Niat Hidup Lebih Sehat, Malah Ditipu Tempat Gym

Niat saya sederhana: ingin hidup lebih sehat. Setelah terlalu lama menjalani gaya hidup sedentary, saya ingin berubah. Ingin bergerak lebih banyak, menjaga tubuh, punya rutinitas baru yang membuat saya merasa lebih hidup.
Siapa sangka, niat baik itu justru membawa saya ke dalam pengalaman yang mengecewakan. Saya ditipu oleh tempat gym yang tampaknya profesional, tapi ternyata meninggalkan luka dan kerugian. Superstar Fitness namanya.
Mungkin sudah banyak yang tahu kisah tutupnya tempat gym ini di 2024 lalu. Peristiwanya cukup viral. Beberapa orang bikin utasnya di media sosial. Saat itu, saya hanya diam. Merenung dan mencoba memahami kondisi. Sempat merasa malu, tapi kemudian memutuskan untuk menegakkan kepala kembali.
Awal Mula Cerita Ditipu Tempat Gym

Awalnya semua terasa meyakinkan. Tempat gym ini terletak di Mal AEON Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Persis di seberang tempat les anak saya. Saya sering lewat di depannya.
Suatu hari, seorang sales menyapa saya. Dia bertanya banyak hal seputar kebugaran dan target gaya hidup. Kala itu, saya memang sedang ingin berbenah, dan penawaran mereka terdengar menarik. Terlebih ada paket untuk pasangan dengan durasi 18 bulan.
Setelah melihat fasilitasnya dan berdiskusi bersama suami, kami memutuskan untuk mendaftar. Biayanya cukup besar buat kami, tapi kami anggap sebagai investasi kesehatan.
Kontrak ditandatangani, pembayaran lunas. Kami belum langsung mulai latihan karena ada urusan di luar kota. Tapi sekembalinya ke Jakarta, kami rutin nge-gym setiap pagi. Rasanya menyenangkan, semangat baru mulai tumbuh.
Pekan pertama, kami berdua latihan dengan semangat. Di pekan kedua, saya mulai latihan sendiri karena suami harus bekerja dari kantor. Setiap kali menunggu anak les, saya manfaatkan waktu untuk olahraga. Tapi saat pekan ketiga tiba, semuanya berubah.
Gym itu tiba-tiba tutup. Di pintunya tertempel pengumuman tentang penutupan sementara.

Saya menunggu. Beberapa hari, kemudian berminggu-minggu. Tidak ada perkembangan. DM Instagram dan pesan WhatsApp tak kunjung dibalas. Pihak mal pun tidak tahu-menahu.
Lalu saya mulai menemukan unggahan-unggahan di media sosial. Rupanya cabang Superstar lain juga tutup. Ramai yang mengeluh, ada yang lapor polisi, juga membuat petisi. Akan tetapi tak ada titik terang.
Saya dan suami akhirnya hanya bisa pasrah. Uang melayang. Hmm, mungkin memang bukan rezeki kami.
Luka yang Tak Terlihat

Hal yang menyakitkan bukan cuma uang hilang. Melainkan berbagai komentar yang datang. Tidak semua ditujukan secara personal pada kami, memang. Akan tetapi membaca komentar di media sosial, rasanya membuat kami ditampar berkali-kali sampai tak bisa bangun.
“Ih, kok bisa sih ketipu? Bodoh banget!”
“Pasti orang kaya, nih, jadi santai aja walau rugi.”
“Untung aku nggak daftar.”
“Untung aku cuma daftar yang tiga bulan, jadi nggak nyesek banget.”
“Untung aku…”
Saat membaca komentar itu rasanya kok orang-orang jadi leluasa membanggakan kepintaran dan keberuntungannya sehingga tidak tertipu seperti kami. Kenapa harus bilang gitu? Jadi puas gitu rasanya? Sadar nggak sih kalau kata-kata semacam itu bisa menambah luka kami.
Seolah-olah saya sengaja membuka dompet dan menyodorkannya pada penipu. Seolah-olah saya ini orang kaya yang kehilangan uang receh. Padahal yang hilang bukan cuma uang, tapi rasa percaya diri, niat baik, dan semangat yang sempat tumbuh.
Saya tidak sedang minta dikasihani. Tapi sedikit empati seharusnya tak sulit diberikan. Bukankah empati itu bukan soal “ikut merasa kasihan”, tapi soal berhenti menghakimi dan mengumbar rasa lebih beruntung saat orang lain terperosok?
Ini bukan hanya uang yang hilang, tapi juga semangat, kepercayaan, dan perasaan dihargai sebagai konsumen.
Di media sosialnya sempat ada pengumuman tentang penutupan Superstar Fitness. Katanya bila ada permintaan refund, menghubungi nomor yang dicantumkan. Nyatanya apa? Saya telepon nggak diangkat, di-WA pun tak dijawab. Hampir setahun, tidak melihat ada ujung dari permasalahan ini.
Pelajaran untuk Kita Semua dari Kasus Ditipu Tempat Gym

Pengalaman ditipu tempat gym ini menyadarkan saya bahwa perlindungan konsumen di sektor gaya hidup seperti gym masih sangat lemah. Maka, buat siapa pun yang sedang mempertimbangkan untuk mendaftar membership gym atau program serupa, ini beberapa hal penting:
1. Jangan langsung percaya suasana dan rayuan manis
Ambil waktu untuk berpikir sebelum memutuskan. Sales memang dibayar untuk meyakinkan, tapi kita tetap punya kendali. Tetap tenang dan santai meski diberi penawaran potongan harga yang menggiurkan.
2. Telusuri rekam jejaknya secara menyeluruh
Cari ulasan di Google Review, media sosial, forum online. Pokoknya jangan hanya lihat dari tampilan dan lokasi mewah. Dalam kasus saya sih sepertinya awalnya semua oke ya. Nggak nyangka saja sih bakalan ditipu.
3. Hindari pembayaran lunas untuk periode panjang untuk hindari ditipu tempat gym
Jika memungkinkan, pilih sistem bulanan. Apabila tetap memilih sistem tahunan, minta kejelasan soal refund dan pastikan hal tersebut tercantum di kontrak.
4. Baca kontrak secara detail
Apa yang terjadi jika tempat tutup? Apakah ada jaminan ganti rugi? Jangan ragu bertanya dan minta dijelaskan.
5. Simpan semua bukti transaksi dan komunikasi
Ini penting jika suatu saat kita perlu menuntut, melapor, atau hanya sekadar membela diri dari anggapan bahwa kita “lalai” terhadap kemungkinan buruk yang terjadi.
Penutup

Saya tidak tahu apakah uang kami nantinya akan kembali. Namun, saya tahu satu hal: saya berhak bercerita. Saya bukan bodoh. Saya hanya percaya pada sesuatu yang terlihat sah, dan itu bukan sebuah kesalahan.
Mungkin Mama juga pernah mengalami hal yang sama, atau khawatir bakal mengalaminya juga? Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat untuk tetap berhati-hati.
Satu hal lagi, jangan merasa malu kalau jadi korban. Diam tidak menyembuhkan. Suara kita bisa jadi kekuatan.
Pernah mengalami hal serupa? Atau sedang dalam situasi yang sama? Bagikan ceritamu di kolom komentar. Jika tulisan ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya ke teman atau keluarga. Mungkin mereka sedang butuh pengingat ini juga.