarakat Indonesia.
Cerita jamu itu memang tak ada habisnya ya, apalagi jamu punya peranan penting yang menyehatkan sejak jaman dulu. Kalau aku sejak kecil suka dikasih jamu cekok nih, kak. Karena ya tukang malas makan, makanya dikasih jamu. wkwk
Menarik banget belajar sejarah ngramu atau jamu. Ramuan banyak manfaat ini udah terkenal sejaj dulu. Kalo aku sih doyan kunyit asam sama beras kencur, xixixi..
Aku biasanya beli jamu kunyit asam dalam kemasan botol. Dan selama ini nggak pernah ngecek udah BPOM apa belum, huhu. Otw cek deh besok.
saya paling suka jamu beras kencur dan jahe karena manis, hihihi. tapi pernah juga minum jamu yang pahit karena berobat. karena saya orangnya sangat higinenis, jadi lebih suka bikin sendiri sih, hehe
Aku gak pernah nemu jamu seenak bikinan sendiri.
Tapi kalau pun terpaksa, alhamdulillah, kini ada jamu BPOM kemasan sachet yang minimal bisa membantu menghangatkan badan ketika sedang kurang fit.
Tapi jamu terbaik, tetep yang ramban dan meracik sendiri.
Haduhhh, ampun deh kalau sudah ditawari beras kencur…habis menegak langsung deh nafsu makan meningkat.