Sedapnya 16 Makanan Khas Malaysia

Ketika traveling ke suatu daerah, selain mengunjungi tempat-tempat wisata yang menarik, satu hal yang sayang dilewatkan adalah wisata kuliner. Setuju, Mama? So, ketika beberapa waktu yang lalu saya sekeluarga traveling ke Negeri Jiran, wajib mencicipi makanan khas Malaysia.

Sebenarnya beberapa makanan khas Malaysia mirip dengan makanan Indonesia. Maklum, letak negara kita berdekatan. Nah, berikut ini beberapa makanan khas Malaysia yang bisa Mama cicipi saat traveling ke negara asal penyanyi Siti Nurhaliza ini:

1. Nasi Kandar

Nasi kandar makanan khas Malaysia

Nasi kandar dengan mudah dijumpai di sebagian besar wilayah Malaysia, utamanya Penang. Sebenarnya mirip dengan nasi rames. Ya, nasi putih yang disajikan dengan lauk dan sayur yang kita pilih. Hanya saja, lauk dan sayurnya kaya rempah, tak lupa disiram kuah kari.

Konon nasi kandar sudah ada sejak abad ke-19. Pertama kali mencicip nasi kandar adalah ketika saya menjejak langkah di George Town, Penang. Kassim Nasi Kandar, demikian nama warung makannya. Warung makan ini terletak di Jalan Magazine, seberang Komtar.

Di siang yang terik itu, saya memesan nasi dengan lauk telur bawang alias telur dadar plus kari udang. Hmm, enak deh kari udangnya. Kulit udangnya sudah dikupas, jadi saya bisa leluasa makan. Karena berkari, agak pedas memang rasanya tapi gurih dan enak. Sementara itu, suami saya memesan ayam bumbu merah dan tumis bayam. Plus satu gelas lima ais alias es limau, kami mengeluarkan uang RM 12,5 atau sekitar Rp 44 ribu.

Nasi kandar yang kami beli di Restoran Pelita, isinya tumis sayuran dan seketul ayam kari. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Kami juga sempat mencicipi Nasi Kandar Pelita. Saya pesan nasi, sotong goreng, kentang balado, dan tumis buncis. Sedangkan suami memilih kari ayam dan tumis bayam. Enak juga, tapi kami berdua lebih suka nasi kandar ala Kassim.

2. Nasi Lemak

Nasi lemak mungkin sudah familiar di telinga para mama. Tapi kurang afdol rasanya jika tidak mencicipi nasi lemak saat di Malaysia. Mirip nasi uduk lantaran berasnya dimasak bersama santan, namun kadang ditambahi daun pandan.

Ketika makan nasi lemak di Kuala Lumpur, rasanya nggak mirip nasi uduk yang biasa saya beli untuk sarapan sih. Nasi lemak ini menggunakan beras pera yang beda dengan kebanyakan beras pera di Indonesia, dan terasa lebih berempah. Mungkin karena penjualnya orang India, jadi memasukkan lebih banyak rempah ke nasinya.

Restoran Nasi Lemak Royale di Kuala Lumpur. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Nasi lemak sering disajikan dengan lauk pelengkap seperti telur, teri, ayam, sambal, dan ketimun. Tapi ketika saya makan di Nasi Lemak Royale, Brickfields, Kuala Lumpur, lauk pelengkapnya pilih sendiri. Mirip makan di warung nasi kandar, hanya saja nasinya berupa nasi lemak.

Saya pilih lauk seketul alias sepotong ayam goreng berukuran besar dan tumis buncis. Porsinya cukup banyak, sehingga pas untuk makan berdua dengan balita saya. Sedangkan suami pilih lauk telur sotong dan tumis buncis.

“Masih pilih nasi kandar,” bisik suami saya. He-he, tergantung selera, sih, ya.

3. Asam Laksa

Asam laksa, salah satu makanan has Malaysia. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Saya mencicipi asam laksa setelah lelah naik turun ke Kek Lo Si Temple di Penang. Jadi dalam perjalanan menuju halte bus, di dekat Pasar Air Itam, kami berhenti di sebuah warung makan.

