Dari Obrolan di Warung Bakso, Hana Maulida Ubah Tabu Bicara Seks Jadi Gerakan Inspiratif

Diam bukan solusi. Masalah yang diabaikan hanya akan menjelma jadi bayang-bayang yang lebih besar dan terus menghantui. Hana Maulida tahu betul rasanya, karena dia pernah bertemu anak berusia tujuh tahun yang jadi korban kekerasan seksual ayah kandungnya sendiri.
Geram. Kemarahan memuncak di kepala kala Hana dan teman-temannya berdiskusi di sebuah warung bakso pada Januari 2023. Tentu bukan karena rasa bakso yang tak sesuai harapan. Namun, karena kasus kekerasan seksual pada anak yang terus terdengar hampir setiap hari. Tidak hanya kabar yang disampaikan di layar, tapi juga di kotanya sendiri.
Obrolan sederhana itu berubah menjadi titik balik. Dari warung bakso, lahir tekad untuk tidak lagi diam. Di situlah gerakan Kakak Aman bermula. Sebuah inisiatif yang hadir karena hampir tak ada pihak yang secara khusus menggarap pencegahan kekerasan seksual pada anak dengan cara menyenangkan.
Tanpa banyak menunda, Hana menyusun materi edukasi lewat aplikasi Canva. Hanya dua hari setelah obrolan itu, dia dan teman-temannya turun ke lapangan untuk mengimplementasikannya.
Kebetulan, salah satu sahabat Hana adalah guru sekolah dasar. Sekolah itulah yang menjadi pintu pertama, tempat mereka memperkenalkan pendidikan seksual anak yang dikemas hangat dan menyenangkan. Dokumentasi kegiatan kemudian diunggah ke status WhatsApp.
Tak disangka, unggahan sederhana itu menarik banyak perhatian. Semakin banyak sekolah dasar dan taman kanak-kanak yang menghubungi, berharap mendapat kesempatan serupa.
“Langkah pertama tidak perlu sempurna dulu,” ucap Hana dalam talkshow Good Movement yang digelar oleh Good News Indonesia, Jumat (12/9/2025).
Pada langkah berikutnya, berbagai perbaikan dilakukan. Materi edukasi terus dipoles agar lebih mudah dipahami anak. Media penyampaian juga dikembangkan, dari poster menjadi beragam alat bantu kreatif. Tujuannya supaya kegiatan tidak membosankan, sekaligus lebih tepat sasaran. Itulah awal mula lahirnya Kakak Aman, gerakan untuk memberikan pendidikan seks anak yang menyenangkan.
Ketika Boneka, Dongeng, Lagu, dan Poster Ubah Tabu Jadi Menyenangkan

Bicara tentang seksualitas di tengah masyarakat masih kerap dianggap tabu. Ketika anak menjadi korban kekerasan seksual, banyak keluarga memilih diam. “Alasannya aib,” ucap Hana, “Kalau pun melapor, mereka tidak punya modal apa-apa. Beberapa orang bahkan berpikir tanpa uang, laporan tidak akan diproses.”
Hana paham betul, betapa melelahkannya berhadapan dengan hukum. Terutama bagi kalangan menengah ke bawah. Akibatnya, kasus kekerasan seksual sering berakhir tanpa kejelasan. “Ini jadi fenomena gunung es. Angkanya sudah banyak, tapi di lapangan lebih banyak lagi,” imbuhnya.
Data tahun 2024 yang dibawa Hana mencatat ada 19.628 kasus kekerasan terhadap anak. 11.771 di antaranya merupakan kekerasan seksual. Artinya, 60 persen kasus kekerasan pada anak adalah kekerasan seksual.
Enggannya masyarakat membicarakan seksualitas membuat pendidikan seksual terhambat. Padahal tanpa bekal itu, anak-anak sulit melindungi dirinya sendiri. Lebih dari sekadar bicara seks secara vulgar, pendidikan seksual justru menjadi cara agar anak tahu batasan tubuh dan berani berkata tidak.
Bagi Hana, pendekatan yang menyenangkan adalah kuncinya. Pendidikan seksual tidak harus disampaikan dengan bahasa rumit atau menakutkan. Sebaliknya, pendidikan seksual bisa dikemas lewat alat peraga yang dekat dengan keseharian anak.
Boneka membantu anak memahami batasan tubuh melalui permainan peran. Dongeng menghadirkan pesan moral tanpa menggurui. Lagu membuat pesan mudah diingat, sementara poster memberi visual yang sederhana tetapi kuat.

