Freelancer untuk Ibu Rumah Tangga: Peluang Emas dan Tantangan Besar
Lima tahun terakhir ini waktu saya lebih banyak dihabiskan di rumah. Ibu rumah tangga dipilih sebagai pekerjaan utama. Fokus dan waktu lebih banyak tercurah di sini. Namun, kemudian saya memilih menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga.
Ketika baru saja resign, saya mendapatkan tawaran menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga melalui e-mail. Saya tidak ingat dari mana yang bersangkutan mendapatkan kontak saya. Sepertinya melalui LinkedIn.
Saya diminta menjadi freelance writer. Tugas saya adalah mengajukan ide penulisan sesuai keyword yang sudah diberikan. Selanjutnya mengeksekusi tulisan tersebut. Namun, kemudian saya menjajal pula aneka peluang dari berbagai tempat.
Oke, di tulisan kali ini saya akan berbagi tentang alasan, peluang, dan tantangan freelancer untuk ibu rumah tangga. Semuanya seturut pengalaman saya dan beberapa teman yang pernah mencoba sebagai freelancer sekaligus ibu rumah tangga.
Ngomong-ngomong, tulisan kali ini masih merupakan tugas dari kegiatan oprec ODOP Blogger Squad. Kang Yonal Regen, selaku mentor, menantang para peserta untuk riset kata kunci. Tidak mudah, tapi tetap bisa dilakukan. Setelah menemukan kata kunci yang sesuai, baru deh dikembangkan menjadi tulisan.
Alasan Memilih Menjadi Freelancer untuk Ibu Rumah Tangga
Belasan tahun bekerja, lalu memilih resign, eh kok malah kerja lagi sebagai freelancer? Apakah baru tahu “nggak enaknya” nggak punya uang sendiri dan hanya berharap dari suami? Atau merasa “mati gaya” karena disibukkan rutinitas dapur-kasur-sumur?
Jujur, saya senang menjadi ibu rumah tangga. Bisa menjaga si kecil, menghabiskan waktu berkualitas bersama mereka, dan menyaksikan mereka tumbuh adalah kemewahan.
Akan tetapi, saya merasa dunia bertambah luas ketika bekerja, kendati dari rumah saja. Saya jadi mengenal berbagai macam orang. Juga, mendapat kepuasan batin karena merasa dihargai dan dibutuhkan sesuai kapasitas yang dimiliki.
Nah, dengan memilih menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga, saya punya kebebasan bekerja dari mana saja dan kapan saja. Saya bisa bekerja sambil menunggu si kecil les. Bisa pula bekerja sambil menunggu anak tidur siang. Bahkan bekerja di tengah malam ketika seisi rumah telah terlelap.
Selengkapnya, inilah alasan memilih menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga.
1. Waktu yang Fleksibel
Ketika menjadi seorang mama, fleksibilitas bekerja adalah hal penting. Daaaan memiliki kendali penuh atas kehidupan bekerja, bagi saya adalah mimpi yang menjadi nyata.
Dulu, saat masih kerja kantoran, saya memang bisa beberapa kali bekerja dari rumah. Namun, sayangnya saya tidak bisa bekerja kapan saja. Perlu dedicated time di siang hari. Padahal di siang hari itu, anak saya sedang aktif-aktifnya lari ke sana ke mari.
Saat menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga, waktu kerja memang jadi tidak teratur. Bisa jadi juga waktu kerja lebih singkat, sehingga saya harus bergegas agar bisa bekerja lebih cepat dan efisien.
Terkadang, sedang asyik bekerja, si kecil datang dan mengganggu. Hiks, anak saya tuh kerap cemburu pada laptop yang saya buka. Padahal, gimana saya mau kerja jika tidak membuka laptop.
Namun, fleksibilitas waktu kerja itu mengajarkan saya untuk fleksibel juga. Saat anak mengganggu, anggap saja Allah sedang menyuruh saya untuk rehat. Biar bagaimanapun pekerjaan utama saya adalah ibu rumah tangga. Jadi yaaa nggak perlu stres karena diganggu anak saat bekerja.
2. Menghasilkan Uang Tambahan
Saat belum punya anak, rasanya mudah banget untuk menabung. Ketika anak baru satu, masih mudah menyisihkan uang untuk tabungan. Nah, ketika anak sudah dua, menabung semakin challenging.
Apalagi saat anak-anak sekolah. Kebutuhan semakin banyak dan membengkak. Kami pernah juga mengalami tantangan finansial keluarga, yakni ketika kantor tempat suami bekerja beberapa kali tutup. Alhamdulillah ada sedikit pemasukan dari kegiatan freelancing yang saya jalani. Jadi, pemasukan keluarga nggak kosong banget.
Untuk saya, menjadi freelancer adalah peluang emas menghasilkan uang tambahan tanpa harus keluar uang untuk membayar pengasuh anak. Bahkan saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk transportasi selama bekerja. Plus tidak perlu berjibaku dengan kemacetan di jalan adalah sederet kelegitan menjadi freelancer.
3. Keseimbangan Hidup
Mengasuh sendiri anak-anak memang menyenangkan. Namun, tidak dipungkiri jiwa orang dewasa saya ada kalanya merasa bosan.
Dulu, pernah tuh, saya mengisi waktu di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dengan membaca buku dan menonton drakor. Namun, tetap saja, terasa ada yang kurang di dalam diri ini.
Menjadi freelancer berarti saya mencoba berkontribusi pada proyek orang lain. Saya bisa berbicara dan berdiskusi dengan orang-orang dewasa. Menjalani waktu bersama orang dewasa, di mana peran kita dibutuhkan, ternyata bisa menjadi energi positif.
Dee Lestari –penulis novel “Filosofi Kopi”– menulis, “Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?”
Menurut saya, kata-kata itu tepat sekali. Terkadang kita butuh jeda dari rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Wujud jeda itu bisa berupa menjadi “sosok lain”, yakni freelancer untuk ibu rumah tangga. Jeda itu, bisa membuat hidup lebih seimbang.
Peluang Menjadi Freelancer untuk Ibu Rumah Tangga
Freelancer untuk ibu rumah tangga adalah peluang emas. Saat ini ada berbagai pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote. Dengan begitu, kita masih bisa bekerja sambil membersamai si kecil.
Beberapa waktu lalu, saya menyimak obrolan ibu-ibu di Threads. Di sana mereka membahas berbagai freelance yang bisa dilakukan ibu rumah tangga. Apa saja?
1. Penulis Konten
Seperti pengalaman saya, ibu rumah tangga bisa menjajal menjadi penulis konten lepas. Kontennya bisa berupa artikel untuk web, blog, atau untuk media sosial.
Di mana mencari peluang freelance sebagai penulis konten? Kita bisa mengikuti akun-akun informasi freelance di media sosial. Bisa juga mencarinya di platform penyedia lowongan pekerjaan seperti Glints dan LinkedIn.
2. Editor dan Proofreader
Banyak juga lho yang membutuhkan jasa editor dan proofreader lepas. Tugasnya antara lain memeriksa dan mengedit teks untuk menghindari kesalahan tata bahasa dan ejaan. Iklan lowongan pekerjaan untuk posisi ini beberapa kali saya lihat di Instagram.
3. Desainer Grafis
Kemampuan membuat desain visual untuk logo, brosur, dan poster bisa jadi ladang menjanjikan lho. Teman saya ada nih yang berbekal skill mendesain di aplikasi Canva, bisa mendulang cuan dari rumah.
4. Manajer Media Sosial
Jika senang mengelola akun media sosial, kita bisa memanfaatkan peluang menjadi manajer media sosial lepas. Tentu perlu memiliki skill lain seperti membuat konten media sosial, serta aktif merespons komentar.
5. Virtual Assistant
Kayaknya freelancer sebagai virtual assistant sedang naik daun nih. Di Threads banyak yang menceritakan pengalamannya sebagai virtual assistant.
Tugas virtual assistant adalah membantu tugas administratif seperti menjadwalkan pertemuan, mengelola email, dan juga entri data. Saya pribadi tertarik sih dengan pekerjaan ini.
6. Penerjemah
Punya kemampuan bahasa asing yang mumpuni? Wah bisa menjajal freelancer untuk ibu rumah tangga sebagai penerjemah nih.
Tidak melulu penerjemah bahasa Inggris, tapi bahasa lain juga sering dicari lho. Teman dan suami teman saya menekuni pekerjaan ini. Hasilnya lumayan, bahkan bisa untuk membiayai dua anaknya sekolah di sekolah yang bonafid.
7. Pengajar Online
Bila punya kemampuan tertentu, misalnya matematika, bahasa Inggris, membaca Al-Qur’an, dan lainnya, bisa memanfaatkannya untuk menjadi pengajar online. Untuk memulainya bisa menawarkan jasa ini melalui iklan di media sosial. Selain itu, lowongan pengajar online juga kerap tersedia di platform penyedia lowongan kerja.
8. Menjadi Afiliator
Menjadi freelancer afiliator juga sekarang banyak diminati. Tugasnya adalah mempromosikan produk atau layanan orang lain dan mendapatkan komisi dari setiap penjualan atau tindakan yang dilakukan melalui tautan afiliasi kita.
Model komisinya macam-macam. Ada yang dapat komisi setiap kali seseorang membeli produk melalui tautan afiliasi. Ada juga komisi yang didapat berdasarkan jumlah klik yang diterima tautan afiliasi kita. Bisa juga komisi didapat saat seseorang melakukan tindakan tertentu melalui tautan afiliasi kita, misalnya ketika orang tersebut mendaftar.
Tantangan Besar Seorang Freelancer
Menjadi freelancer tentu tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi. Bukankah hidup memang seperti itu? Selalu ada tantangan di setiap fase yang dilewati? Pasti ada konsekuensi yang harus dijalani.
Seturut pengalaman saya, berikut ini beberapa tantangan menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga.
