Amankan Keuangan dengan Tak Gampang Utang
Utang atau hutang terkadang sangat menggiurkan. Apalagi saat pandemi berkepanjangan begini. Pendapatan turun, tapi kebutuhan meningkat. Namun, dengan meminimalkan utang justru bisa mengamankan keuangan lho.
Utang atau hutang itu tidak melulu ke teman atau kerabat saja. Pinjaman online yang kini marak juga termasuk utang. Apakah Mama pernah berutang ke pinjaman online?
Keuangan Aman Tanpa Mengandalkan Utang?
Pinjaman atau utang memang akan memberikan kita dana segar. Kita bisa mencukupi kebutuhan pokok. Pinjaman tersebut pun bisa menjadi modal usaha. Dengan utang, kita bisa membeli barang tertentu.
Namun, kita harus waspada, Ma. Terkadang utang malah bisa jadi lubang gelap yang bikin keuangan kita awut-awutan.
Utang yang membahayakan keuangan adalah yang termasuk dalam utang konsumtif. Jadi kita berutang untuk memenuhi kebutuhan kita yang sifatnya konsumtif. Apa contohnya? Utang panci karena ingin punya panci instagramable. Utang untuk beli handphone keluaran terbaru. Bisa juga utang untuk upgrade mobil.
Utang konsumtif rawan terjadi jika gaya hidup jadi segala-galanya. Gampang tergoda iklan. Mudah tergiur diskon atau promo. Tak mau kalah dari orang lain. Nggak ingin ketinggalan mode. Itu adalah hal-hal yang membuat kita gampang berutang konsumtif.
Akibatnya kalau kita gampang utang konsumtif adalah gali lubang tutup lubang. Utang ke A untuk bayar yang B. Utang ke C untuk bayar ke B. Begitu seterusnya. Akibat lainnya adalah stres. Jangan sampai ini terjadi ya.
Mama, baca tulisan saya yang ini juga ya: Katanya Bekerja dari Rumah Lebih Santai, Bagaimana Menurutmu?
Apakah nggak boleh utang konsumtif? Finansial planner Widya Yuliarti bilang boleh-boleh saja, tapi ada ‘asal’nya ya.
“Utang konsumtif boleh asal keuangan sehat. Asal investasi aman, dan asal dana darurat aman. Kalau mau utang jangan yang penting ‘gue bakal punya barangnya’,” pesan Widya seperti dikutip dari acara Kopdar Finansialku di YouTube Finansialku.
Dari hari ke hari, kita semakin banyak tuntutan. Anak makin besar, kebutuhannya juga semakin banyak. Maka dari itu, harus banget punya perencanaan. Dengan begitu kita nggak akan gampang utang yang membebani kondisi keuangan.
“Jangan sampai malah jadi terlilit utang. Kalau dari awal kita nggak bisa ngatur, maka akan sulit,” sambung Widya.
Jika Memang Harus Utang, Maka Pertimbangkan Hal Ini
Kita juga bisa utang jika pertimbangannya adalah produktif, misalnya untuk modal dagang. Utang atau hutang seperti ini disebut utang produktif.
Mama berniat utang atau mengajukan pinjaman? Ada saran nih buat Mama.
1. 50 Persen dari Aset
Dian Savitri, MM, founder dan edukator dari InvestingMom menyarankan rasio utang yang sehat adalah 50 persen dari aset.
Kita coba itung-itung yuk, Ma, biar ada gambaran jelas. Misal nih, aset yang dimiliki (tabungan dan deposito) nilainya Rp 100 juta. Lalu Mama ingin beli rumah secara KPR seharga Rp 150 juta. Total asetnya berarti Rp 250 juta. Nah, pokok utang yang boleh diambil 50% x Rp 250 juta = Rp 125 juta.
2. Cicilan Jangan Lebih dari 35% dari Gaji
Oke, sekarang ngomongin cicilannya. Seluruh cicilan per bulannya tidak boleh lebih dari 35 persen pendapatan bulanan. Bila lebih dari itu, maka akan memberatkan kita.
Jika pendapatan Mama Rp 5 juta setiap bulan, maksimal cicilannya adalah Rp 1.750.000. Dengan begitu masih ada sisa untuk keperluan sehari-hari. Jangan lupa juga menyisihkannya untuk tabungan.