Saya kira mirip dengan laksa bogor yang pernah saya makan, ternyata berbeda. Rasanya memang asam. Itu makanya dinamakan asam laksa. Kuahnya merupakan kaldu ikan. Di semangkuk asam laksa, kita bisa menemukan mi, serpihan tuna, sayuran, serta cacahan kecombrang. Kecap asin melengkapi sajian ini. Awalnya agak aneh rasanya, tapi lama-lama enak juga, lho. Saya membayar RM 6 atau sekitar Rp 21 ribu untuk seporsi asam laksa, makan khas Malaysia.

4. Mee Rebus

Saat ke Malaysia, coba deh, Ma, mencicipi mee rebus-nya. Agak beda dengan mi rebus yang biasa kita jumpai di Indonesia. Mee rebus di Malaysia umumnya memakai kuah berkari. Anak saya yang umur 4 tahun langsung berujar, “Kok mi rebusnya begini, Ma?” saat melihat mee rebusnya datang.

Mee rebus yang kami beli di Nasi Kandar Pelita hadir dengan sebutir telur rebus yang dibelah dua. Selain itu terdapat tauge dan irisan gorengan yang mirip cakue. Bagi yang suka kari-karian, mungkin suka makan mee rebus ini.

5. Pasembur

Pasembur, salad khas Malaysia. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Pasembur adalah salad khas Malaysia. Kami mencicipi makanan ini di Gurney Drive, Penang. Kedai yang jual pasembur ini men-display aneka gorengan, umumnya merupakan seafood.

Saya mengambil udang goreng berukuran cukup besar, rempeyek udang, kentang, gorengan yang mirip bakwan, dan gorengan yang mirip pempek. Selanjutnya si abang memotong-motong aneka gorengan itu, lantas menaruhnya di piring. Serutan timun dan bengkuang ditaruh di atasnya, kemudian dilengkapi dengan saus kacang warna merah yang rasanya mirip saus siomay. Saya minta sausnya dipisah agar anak saya bisa ikut makan.

Enak sih, timun dan bengkuangnya bikin segar. Tapi saya kurang suka dengan gorengan yang mirip bakwan. Meski begitu, sepiring pasembur yang menggunung habis juga. Bagaimana dengan harganya? Cukup mahal, RM 25 untuk pasembur yang saya pesan. Jangan-jangan karena tahu saya bukan orang Malaysia jadi harganya dimahalin, ya. Tuh, suudzon, deh.

6. Char Kway Teow

Char kway teow, salah satu makanan has Malaysia. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Char kway teow mirip dengan kwetiau yang biasa kita temui di Indonesia. Hanya saja, char kway teow disajikan dengan tauge yang cukup berlimpah. Char kway teow yang kami beli di Gurney Drive Penang, disajikan dengan telur dan udang.

Saat membeli penjualnya akan bertanya char kway teow-nya basah atau kering. Maksudnya mau direbus atau digoreng. Anak saya pilih char kway teow goreng. Hmm, enak juga. Konon char kway teow adalah salah satu makanan yang paling direkomendasikan di Penang. Jadi nggak ada salahnya mencicipi makanan khas Malaysia ini saat di Penang.

7. Kacang Kuda

Ada yang sudah pernah dengar atau mencicipi kacang kuda? Saya pertama kali melihat dan mencicipinya saat sedang di sekitar Pasar Chowastra, Penang. Kacang kuda ini warnanya kuning, besar kira-kira sebesar bulir jagung. Disebut pula sebagai chick peas.

Penjual kacang kuda di Penang. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Makanan ini sering disebut sebagai healthy snack karena konon kaya zink, protein, dan asam folat. Selain itu karena merupakan kacang-kacangan, kacang kuda juga kaya akan serat. Rasanya gimana? Empuk, agak masir, dan gurih dari tambahan garam saat direbus. Anak saya suka banget dengan kacang yang satu ini,

8. Buah Berangan

Buah berangan juga menarik perhatian saya dan suami yang merupakan penggemar kacang-kacangan. Sekilas mirip kacang koro, tapi buah berangan yang kami temukan di Pasar Chowastra, Penang, ini diolah dengan cara dipanggang.

Rasanya mirip dengan biji nangka atau biji cempedak. Enak sekali, kami suka. Oh iya, nama lain buah berangan adalah chestnut. Selain enak, saat makan makanan ini juga nggak merasa bersalah lantaran buah berangan kaya vitamin B, vitamin C, protein, serat, fosfor, serta mineral lainnya. Selain itu, buah berangan juga rendah kalori, lho.

9. Putu Mayong

Putu mayong. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Kalau Mama pernah makan putu mayang, pasti nggak heran melihat makanan tradisional yang satu ini. Apalagi namanya juga mirip, putu mayong. Di Indonesia, putu mayangnya kecil-kecil. Sedangkan di Penang, putu mayong yang saya lihat besar banget, sebesar tutup panci besar.

Tapi ternyata kalau kita mau beli, penjualnya akan memotong putu mayongnya. Kue ini disajikan bersama gula pasir dan parutan kelapa. Mirip kan dengan putu mayang yang biasa kita makan? Seporsi harganya RM 2.50.

Si bapak penjual berpose bersama putu mayongnya. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Karena terbayang-bayang putu mayang, sesampainya di Jakarta, saya langsung bikin putu mayang dari bihun jagung. Saya melengkapinya dengan kuah santan dan gula merah. Nyam, enak!

10. Kue Apom

Melihat namanya saja pasti langsung terbayang kue apem yang biasa kita makan di Indonesia. Ya, kue apem dan kue apom memang serupa. Nah, kue apom yang saya beli di suatu jalan di Penang ini lebih mirip dengan kue tete, hanya saja warnanya tidak hijau melainkan putih.

Kami beli apom telur biasa. Harga per buahnya RM 1.20 dan kala itu kami beli tiga. Tapi ada peristiwa menarik, nih. Saat akan membayar, anak saya malah berusaha meraih uang yang saya sodorkan ke si penjualnya. Bapak itu tertawa, lalu memberikan tambahan satu kue apom lagi.

Penjual kue apom yang baik hati. (Foto: Vita/ Mamanesia)

“Dapat satu lagi, ya. Ambillah,” begitu ujarnya kepada anak saya. Si kecil lantas bertanya kenapa kami mendapat tambahan kue apom. “Itu karena kamu lucu, Nak,” bisik saya sambil tersenyum.

11. Putu Piring

Diberi nama putu piring lantaran bentuknya mirip dengan piring. Warnanya putih, seukuran tutup gelas. Rasanya mirip banget dengan putu bambu, hanya saja tidak diberi gula merah. Saya membeli putu piring ini saat berada di Jalan Alor, Penang.

Pembuatan putu piring. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Saat di Penang, sempat juga jajan kue yang mirip kue mangkok dan kue talam. Agak mahal kalau menurut saya. Untuk sebungkus kue putu kecil isi 5 dan satu kue mangkok besar warna pink, harus merogoh kocek hampir RM 10.

12. Gorengan Malaysia

Sebagaimana di Indonesia, di Malaysia juga ada aneka gorengan. Hanya saja penjual gorengan tidak sebanyak di Indonesia. Di Jakarta saja, hampir di tiap sudut jalan dengan mudah kita temukan penjual gorengan, baik yang menggunakan gerobak, dipikul, atau yang mendirikan warung kecil.

Di Penang, penjual gorengan saya temukan di Terminal Komtar. Ada gorengan mirip mendoan yang digulung, tapi bukan mendoan. Ada yang mirip tahu isi tapi bukan tahu isi, ha-ha-ha (ya ampun gimana sih ini). Tapi ada tahu isi juga kok di sana, ada risol juga. Nah, risol inilah yang saya pikir mendoan gulung.

Di sekitar Plaza Tar, Kuala Lumpur, banyak yang menjual gorengan khas Indonesia seperti tempe berselimut tepung, bakwan, dan singkong goreng. Di sekitar lokasi itu sepertinya memang banyak orang Indonesia. Harga makanan di sana pun lumayan miring, apalagi jika Mama makan di warung-warung makan sekitar Jalan Haji Hussein. Rata-rata di bawah RM 7.

Saat berada di seputaran Plaza Tar, perut sedang lapar-laparnya. Akhirnya kaki kami berhenti di Restoran Imam Buhari yang menjual aneka masakan Jawa. Suami memesan ayam penyet, saya pilih nasi goreng kampung, sedangkan si kecil sudah kangen sama bakso. Meski makan di warung makan khas Indonesia, tapi yang melayani kami perempuan asal Malaysia. Dia kebingungan saat suami saya minta ‘kobokan’ dan baru paham saat mengganti istilahnya dengan ‘air cuci tangan’, hi-hi-hi.

Sup bask pesanan Anak saya. (Foto: Vita/ Mamanesia)

13. Nasi Bungkus

Seperti di Indonesia, nasi bungkus untuk sarapan juga bisa kita temukan di Malaysia. Tapi lagi-lagi penjual nasi bungkus di Kuala Lumpur dan Penang tidak sebanyak di Jakarta. Saya hanya menemukan nasi bungkus di Terminal Komtar di Penang dan di salah satu kedai sekitar Brickfields, Kuala Lumpur.

Nasi bungkus yang saya beli di Terminal Komtar untuk bekal perjalanan ke Kuala Lumpur. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Harga sebungkus nasi RM 1, di dalamnya akan kita temukan sambal yang melimpah, bersama sepotong telur rebus atau secuil telur dadar atau teri. Lumayan untuk mengisi perut sebelum menjelajah Penang dan Kuala Lumpur.

14. Durian Goreng

Durian goreng yang saya temukan di kawasan wisata kuliner Jalan Alor. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Durian goreng tidak saya masukan ke dalam poin gorengan khas Malaysia, karena nggak semua penjual gorengan menyediakannya. Saya mencicipi durian goreng saat berada di Jalan Alor, Kuala Lumpur. Legit dan lumer di mulut. Rasanya makan satu pasti kurang dan ingin selalu tambah. Sayangnya harganya menurut saya cukup mahal. RM 10 hanya mendapat 3 buah durian goreng.

Si penjual durian goreng juga menjajakan gorengan lain yang unik, seperti kulit goreng dan cumi-cumi raksasa. Kelihatannya menggoda banget, tapi saya tetap pilih durian goreng, he-he.

15. Ais Kacang Merah

Saya mencicipi ais kacang merah di siang yang demikian terik, setelah mengunjungi Kek Lo Si Temple di Penang. Maklum, Mama sekalian, kami mengandalkan kaki dan transportasi umum, jadi ya butuh tenaga ekstra.

Kacang merahnya empuk dan legit. Campuran lainnya adalah cincau, jagung manis, es krim, serutan es batu, lumuran sirop warna merah, serta kental manis putih. Kami bertiga suka kacang merahnya, tapi kurang suka dengan kuahnya. Semangkuk ais kacang merah harganya RM 5.

16. Bandung

Mama, bandung yang satu ini bukan merujuk ke nama kota di Indonesia, melainkan nama minuman. Bandung disebut juga sirap bandung, atau air bandung. Warnanya pink, dan rasanya manis segar.

Bandung merupakan minuman yang populer di sejumlah negara kawasan Asia Tenggara seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunai. Minuman ini terbuat dari gula, essence mawar, dan pewarna makanan warna merah. Penambahan batu es membuat bandung cocok diminum di siang yang terik. Sluurp… Segarnya. Maaf ya, Mama, bandung memang minuman tapi saya masukkan dalam daftar makanan khas Malaysia.

Oh iya, saat di Malaysia saya juga mencicipi potato wedges KFC. Konon potato wedgesnya enak banget. Cocolan kejunya begitu gurih dan nagih. Sebagai penggemar kentang, saya suka banget makanan ini. Meski begitu, saat memakannya, mengingatkan saya pada restoran fastfood Richeese Factory.

Potato wedges KFC di Kuala Lumpur yang known rasanya sangat enak. (Foto: Vita/ Mamanesia)

Nah, itu dia makanan khas Malaysia yang saya cicipi selama sepekan melancong ke Negeri Jiran. Mana nih menurut Mama yang paling menggoda selera?

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com