Tak berhenti di situ, Hana bersama komunitas Kakak Aman juga menambahkan worksheet dan mini games agar pesan lebih membekas. Anak-anak jadi belajar sambil bermain, sehingga mereka jauh lebih berani bertanya dan berpendapat.
Untuk menjaga konsistensi, Kakak Aman menyiapkan modul edukasi yang dibagi dalam empat pertemuan. Anak-anak ditempatkan dalam kelompok kecil dan didampingi kakak fasilitator dengan jenis kelamin yang sama, agar lebih nyaman bercerita.
Modul ini bukan sembarangan. Sebelum diterapkan, sudah diuji coba di empat sekolah di Kota Serang. Modul juga telah dikonsultasikan kepada dokter, psikolog anak, serta psikolog pendidikan. Dengan begitu, pendekatan yang mereka lakukan tidak hanya menyenangkan, tapi juga aman dan bertanggung jawab.
Kegiatan ini diharapkan dapat membantu anak memahami bagian tubuh pribadi dan cara menjaganya. Anak juga diharapkan tahu apa yang harus dilakukan ketika menghadapi situasi sulit atau yang membuat mereka merasa tidak nyaman.
Tersedia pula Body Safety Kit yang bisa didapatkan dengan harga Rp300.000. Namun, bagi sekolah atau komunitas tertentu yang memenuhi syarat, kit ini diberikan secara gratis sebagai dukungan agar lebih banyak anak mendapatkan perlindungan sejak dini.
Hana Bersama Kakak Aman, Tulus Mengedukasi tanpa Berharap Gaji

Sepak terjang Hana bersama Gerakan Kakak Aman sangat serius dan masif. Saking semangatnya, sampai banyak orang berpikir Hana dan teman-temannya ini digaji berapa. Nyatanya, tidak ada yang menggaji mereka.
“Banyak yang menebak-nebak, digaji berapa kok semasif ini. Padahal kami nggak ada gaji, karena basisnya relawan,” ungkap Hana saat berbincang dengan mamanesia.com.
Latar belakang para relawan Kakak Aman sangat beragam. Mereka semua adalah para pekerja yang berusaha keras mencari waktu untuk mengembangkan dan menggerakkan Kakak Aman. Karena itu, jika ada undangan memberikan edukasi di hari kerja, menjadi tantangan tersendiri bagi Hana dan teman-temannya.
“Kami memberikan solusi agar acara digelar weekend. Kecuali dalam konteks perlindungan anak dan berada di wilayah Serang, saya masih bisa handle karena relate dengan pekerjaan saya,” sambungnya.
Lalu, bila ada sekolah yang mengundang relawan Kakak Aman apakah harus membayar? Jawabannya: tidak. “Kakak Aman tidak minta uang ke sekolah ketika mereka mengundang, kecuali memang sudah dianggarkan. Kami diundang saja sudah bahagia sekali,” terang Hana.

Dalam dua tahun perjalanannya, Kakak Aman berhasil menembus batas ruang kelas dan kota. Gerakan ini telah menjangkau lebih dari 4.000 anak serta 250 guru dan orang tua di 17 daerah, mulai dari Banten, Jakarta, Surabaya, hingga Papua Selatan dan Bali.
Awalnya, gerakan Kakak Aman memang hanya berfokus pada anak-anak. Namun, saat turun ke lapangan, muncul banyak permintaan dari orang tua, guru, hingga komite sekolah yang juga ingin mendapatkan edukasi. Dari sanalah ruang baru dibuka. Tidak hanya anak-anak yang dikuatkan, tetapi juga para pendidik dan orang tua sebagai lingkar terdekat anak.
Sebagai turunan dari gerakan ini, lahirlah Komunitas Guru Aman. Komunitas ini menjadi wadah bagi guru-guru yang sudah teredukasi untuk saling berbagi keresahan, pengalaman, sekaligus mencari solusi atas berbagai masalah yang dihadapi di sekolah. Harapannya, forum ini bisa memperkuat peran para pendidik sebagai garda depan perlindungan anak.

