Dapur Bunda Merlin, UMKM Rumahan yang Tumbuh dari Hobi Baking

Merlin mulanya tak pernah benar-benar berniat membuka usaha kuliner. Semuanya berawal dari hobi baking yang dia tekuni di rumah. Sekadar kegiatan yang membuat hati senang. Namun siapa sangka, dari dapur sederhana itu lahir sebuah UMKM rumahan yang pelan-pelan bertumbuh dan menemukan jalannya sendiri.

Kisahnya bermula saat anak pertama Merlin memilih jurusan kuliner di SMK. Sejak saat itu, dapur mereka berubah wujud. Oven baru hadir di sudut ruangan, mixer berdiri manis di meja, sementara loyang dan berbagai alat membuat roti memenuhi rak-rak kecil. Awalnya semua itu hanya perlengkapan pendukung belajar sang anak, sebuah investasi pendidikan agar bisa berlatih di rumah.

Lambat laun, peralatan itu tidak hanya menjadi sarana latihan, tetapi juga sumber kreativitas bersama. Setiap aroma roti yang keluar dari oven seakan membuka peluang baru. Tanpa pernah direncanakan dengan matang, dari situlah perjalanan Dapur Bunda Merlin mulai dibangun.

Berbagi ke Tetangga dan Postingan Makanan di Medsos yang Membuka Jalan

Sebelum Dapur Merlin berdiri, Merlin sering berbagi hasil baking-annya ke tetangga. Ternyata tetangga banyak yang suka.

Tak hanya itu, anak sulung Merlin juga kerap coba-coba membuat aneka kue. Selanjutnya kue tersebut diunggah ke media sosial dan status WA. Alhamdulillah, banyak yang ingin mencoba.

Permintaan pasar yang cukup besar akhirnya membuat Merlin memfasilitasinya dengan membuka pesanan. Selain menerima pesanan, Merlin juga menitipkan kue di kantin sekolah anaknya yang duduk di SD dan SMP.

Tahu nggak? Pesanan awal yang diterima Merlin hanya 2-3 boks saja. Alhamdulillah, perlahan pesanan yang masuk semakin banyak. Dari sini, Merlin melihat kesempatan tersebut sebagai peluang untuk menambah pemasukan keluarga.

Aktivitas baking di rumah Merlin akhirnya berubah menjadi kegiatan rutin yang menghasilkan. Roti abon gulung menjadi salah satu produk andalannya. Roti unik dengan rasa pedas manis hasil racikan Merlin sendiri.

Dibanding kebanyakan roti abon yang ada di pasaran, buatan Merlin punya ciri tersendiri. “Saya tidak memakai mayo, tapi menggantinya dengan saus cabai dan bumbu rahasia lainnya sehingga rasanya lebih cocok untuk dewasa,” terangnya saat berbincang dengan mamanesia.com.

Mengembangkan Menu

Aneka kue buatan Dapur Bunda Merlin/ Foto: Nurvita Indarini

Meski roti abon menjadi favorit, donat tetap punya banyak penggemar. Apalagi akhir-akhir ini, pesanan donat buah sedang naik daun.

Apa itu donat buah? Jadi, donatnya sama seperti donat klasik buatan Merlin, tetapi topping-nya lebih segar karena menggunakan whipped cream, vla, dan potongan buah-buahan. Teksturnya lembut, tampilannya cantik, dan rasanya disukai anak-anak maupun orang dewasa. Tidak heran bila produk baru ini cepat menjadi tren di antara pelanggannya.

Semua produk dibuat Merlin sendiri. Mulai dari menimbang bahan, menguleni adonan, hingga menghias topping. Meski demikian, suaminya membantu sebagai bagian logistik, yakni menyiapkan belanjaan, mengantar bahan, dan memastikan aktivitas produksi berjalan lancar.

Dengan harga Rp30.000 per boks isi 6, donat buatan Merlin termasuk terjangkau. Ditambah rasanya yang enak dan nagih, banyak pelanggan yang tidak ragu membeli berkali-kali.

Permintaan yang meningkat membuat Merlin membuka sistem pre-order secara rutin. Dirinya juga bekerja sama dengan beberapa reseller.

Meski tidak setiap hari open PO, pesanan biasanya menumpuk saat akhir pekan. Kegiatan membuat kue pesanan dan aneka jajanan untuk kantin sekolah anak-anaknya membuat kegiatannya semakin dinamis dan penuh variasi.

Kantin Sekolah dan Kreativitas yang Bertumbuh

Keterlibatan Merlin di kantin sekolah bermula secara tidak sengaja. Anaknya sering membawa bekal makanan buatan sendiri, seperti sushi, sandwich, dan roti-roti sederhana. Guru-guru yang melihat bekal tersebut meminta agar makanan itu dititipkan di kantin. Ternyata, sambutannya sangat positif. Para siswa menyukai menu buatan Merlin, karena dianggap lebih sehat dan menarik.

Sejak 2023, Merlin resmi membuat beberapa menu untuk dua kantin sekaligus. Di kantin SD, sia membuat sushi yang segar dan mudah dimakan anak-anak. Anaknya yang masih SD-lah yang membawa makanan tersebut ke kantin sekolah.

Sementara untuk kantin SMP, Merlin meminta anaknya membawa sandwich praktis yang laris setiap jam istirahat. Dari kantin saja, dia bisa mendapatkan sekitar Rp200.000, omzet kotor untuk tiga jenis makanan.

