Perkembangan Kognitif Anak, Arti Penting dan Tahapannya

Kemampuan kognitif berkembang dan berubah seiring seseorang tumbuh dan dewasa. Keterampilan ini diperlukan untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia. Yuk, kita pahami bersama perkembangan kognitif anak.

Mengenal dan memahami perkembangan kognitif anak bisa membantu kita sebagai orang tua, untuk menyediakan stimulasi yang tepat. Apalagi kemampuan kognitif yang berkembang dengan baik bisa membantu anak mengambil keputusan, meski itu keputusan paling sederhana sekalipun.

Apa itu Perkembangan Kognitif Anak?

anak bermain mainan kayu
Anak bermain untuk mengasah kemampuan kognitif/ Foto: Canva

Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan cepat di lima tahun pertamanya, melalui empat bidang perkembangan utama. Keempat bidang tersebut adalah motorik atau fisik, bahasa dan komunikasi, kognitif, serta sosial – emosional.

Nah, perkembangan kognitif anak adalah pembangunan keterampilan kognitif dari waktu ke waktu. Seiring anak belajar tentang lingkungannya, maka mereka pun terus-menerus membangun keterampilan ini.

Keterampilan kognitif sendiri merupakan proses mental yang digunakan otak kita untuk memperoleh, memanipulasi, menyimpan, dan menggunakan informasi. Hal ini bermanfaat untuk mengingat, perkembangan bahasa, pemecahan masalah, dan analisis kritis.

Arti Penting Perkembangan Kognitif Anak

anak bermain cincin kayu
Anak bermain cincin kayu untuk melatih kognitifnya/ Foto: Canva

Perkembangan kognitif berkaitan dengan otak dan saraf. Seperti diketahui, sejak lahir hingga usia lima tahun, jalur saraf mengalami banyak perkembangan. Selain itu, otak anak berkembang lebih pesat dibandingkan tahap kehidupan lainnya.

Oleh karena itu, membantu mengembangkan koneksi saraf si kecil sangatlah penting. Di masa-masa ini, kita bisa mengenalkan tentang berhitung, bahasa, kegiatan pra-membaca, dan pengembangan kosakata.

Perkembangan kognitif anak usia dini akan turut mendukung prestasi akademiknya di masa depan. Apalagi penelitian menunjukkan anak-anak yang dapat membedakan suara di usia enam bulan, mereka bisa mulai belajar membaca pada usia empat atau lima tahun dengan lebih baik

Maka itu, melewatkan dukungan pada perkembangan kognitif anak usia dini berpotensi memunculkan celah saat anak duduk di bangku sekolah.

Tahapan Perkembangan Kognitif Anak

anal bermain meronce
Bermain meronce/ Foto: Canva

Zaman dulu, orang-orang beranggapan bayi adalah makhluk yang pasif. Anak-anak pun dipandang sekadar sebagai versi mini orang dewasa. Itu makanya banyak orang dewasa yang mengabaikan keterampilan intelektual bayi dan anak-anak.

Ya, senyatanya, anak bukanlah orang dewasa kecil. Anak-anak sejak bayi selalu belajar, berpikir, dan menjelajahi dunia di sekitar mereka.

Beberapa psikolog seperti Jean Piaget mengemukakan pendapat bahwa anak-anak berpikir secara berbeda dibandingkan orang dewasa. Sejak itu, orang mulai memandang masa kanak-kanak dan remaja sebagai periode pertumbuhan dan perkembangan yang unik.

Berikut ini tahapan perkembangan kognitif anak, sejak bayi hingga usia lima tahun.

Bayi Baru Lahir – 3 Bulan

Di tiga bulan pertama kehidupan, perkembangan utama berfokus pada eksplorasi indra dasar. Mereka pun belajar lebih banyak tentang tubuh dan lingkungan dengan caranya sendiri.

Di masa ini, sebagian besar bayi sudah mulai bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

Menunjukkan perilaku antisipatif, seperti root refleks. Ini adalah refleks yang dilakukan bayi baru lahir ketika sudut mulutnya disentuh oleh puting susu mamanya. Karena refleks ini, bayi menolehkan kepala ke arah sentuhan, lalu membuka mulut untuk mencari puting dan mulai mengisapnya.

Mendeteksi perbedaan suara, melalui nada dan volume.

Membedakan objek dengan lebih jelas dalam jarak 13 inci.

Fokus pada objek bergerak, termasuk wajah pengasuh.

Menggunakan ekspresi wajah untuk merespons lingkungannya.

Di usia tiga bulan, mulai mengenali wajah orang terdekat.

