Komunikasi Produktif Saat Anak Merengek di Tengah PJJ

Komunikasi produktif mereduksi banyak hal negatif. Namun, praktiknya tidak semudah teorinya. Ada berbagai hal yang menjadi tantangan saat hendak menerapkan komunikasi produktif.

Komunikasi Produktif: #1 Temuan Hari ini

Kumbang dalam komunikasi produktif kami

Temuan hari ini adalah si sulung yang merengek di tengah sesi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Masalahnya bukan karena enggak mengikuti PJJ. Namun, penyebabnya adalah kumbang.

Kumbang? Ya. Semalam dia menemukan kumbang di halaman rumah. Binatang itu lantas ditaruhnya di kotak transparan bekas mobil-mobilan. Dia berniat ingin memelihara binarang itu.

Baca juga yuk, tulisan lainnya: Komunikasi Produktif Atasi Drama di Kelas Alquran

Rupanya hari ini si kumbang lemas. Mungkin kurang oksigen. Suami pun menyuruh si sulung yang sedang istirahat PJJ menaruh kumbang itu di halaman. Rupanya dia nggak terima. Keinginan memelihara kumbang pupus. Ah! Berat sekali mungkin ya untuk anak enam tahun.

Dia merengek-rengek sambil menangis. Memohon agar si kumbang boleh dipelihara. Dia berjanji akan memelihara dengan baik.

Komunikasi Produktif: #2 Tantangan yang Dihadapi

Tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana cara memberi pemahaman di saat emosi anak negatif. Apalagi hal itu terjadi di saat istirahat PJJ hampir berakhir.

Sebetulnya agak salah juga sih menyinggung persoalan kumbang saat PJJ belum selesai. Seharusnya kami bisa menahan diri hingga jam pulang sekolah tiba.

Saya tuh kalau dengar anak nangis merengek dan tidak mau mendengarkan kata-kata orang tua bawaannya jadi ingin ikut tantrum. Di saat seperti ini entah kenapa ingat cucian yang menggunung. Ingat deadline yang belum juga selesai. Ingat naskah tulisan. Ya Allah…

Baca tulisan lainnya di sini, ya: Aliran Rasa, Kisah di Balik 4 Permata Ibu Profesional

Rasanya tuh pengin teriak, “Diaaaaaaammm. Mama pusing! Kamu PJJ belum kelar. Ini kerjaan mama masih banyak. Kamu pakai nangis-nangis pakai suara kenceng begitu!!”

Nyatanya, saya memilih diam. Saya berusaha menyelami perasaannya. Apalagi di masa kecil, saya pun pernah punya pengalaman dan perasaan yang mirip.

Nasihat dengan Refleksi Masa Lalu

Refleksi Masa Lalu sebagai bagian dari komunikasi produktif/ Foto: anncapictures dari Pixabay

Sebenarnya anak saya ini memiliki empati tinggi. Cukup disentuh sisi empatinya, biasanya akan lebih mudah mengarahkannya. Namun, tetap saja tidak semudah membalik telapak tangan.

“Kumbang memang jarang ditemui ya. Jadinya Taqi ingin pelihara ya?” tanya saya. Seketika Taqi menghentikan tangis dan menatap saya penuh harap.

Lalu saya menceritakan masa kecil dulu yang ingin memelihara capung. “Capungnya mama taruh di stoples. Mama kasih daun banyak dan air buat dia minum. Stoplesnya ditutup plastik lalu diberi lubang kecil-kecil.”

Taqi tertarik cerita itu. Dia lalu menanyakan bagaimana nasib si capung. “Pas pulang sekolah, ternyata capung sudah mati. Dia dikerumuni semut. Mama sedih banget.”

“Kenapa dia mati, Ma? Kan sudah dikasih makan, dikasih minum. Tempatnya aman, nggak ada musuh?” Taqi penasaran.

“Kata ayahnya mama, capungnya stres. Capung kan bukan binatang peliharaan. Dia lebih suka hidup di alam bebas. Hinggap di pohon, bukan tinggal di dalam stoples.”

Taqi diam. Lalu dia mengangguk mantap. “Kasihan ya Ma, kalau Taqi pelihara kumbang. Kumbang stres. Tadi aja dia lemes. Nanti Allah marah kalau Taqi bikin kumbang lemes,” paparnya.

Dalam komunikasi produktif saya dengan si sulung, nasihat dengan refleksi masa lalu sering kali berhasil dilakukan. Satu lagi, mengalihkan perasaan dengan empati. Dua hal ini perlu sering saya ingat.

Komunikasi Produktif: #3 Rencana Esok Hari

Rencana komunikasi produktif hari ini sebenarnya tentang disiplin waktu bangun pagi. Karena nggak disiplin, drama pun tercipta. Namun, pagi ini Taqi bangun pagi tanpa drama.

Saya berikan pujian padanya. Dia pun tampak puas dengan pencapaiannya. Semoga konsisten ya, Nak.

Nah, esok hari rencana saya masih terkait dengan disiplin waktu. Saya tidak ingin drama-drama tercipta berseri-seri karena disiplin waktu yang kurang.

Berapa Bintang Saya Hari Ini

Hari ini saya memberi hadiah bintang lima pada diri sendiri. Selamat wahau diri sendiri! Dirimu sudah berhasil berpikir positif, sehingga yang keluar dari mulut juga kata-kata positif. Bismillah semoga terus istikomah menjalankan komunikasi produktif. Aamiin.

#zona1komprod #pantaibentangpetualang #institutibuprofesional

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com