Bagi Merlin, keterlibatan anak-anak dalam proses ini justru menjadi bonus terbesar. Ia melihat dapur rumah berubah menjadi ruang belajar bersama, tempat anak-anak memahami arti kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab. Usaha kecil yang tumbuh dari rumah ini akhirnya bukan sekadar soal jualan, melainkan tentang tumbuh bersama sebagai keluarga.

Peran Anak dalam Mengembangkan Usaha

Anak-anak Merlin memiliki peran besar dalam perkembangan usaha Dapur Bunda Merlin. Ada yang membawa barang jualan ke kantin, ada juga yang terlibat lebih dalam. Adalah anak Merlin yang bersekolah di bangku SMK yang mengajarkan banyak hal.

Selain membantu plating, anaknya juga mengajarkan teknik baru, terutama dalam menghitung HPP (Harga Pokok Produksi). Sebagai siswa kuliner, anaknya memahami pentingnya perhitungan biaya, margin, dan keuntungan. Inilah yang mengubah cara pandang Merlin dalam menjalankan usaha.

Sebelumnya, Merlin selalu merasa bahwa saat jualan tidak perlu ambil untung banyak. Bahkan dia kerap memberi gratis kepada tetangga, jarang menghitung modal, dan tidak memikirkan keuntungan.

“Anak saya bilang, “Bunda itu jualan, bukan sedekah. Harus ada HPP-nya”, jadilah saya belajar menghitung HPP,” sambung Merlin.

Akhirnya, dia mulai memasukkan biaya bahan baku, gas, listrik, hingga gaji Merlin sendiri dengan lebih rinci. Karena itulah, harga roti abon yang dulu Rp3.000 kini naik menjadi Rp4.000 agar tetap sehat secara bisnis. Dengan empat anak dan kegiatan dapur yang cukup padat, keputusan ini membantu usaha berjalan lebih stabil.

Kendala, Pelajaran, dan Pengalaman Berharga

Tidak ada usaha tanpa tantangan. Merlin pernah dikomplain karena ada rambut terselip dalam produk. Sebuah kejadian yang membuatnya semakin berhati-hati soal higienitas. Agar peristiwa serupa tidak terulang, dia menambahkan prosedur baru seperti wajib pakai penutup rambut, celemek bersih, dan memilah area produksi agar lebih steril.

Pernah juga dia mencoba mengganti susu untuk brownies karamel ke merek lain. Hasilnya ternyata lebih encer dari biasanya. Merlin pun  merasa sangat sedih. Namun, dari situ ia belajar bahwa setiap perubahan bahan harus dites dulu sebelum produksi besar-besaran. Setiap kegagalan ada hikmahnya, termasuk memperbaiki standar produksi.

Tak hanya itu, kadang pesanan turun drastis, terutama saat “tanggal tua”. Hanya ada pesanan donat 20 pcs atau roti abon 4 boks. Kuantitas yang jauh dari “hari-hari ramai”.

Meski begitu, Merlin tetap tenang. Baginya, rezeki sudah diatur. Dia percaya, rezeki utamanya diberikan Allah melalui sang suami. Sementara usaha ini adalah pelengkap yang membawa kebahagiaan dan kemandirian finansial.

Rezeki, Konsistensi, dan Rasa Syukur

Meski hasilnya tidak selalu stabil, usaha rumahan ini membawa banyak berkah. Merlin bisa membeli gamis dari hasil jerih payahnya sendiri. Sederhana, tapi tetap saja membuatnya sangat bangga.

Dari usaha Dapur Bunda Merlin ini, dia juga bisa membantu saudara dan tetap bisa berbagi dengan tetangga. Ya, meski sekarang tidak sesering dulu, karena makanan buatannya lebih ditujukan untuk dijual.

Merlin juga bergabung dengan Yayasan Diffable Action Indonesia (YDAI), karena anaknya yang SMK adalah tunarungu. Melalui yayasan ini, Merlin mendapat banyak pendampingan. Dirinya pun sering mengikuti bazar yang membuatnya lebih percaya diri.

Melalui bazar, Merlin berkesempatan memperkenalkan produknya lebih luas. Langkah demi langkah yang ditapaki mengajarkan Merlin bahwa usaha bisa lahir dari hal sederhana.

Tidak ada yang instan, memang. Namun, tetap saja perlu ketekunan, dukungan keluarga, dan kesediaan untuk terus belajar.

Penutup

Perjalanan usaha Dapur Bunda Merlin membawa banyak pelajaran tentang ketulusan dan pembelajaran yang tidak pernah berhenti. Dari dapur kecil di rumah, Merlin membuktikan bahwa usaha rumahan bisa berkembang bila ditekuni dengan cinta dan konsistensi. Dia tidak sekadar menjual roti dan donat, tetapi juga membangun cerita, membagi rasa, dan menebarkan kebahagiaan dari setiap produk yang dihasilkan.

Kini Merlin semakin yakin bahwa media sosial penting untuk promosi. Banyak pelanggan baru datang melalui unggahan sederhana di Instagram atau WhatsApp. Ke depan, dia berharap bisa memperluas jaringan reseller, menambah varian menu, dan mungkin suatu hari membuka kedai kecil.

Bagi Merlin, setiap pesanan adalah amanah, dan setiap rezeki datang tepat pada waktunya. Usaha ini mungkin sederhana, tetapi kisah perjuangan di baliknya begitu kaya dan menginspirasi.

Baca juga kisah UMKM inspiratif yang bergerak di bidang kerajinan kawat tembaga, Cerita Tangguh Seorang Ibu di Balik Perhiasan Kawat Tembaga Handmade Aitha Collection

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.