Juga mulai mengenali suara orang terdekat.

3 – 6 Bulan

Pada periode usia ini, bayi mulai mengembangkan indra yang lebih kuat. Umumnya, mereka sudah bisa:

Meniru ekspresi wajah.

Merespons ekspresi wajah orang lain.

Memerhatikan benda yang ada di hadapannya.

Mendengarkan suara-suara di sekitarnya.

Ingin tahu lebih dalam dengan benda yang dipegangnya, sehingga mulai melempar atau membanting.

Mengulurkan kedua tangan untuk meminta, misalnya saat minta digendong atau dipangku.

6 – 9 Bulan

Mengingat bayi belum bisa bicara, tentu menyelami alam pikiran makhluk kecil ini bukan perkara mudah. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses mental bayi, para peneliti menciptakan banyak kegiatan kreatif yang mengungkap cara kerja otak bayi.

Dari situlah peneliti menemukan di usia tertentu, seperti 6 – 9 bulan, sebagian besar bayi mulai bisa:

Menatap lebih lama pada benda yang melayang di udara.

Memahami perbedaan benda hidup dan benda mati.

Mengamati benda yang dipegang, kemudian menjatuhkannya.

Menjatuhkan benda yang dipegang secara berulang.

Berpaling ke arah sumber suara.

9 – 12 Bulan

Di usia sembilan hingga 12 bulan, bayi menjadi lebih mahir secara fisik. Mereka bisa menjelajahi dunianya lebih mendalam, dengan kemampuannya duduk, merangkak, hingga berjalan.

Saat mendekati usia satu tahun, sebagian besar bayi dapat melakukan:

Senang melihat buku bergambar.

Meniru gerak tubuh dan beberapa tindakan dasar.

Memanipulasi objek dengan membaliknya, lalu mencoba memasukkan satu objek ke objek lain.

Menanggapi sesuatu dengan gerakan dan suara

Memahami konsep kepermanenan objek,di mana suatu objek tetap ada meskipun tidak dapat dilihat. Itu makanya mereka senang bermain mencari benda yang disembunyikan.

Memahami perintah sederhana.

Memberi reaksi menoleh saat namanya dipanggil.

Mencoba membuka atau menutup gelas.

anak bermain puzzle huruf
Anak menyusun puzzle huruf/ Foto: Canva

12 – 18 Bulan

Setelah mencapai usia satu tahun, perkembangan fisik, sosial, dan kognitif anak tumbuh makin pesat. Pada usia ini, mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengamati tindakan orang dewasa. Umumnya anak-anak 12 18 bulan sudah bisa:

Menyebut beberapa nama benda, misalnya jenis makanan.

Menanyakan nama benda yang belum dikenal.

Mengenal beberapa warna dasar, seperti merah, biru, kuning, dan hijau.

Menyebut nama sendiri.

Membedakan ukuran benda.

Membedakan penampilan yang rapi atau tidak.

Merangkai puzzle sederhana.

Menyebutkan bilangan tanpa menggunakan jari, dari 1 -10 tetapi masih sering ada yang terlewat.

18 – 24 Bulan

Mempergunakan alat permainan dengan cara memainkannya tidak beraturan, seperti balok dipukul-pukul

Memahami gambar wajah orang.

Memahami milik diri sendiri dan orang lain.

Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya, misal garam rasanya asin, dan gula rasanya manis.

Mulai bisa menyusun balok dari besar ke kecil atau sebaliknya.

Mengetahui akibat dari suatu perlakuannya, misal menarik taplak meja akan menjatuhkan barang di atas taplak.

Merangkai puzzle.

2 – 3 Tahun

Di usia 2 tahun, anak sudah semakin mandiri. Mereka kini dapat menjelajahi dunia dengan lebih baik. Nah, sebagian besar pembelajaran pada tahap ini merupakan hasil dari pengalaman mereka sendiri.

Kebanyakan anak usia dua hingga tiga tahun mampu melakukan:

Mengidentifikasi bayangan mereka sendiri di cermin berdasarkan namanya.

Meniru tindakan orang dewasa yang lebih kompleks, dengan cara bermain rumah-rumahan, berpura-pura mencuci pakaian, dan lainnya.

Mencocokkan benda dengan kegunaannya.

Menyebutkan benda-benda pada buku bergambar.

Menanggapi arahan sederhana dari orang tua dan pengasuh.

Mengurutkan objek berdasarkan kategori, misal hewan, bunga, pohon, dan lain-lain.

Menumpuk mainan cincin pada pasaknya, dari yang terbesar hingga terkecil.

Konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang tua.

Mengeksplorasi sebab dan akibat.

Mengikuti kebiasaan sehari-hari, seperti mandi, makan, dan pergi ke sekolah.

Meniru perilaku orang lain dalam menggunakan barang.

Memberikan nama atas karya yang dibuat.

Melakukan aktivitas seperti kondisi nyata, misal: memegang gagang telepon.

3 – 4 Tahun

Di periode usia ini, anak-anak semakin mampu menganalisis dunia di sekitarnya dengan lebih kompleks. Itu makanya anak-anak menjadi lebih aktif dalam proses belajar.

Rasa ingin tahu anak-anak usia tiga hingga empat tahun semakin besar. Itu makanya mereka kerap sekali bertanya “Mengapa?”.

Pada usia tiga hingga empat tahun, sebagian besar anak mampu melakukan kegiatan sebagai berikut:

Mengajukan pertanyaan “mengapa” untuk mendapatkan informasi.

Menunjukkan kesadaran akan masa lalu dan masa kini.

Belajar dengan mengamati dan mendengarkan instruksi.

Rentang fokusnya menjadi lebih lama, sekitar 5 hingga 15 menit.

Bisa mengatur objek berdasarkan ukuran dan bentuk.

Mencari jawaban atas pertanyaan.

Memahami cara mengelompokkan dan mencocokkan objek berdasarkan warna.

Makin lihai menempatkan benda dalam urutan ukuran, dari paling kecil hingga paling besar.

Mulai mengikuti pola tepuk tangan.

Mengenal konsep banyak dan sedikit.

Menjelaskan model atau karya yang dibuatnya.

Bisa menyebutkan peran dan tugasnya, misal koki tugasnya memasak.

Menggambar atau membentuk sesuatu konstruksi yang mendeskripsikan sesuatu

yang spesifik.

Melakukan aktivitas bersama teman dengan terencana, seperti bermain berkelompok dengan memainkan peran tertentu seperti yang telah direncanakan.

4 – 5 Tahun

Saat mendekati usia sekolah, anak menjadi lebih baik dalam menggunakan kata-kata. Mereka juga semakin mahir meniru tindakan orang dewasa, berhitung, dan aktivitas dasar lainnya yang mendukung kesiapan sekolah.

Kebanyakan anak usia empat hingga lima tahun mampu melakukan:

Membuat gambar yang sering mereka beri nama dan deskripsikan.

Menggambar seseorang.

Menyebutkan dan mengenali banyak warna.

Bisa memberitahu di mana mereka tinggal.

Mengenal benda berdasarkan fungsi, misal pisau untuk memotong, pensil untuk

menulis.

Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik, contoh kursi digunakan sebagai mobil.

Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari, misal gerimis, hujan,

gelap, terang, temaram, dan sebagainya.

Mengetahui konsep banyak dan sedikit.

Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri, terkait dengan

berbagai pemecahan masalah.

Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu.

Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu.

Memahami posisi atau kedudukannya dalam keluarga, ruang, dan lingkungan sosia, misal sebagai murid, anak, atau teman.

Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk, warna, atau ukuran.

Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya.

Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi.

Mengenal pola dan mengulanginya, misal AB-AB dan ABC-ABC.

Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna.

Penutup

Mengetahui arti penting dan tahapan perkembangan kognitif anak akan memberikan pemahaman bagaimana seorang anak berkembang. Meski demikian, kita harus selalu ingat bahwa anak-anak berkembang dengan kecepatannya sendiri.

Alih-alih memaksa anak agar segera memiliki kemampuan seperti teman sebayanya, lebih baik kita terlibat aktif mendorong perkembangan kognitifnya. Harus kita ingat pula bahwa ada pengaruh sosial yang signifikan terhadap perkembangan kognitif anak usia dini.

Dengan begitu, kita dapat membantu perkembangan anak dengan memberikan mereka kesempatan untuk mendapatkan pengalaman sosial sesuai dengan usianya.

Selanjutnya, nantikan tulisan tentang tahap perkembangan bahasa anak usia dini, di tulisan berikutnya ya, Ma. Jangan lupa juga juga untuk memahami perkembangan sensorik anak.

Referensi

verywellmind.com. Cognitive Developmental Milestones, https://www.verywellmind.com/cognitive-developmental-milestones-2795109, diakses pada 22 Mei 2024.

helpmegrowmn.org. What Is Cognitive Development, https://helpmegrowmn.org/HMG/HelpfulRes/Articles/WhatCognitiveDev/index.html, diakses pada 22 Mei 2024.

Permendikbud No 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.