World Hijab Day dan Perjalanan Berhijabku

Tahukah Mama setiap 1 Februari diperingati sebagai World Hijab Day? Kegiatan ini pertama kali digelar pada tahun 2013. Pelopornya adalah seorang perempuan bernama Nazmaa Khan.

World Hijab Day dicetuskan dengan tujuan menghilangkan diskriminasi yang sering diterima oleh perempuan muslim berhijab. Hal tersebut tak lepas dari pengalaman Nazmaa yang mendapatkan diskriminasi lantaran hijab yang dikenakannya.

Saat di sekolah, Nazma kerap dipanggil Batman atau ninja. Bahkan saar dirinya kuliah dan terjadi peristiwa 9/11, dirinya malah dipanggil Osama bin Laden atau teroris. Sungguh sangat menyedihkan.

Padahal hijab adalah identitas perempuan Muslim. Al-Qur’an pun telah menyampaikan wajibnya berhijab bagi para akhwat.

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukminat, hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka.” [An Nuur/24: 31].

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” [Al Ahzab: 59].

Berproses dalam Berhijab

Ilustrasi berhijab/ Foto: Canva

Saya mulai mengenakan hijab saat awal kuliah. Itu pun masih buka tutup. Jilbab yang dimiliki hanya dua lembar. Baju lengan panjang yang dipunyai pun sekitar tiga saja.

Keterbatasan dan belum terlalu yakin menutup diri saat itu membuat saya masih sering buka tutup hijab. Bahkan saat di lingkungan rumah, saya tidak pernah mengenakan jilbab.

Mulanya, saya masih sekadar menutup tubuh ala kadarnya. Masih kerap memakai baju ketat. Bahkan saat mengenakan hijab, ekor rambut masih terlihat karena tidak digulung ke atas.

Bagi saya kala itu, yang penting sudah ada niat pakai hijab. Bahkan menyusup dalam hati saya pendapat, “Lebih baik hijabi hati dulu, sebelum benar-benar behijab dengan baik”. Itulah yang selalu saya jadikan pembenar untuk tidak berhijab dengan baik. Astaghfirullah.

Padahal menutup aurat dengan baik, antara lain melalui hijab, sudah diperintahkan dalam Al-Qur’an. Kenapa saya masih sibuk mencari pembenar?

Namun, hidup memang berproses ya. Seiring waktu berlalu, Allah titipkan rasa malu yang semakin banyak. Ya, malu saat rambut dan leher terlihat oleh orang lain. Malu kala tangan dan kaki terekspos mata orang di luar sana.

Biduran dan Berhijab Lebih Baik

Suatu kali, Allah pernah menguji dengan menghadirkan biduran yang berlangsung berbulan-bulan. Berbagai obat, konsultasi dengan dokter, menghindari makanan yang berpotensi memicu alergen pun sudah dilakukan. Namun, tidak ada yang bisa mengenyahkan biduran ini. Luka garukan meninggalkan bekas di sana-sini. Sungguh, rasanya menjijikkan.

Saya pun salat taubat. Mohon ampun pada Allah. Minta petunjuk apa yang tidak Allah suka sehingga memberikan ujian berupa biduran tak berkesudahan. Saya juga minta maaf pada diri saya. Siapa tahu selama ini saya sudah berbuat zalim pada diri sendiri.

Lalu, saya mulai cocok minum cetirizine dari produsen tertentu. Setiap kali gatal, obat tersebut saya minum. Jujur, ada ketakutan bakal ketergantungan obat itu. Saya terus melangitkan doa agar biduran tak lagi muncul meski tidak minum obat.

Pelan tapi pasti biduran tersebut sembuh. Alhamdulillah. Nikmatnya hari-hari tanpa sibuk menggaruk kulit yang gatal. Saya kembali bermuhasabah, pesan apa yang hendak Allah sampaikan melalui biduran ini ya. Hmm, mungkin saya diminta menutup aurat lebih baik.

Dulu, saat naik sepeda motor, area kaki banyak terekspos. Mungkin Allah hendak menyelamatkan saya dengan memberi biduran yang banyak di wilayah kaki. Masyaallah. Merasa disayang banget sama Allah.

Kisah biduran saya bisa dibaca di sini: Biduran yang Tak Kunjung Sembuh dan Self-Love

Everyday is My World Hijab Day

Everyday is my world hijab day/ Foto: Nurvita Indarini

Semakin ke sini, saya semakin menikmati hijab. Semakin gombrong baju yang dikenakan, rasanya semakin nyaman dan aman. Bahkan belakangan, saya semakin menyukai pakaian satu warna, hitam saja, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.

Jadi buat saya, everyday is my world hijab day. Sampai detik ini sebenarnya saya merasa belum berhijab dengan baik seutuhnya. Menghijabi hati apa lagi, belum benar-benar dilakukan. Jika sikap saya masih belum benar-benar baik, semoga hijab yang saya kenakan ini bisa membantu mengingatkan untuk meluruskannya.

Hidup itu pilihan. Tentu saya tidak akan pernah memaksakan pilihan yang saya ambil pada orang lain. Saya juga tidak akan merasa lebih baik dari orang yang memiliki pilihan berbeda. Saya selalu percaya, setiap orang punya proses masing-masing.

Satu hal yang terpenting, semoga Allah memberi kita hidayah. Bukankah itu yang selama ini kita pinta, sebagaimana di dalam surah al-Fatihah ayat 6. “Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala). Maka barang siapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah.

Semoga Allah mendekatkan kita pada kebaikan, dan menjauhkan dari keburukan. Aamiin.

Referensi

almanhaj.or.id. Mengapa Wanita Harus Berhijab?
Referensi : https://almanhaj.or.id/2916-mengapa-wanita-harus-berhijab.html, https://almanhaj.or.id/2916-mengapa-wanita-harus-berhijab.html, diakses pada 2 Februari 2024.

muslim.or.id. Makna Dan Hakikat Hidayah Allah, https://muslim.or.id/19131-makna-dan-hakikat-hidayah-allah.html, diakses pada 5 Februari 2024.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com