1. Pendapatan yang Tidak Pasti
Namanya freelancer, kadang ada banyak pekerjaan, dan terkadang pula sepi job. Ini menyebabkan pendapatan seorang freelancer sangat bervariasi.
Jika sedang dapat proyek banyak yang berimbas pada banyak pendapatan, jangan lantas dihabiskan. Pokoknya harus ingat, bulan depan belum tentu memperoleh pendapatan sebanyak bulan ini.
2. Manajemen Waktu
Bagi seorang ibu rumah tangga yang juga freelancer, persoalan manajemen waktu bisa jadi sangat menantang. Kita harus bisa membagi waktu antara tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, menyelesaikan pekerjaan freelance, dan waktu istirahat yang cukup.
Lalu bagaimana solusinya? Kita perlu membuat jadwal yang jelas. Misal di pagi hari, kita tulis to do list agar tidak ada kewajiban-kewajiban yang terlewat.
Bisa juga dengan mendelegasikan tanggung jawab ke pihak lain. Contohnya, tanggung jawab per-laundry-an bisa diserahkan ke penyedia jasa laundry. Jika tidak sempat memasak, bisa membeli lauk matang. Bisa juga minta tolong kepada suami atau saudara untuk membantu menjaga anak selama kita menyelesaikan pekerjaan.
Bagi saya, jasa laundry dan warteg adalah “jalan ninja” agar tetap berenergi menyelesaikan berbagai tanggung jawab. Terkadang kita memang perlu memilih, dan menentukan pilihan yang paling masuk akal.
3. Kurangnya Jaminan Sosial dan Tunjangan
Beda dengan pekerja tetap, freelancer tidak mendapat tunjangan kesehatan, gaji ketiga belas, atau uang pensiun. Beberapa kali saya memanfaatkan BPJS Kesehatan untuk berobat ketika plafon asuransi dari kantor suami sudah habis.
Saya juga mendaftar BPJS Ketenagakerjaan Bukan Penerima Upah (BPU). Manfaat dari kepesertaan ini adalah mendapatkan jaminan kecelakaan kerja, juga jaminan kematian.
Untuk uang pensiun atau hari tua pun harus diupayakan sendiri. Jadi sejak sekarang harus menyisihkan pendapatan untuk diinvestasikan dalam jangka panjang sebagai uang pensiun.
4. Kesulitan dalam Menetapkan Harga
Beberapa kali ada calon klien yang menghubungi melalui e-mail dan menanyakan harga atas jasa yang kita kerjakan. Sering kali saya kesulitan menentukan harganya. Khawatir kemahalan atau justru kemurahan.
Biasanya sih, saya riset sendiri dengan bertanya pada orang yang menjalani pekerjaan serupa. Harga juga disesuaikan dengan pengalaman dan keahlian.
Penutup
Nah, itu dia lika-liku menjadi freelancer untuk ibu rumah tangga. Peluangnya memang emas banget, tapi tantangannya juga cukup besar. Namun, sekali lagi, tidak ada jalan yang benar-benar mulus bukan?
Jika kita meyakini dan memilih suatu jalan, maka harus paham konsekuensinya. Apabila kita masih bisa berdamai dengan tantangan dan konsekuensinya, maka go ahead. Jika dirasa terlalu berat, jangan memaksakan diri.
Pekerjaan utama kita adalah ibu rumah tangga. Jangan sampai tugas utama terpinggirkan oleh pekerjaan sebagai freelancer. Kecuali ada orang-orang yang bisa membantu meng-handle tanggung jawab kita.
Saat ini, saya sedang tidak banyak mengambil pekerjaan sebagai freelancer. Ternyata anak semakin besar bukan berarti saya jadi punya waktu lebih banyak untuk menjadi freelancer. Jadi lebih sibuk wara-wiri untuk antar jemput anak-anak sekolah atau les.
Namun, nggak apa-apa jika saat ini saya belum bisa banyak mengambil job sebagai voice over talent lepas atau penulis lepas. Toh, saya masih bisa menulis blog. Alhamdulillah ada juga beberapa keping rupiah yang masuk dari kegiatan blogging ini.
Kalau Mama-mama gimana, apakah termasuk yang memutuskan menjadi freelancer? Jika iya, biasanya tantangan yang kerap dihadapi apa nih?
Saya juga kerap melihat iklan untuk virtual assistant, tetapi masih waswas karena rentan penipuan online. Bt the way, saya baru tahu perihal BPJS Ketenagakerjaan Non Upah, itu siapa saja yang bisa daftar, Mbak?
BPJS Ketenagakerjaan Bukan Upah itu bisa wiraswasta, petani, pedagang, freelancer, gitu, Mbak. Jadi waktu itu saya mencairkan BPJS Ketenagakerjaan setelah resign, kan. Terus ditanya aktivitasnya apa, lalu ditawarkan program tersebut.
Saya dulunya pengen banget jadi IRT aja. Sudah lelah bekerja selama gadis. Namun setelah hal besar terjadi dalam hidup bersamaan dengan pandemi, saya memutuskan bertahan. Btw, masih tergoda resign sih.