Visi Kakak Aman jelas, yakni menciptakan ruang aman bagi anak agar bisa tumbuh sehat dan mengembangkan potensinya. Dari warung bakso di sudut kota, Hana dan teman-temannya membuktikan bahwa gerakan besar bisa lahir dari percakapan sederhana. Bahwa bicara soal seksualitas tidak harus tabu, melainkan bisa menjadi jembatan agar anak-anak lebih terlindungi.
Setiap anak berhak merasa aman. Hanya dengan itulah mereka bisa berani bermimpi dan berupaya mewujudkannya.
Penghargaan SATU Indonesia Awards, Awal dari Peluang yang Lebih Besar

Momen itu masih terasa jelas di ingatan Hana. Sebuah momen, ketika namanya diumumkan sebagai Juara Utama SATU Indonesia Awards 2024 bidang pendidikan. Dia hampir tak percaya. Apalagi, sejak kuliah ia sudah mengenal betapa bergengsinya penghargaan ini.
Tak main-main, di tahun itu tercatat ada lebih dari 18 ribu aplikasi yang masuk. “Kalau bukan mukjizat, rasanya mustahil bisa sampai sini,” kenangnya dengan mata berbinar.
Di balik rasa syukur, kemenangan ini membuka pintu lebar bagi gerakan Kakak Aman. Berbagai kesempatan datang silih berganti. Mulai dari kolaborasi dengan CSR Astra untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi kepada guru PAUD dan orang tua, hingga berbagi ilmu di peringatan Hari Anak Nasional bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Bahkan, Kakak Aman diajak membuat konten edukatif bersama kanal populer seperti Kok Bisa dan Creatifox.
Dampak penghargaan ini terasa jelas. Akses ke sekolah dan komunitas semakin terbuka, jaringan kolaborasi meluas, dan nama Kakak Aman makin dikenal luas.

Kini, Hana dan tim kini menatap lebih jauh. Mereka menyusun mimpi menghadirkan buku cerita anak, sekolah ramah anak, hingga daycare yang aman dan terpercaya. Semua berawal dari keberanian mengangkat isu yang sering dianggap tabu, lalu dipertemukan dengan kesempatan besar melalui SATU Indonesia Awards.
Hana juga berharap Kakak Aman benar-benar bisa menjadi sebuah gerakan. Artinya siapa pun dapat bergabung, sehingga dapat menjangkau lebih banyak anak. Visi besarnya adalah menghadirkan pendidikan seksual yang mudah diakses oleh semua kalangan, hingga suatu saat nanti bisa menjadi bagian dari kurikulum nasional untuk TK dan SD.
SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra bagi generasi bangsa yang berkontribusi menciptakan kehidupan berkelanjutan. Program ini berfokus pada lima bidang utama, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Baca kisah inspiratif lainnya di sini ya: Dari Bali, Yoga Langitkan Mimpi Wujudkan Nelayan Berdasi
Penutup

Perjalanan Hana dan Kakak Aman membuktikan bahwa gerakan besar bisa lahir dari obrolan sederhana. Dari sebuah warung bakso, kini menjelma inisiatif yang menjangkau ribuan anak, guru, dan orang tua di berbagai daerah Indonesia. Perjuangan ini belum usai. Setiap langkah kecil yang dilakukan Hana dan timnya diharap bisa membuka jalan menuju perubahan yang lebih besar.
Hana percaya, anak adalah sumber daya paling berharga di dunia dan harapan terbaik untuk masa depan. Karena itu, melindungi anak dari kekerasan seksual bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga investasi bagi bangsa. Dengan pendidikan seks untuk anak yang mudah, murah, dan menyenangkan, Hana yakin anak-anak bisa tumbuh lebih kuat, berani, dan aman dalam mewujudkan mimpi mereka.
#kabarbaiksatuindonesia