3. Punya Dana Darurat
Dana darurat itu penting banget. Dengan dana ini, keuangan kita akan aman sementara saat terjadi ketidakpastian. Besaran dana daruratnya 6-12 kali pengeluaran bulanan.
Jangan Sampai Berniat Tak Bayar Utang
Punya pinjaman saja sudah berat lho. Kecuali kalau nggak berniat untuk membayarnya. Duh, amit-amit! Jangan sampai kita nggak berniat bayar utang. Ingat-ingat hadits ini ya, Ma.
“Barang siapa utang uang kepada orang lain dan berniat akan mengembalikannya, maka Allah akan luluskan niatnya itu; tetapi barang siapa mengambilnya dengan niat akan membinasakan (tidak membayar), maka Allah akan merusakkan dia.” (HR Bukhari).
Dalam agama Islam, utang dibolehkan. Nah, yang tidak diperbolehkan itu kalau tidak mau membayar utang. Jika kita berutang ke bank atau pinjaman online, aturannya mungkin cukup ketat. Tanpa pertimbangan dan perencanaan keuangan yang matang, kita bisa terjebak dalam lingkaran utang tak berkesudahan. Seram!
Sedangkan kalau utang pada teman atau saudara, kita juga jangan sampai mengabaikan. Mentang-mentang berhubungan dekat, jangan sampai bayar utang ditunda-tunda, atau dicicil seenak sendiri.
Utang bisa menjauhkan yang dekat. Hubungan bisa rusak juga gara-gara utang. Jadi ingat nih, ada teman yang mendadak menjauh karena utang beberapa tahun lalu. Padahal saya nggak pernah menagih sekali pun. Dia bahkan men-setting media sosialnya agar saya tidak bisa melihat update aktivitasnya. Hiks, sedih ya.
Maka itu, kedua belah pihak harus sama-sama memiliki itikad yang baik. Pemberi piutang berupaya menolong. Sedangkan si penerima utang berkomitmen segera menyelesaikan kewajibannya.
Pandemi berkepanjangan berdampak pada banyak hal. Ada yang pendapatan turun karena pemotongan gaji. Ada yang usahanya jadi sepi. Bahkan ada yang di-PHK. Lalu bagaimana jika sebelum pandemi telanjur punya pinjaman?
Dian mengusulkan bila pendapatan menurun dan kesulitan membayar, perlu dipikirkan apakah ada aset yang bisa dilikuidasi. “Atau mengajukan restrukturisasi utang pada pemberi pinjaman,” saran Dian dalam diskusi di WA grup bersama komunitas Mom Academy.
Cara Agar Tak Gampang Utang
Dalam beberapa kasus, utang itu pilihan. Utamanya saat ingin berutang konsumtif. Bagaimana agar tak gampang utang.
1. Bedakan Kebutuhan dan Keinginan
Kadang kita punya banyak sekali keinginan. Tipu daya setan membuat kita membungkus keinginan dengan label kebutuhan. Karena merasa perlu uang untuk memenuhi kebutuhan, kita pun berutang.
2. Pikir Panjang Sebelum Ambil Keputusan
Saat kita merasa perlu berutang atau mengajukan pinjaman, harus banget dipikir masak-masak. Wajib memikirkan apakah bisa membayar cicilan utang tepat waktu. Perlu dipikirkan juga apakah adanya cicilan itu bakal merusak kondisi keuangan.
Gimana kalau yang bakal dibeli adalah rumah sehingga perlu mengajukan kredit perumahan? Tetap dong dipikirkan masak-masak. Kita harus berhitung apakah kondisi keuangan kita tetap sehat dengan adanya cicilan rumah.
3. Jangan Tergoda Promo
Promo membuat harga suatu produk lebih murah dari biasanya. Namun, terkadang promo sudah dikemas sedemikian rupa lho. Jika kita tidak mempertimbangkan dengan matang, bisa terjebak utang konsumtif.
4. Catat Keuangan dengan Rapi
Percaya atau tidak, Ma, pencatatan keuangan yang rapi bisa bantu mencegah utang? Harus percaya ya, he-he. Dengan melihat pemasukan, pegeluaran, serta alokasi uang di pos-pos tertentu, akan bikin kita lebih hati-hati. Termasuk hati-hati saat mengeluarkan uang dan berutang.
Kesimpulannya utang boleh, tapi tidak berutang lebih baik lagi. Semoga kita lebih bijaksana mengelola keuangan ya, Ma.
Referensi: