Harapan 2021: Virus Corona di Indonesia Segera Lenyap
Virus Corona di Indonesia membatasi ruang gerak. Terkadang hari-hari terasa sesak. Rindu pada keluarga besar menyeruak. Namun, harus bertarak.
2020 baru saja berlalu. Rasanya singkat sekali. Selama 12 bulan di 2020, hanya dua bulan pertama saja leluasa pergi ke mana-mana. Sisanya, selama 10 bulan terakhir harus sabar di rumah saja. Virus Corona masih saja bercokol di Indonesia.
Meski terasa singkat, tetapi banyak hal penting terjadi di 2020. Setidaknya terjadi dalam hidup saya.
Melahirkan Saat Pandemi Virus Corona di Indonesia
Pandemi virus Corona di Indonesia memberikan cerita berbeda untuk saya. Di masa ini, saya melahirkan anak kedua. Sedih, karena tidak ada sanak saudara yang menemani.
Saya melahirkan di awal April 2020. Pagi itu, saya baru saja membuat minuman hangat. Selesai salat subuh, bersiap menuntaskan pekerjaan yang sudah diambang deadline.
Namun, ketika di kamar mandi, ketuban pecah. Laptop ditutup, kami sekeluarga pun bersiap ke klinik Bintaro Women And Children Clinic di Jagakarsa. Dalam perjalanan, suami pakai acara nyasar. Kontraksi mulai terasa. Amboi! Berbagai rasa melanda.
Sekitar 7 jam kemudian, bayi mungil nan tampan lahir. Kami memanggilnya Ariq. Bayi kecil dengan tangisan super kencang.
Bayi Jalani Foto Terapi karena Bilirubin Tinggi
Sekitar 3 hari setelah pulang ke rumah, kami membawa si bayi untuk kontrol ke dokter. Kata dokter, bayinya kuning. Perlu dilakukan tes darah untuk mengetahui bilirubin totalnya.
Sayang, lab di klinik sudah tutup. Kata suami, sebaiknya pulang saja. Virus Corona yang melanda Indonesia membuat kami khawatir. Bagaimana pun, rumah tempat paling aman untuk bayi.
Sepekan kemudian, giliran saya kontrol ke dokter. Di saat yang sama, bayi cek darah. Cek darah menunjukkan bilirubin tinggi, mencapai 20. Panik.
Alkhirnya bayi kami bawa ke rumah sakit. Dokter menyarankan foto terapi selama 2X24 jam. Melihatnya tidur sendiri di dalam kotak bersinar biru membuat pedih hati ini. Namun, itu yang terbaik buatnya.
Si Sulung Masuk SD dan Harus Belajar Jarak Jauh
Tahun 2020 ini, si sulung masuk sekolah dasar (SD). Senang melihatnya bersemangat. Namun, lagi-lagi karena virus Corona di Indonesia yang tak kunjung usai, dia tidak bisa datang ke sekolah.
Seperti jutaan anak lainnya, dia harus belajar jarak jauh. Untunglah si sulung ini cukup bisa diajak kerja sama. Hanya saja, karena terlalu lama mengakses layar, kadang dia sulit diatur. Inginnya melihat foto, video, atau foto profil teman-temannya di WA.
Sebagaimana ibu-ibu lainnya, saya juga menemaninya belajar. Kalau ditinggal, dia pasti keasyikan lihat-lihat foto di galeri. Alhasil pekerjaan rumah menumpuk. Belum lagi si bayi yang selalu ingin ikut kakaknya belajar.
Kadang tubuh ini begitu lelah. Penat sekali. Apalagi saat deadline pekerjaan datang bertubi-tubi. Sulit mempertahankan kewarasan, tapi harus.
Suami Kehilangan Pekerjaan
Ada hari-hari di mana saya dan suami lebih banyak menangis. Kala itu dia kehilangan pekerjaan karena kantornya kesulitan pendanaan. Ya ampun, pandemi yang berlarut-larut ini membuat perekonimian kian sulit.
Cerita tentang ini pernah saya tulis di sini: Wabah Corona Tak Kunjung Usai, Terpaksa Kencangkan Ikat Pinggang
Hikmah di Balik Virus Corona di Indonesia
Pandemi ini membuat saya merenung. Roller coaster kehidupan terasa benar di satu tahun ini. Banyak hal yang membuat hati tidak nyaman, tetapi nikmat Allah justru lebih banyak lagi.
Bagi saya, virus Corona di Indonesia mendatangkan beberapa hikmah:
- Bayi lebih sehat karena selalu di rumah dan tidak dikunjungi siapa pun.
- Berkesempatan mendisiplinkan si sulung lebih lama.
- Belajar lagi menghargai uang dan memperbanyak sedekah.
- Menghemat pengeluaran karena tidak pernah lagi beli makanan matang. Semua masak sendiri.
- Belajar agama lebih banyak. Karena si sulung sekolah di SDIT, maka muatan agama Islamnya cukup banyak. Nah, saat dia belajar, otomatis saya ikut belajar juga.
Pandemi virus Corona ini hadir sebagai ujian. Insyaallah bila kita sabar, akan mendatangkan banyak kemuliaan. “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS Al-Mulk: 2).