Pengalaman Mendapat Imunisasi Tetanus Saat Hamil Anak Kedua

Setiap kehamilan memiliki ceritanya masing-masing. Apalagi kehamilan kedua saya terpaut jarak yang cukup jauh dari kehamilan sebelumnya. Jaraknya lima tahun. Meski ini kehamilan kedua, tapi harus banyak belajar lagi.

Kehamilan kedua saya terjadi di usia yang tidak muda lagi. Ya, saya hamil anak kedua di usia lebih dari 35 tahun. Jujur, banyak yang lupa terkait kehamilan. Itulah alasan harus baca lagi dan belajar lagi.

Tak terkecuali tentang imunisasi untuk populasi khusus seperti ibu hamil. Saya diingatkan untuk mendapatkan imunisasi tetanus, saat pemeriksaan kehamilan di Puskesmas. Dulu, imunisasi tetanus diberikan melalui imunisasi TT. Namun, sejak sekitar 2016, diberikan melalui imunisasi Td yang merupakan lanjutan dari imunisasi DT. Jadi, selain melindungi dari penyakit tetanus, juga dapat memperkuat daya tahan tubuh bayi terhadap difteri.

Melalui tulisan ini, saya hendak berbagi pengalaman saat mendapatkan imunisasi tetanus di kehamilan anak kedua. Semoga bermanfaat bagi yang hendak hamil atau yang sedang hamil ya.

Sudah Imunisasi Tetanus Saat Hamil Anak Pertama, Perlukah Imunisasi Lagi?

Perlukah imunisasi TT lagi di kehamilan kedua/ Foto: Canva

Pemeriksaan kehamilan anak kedua saya lakukan di klinik dekat rumah dan puskesmas. Di klinik, pemeriksaan USG dan konsultasi dengan dokter kandungan dilakukan. Sedangkan di Puskesmas, selain kehamilan dicek, juga untuk melakukan cek darah dan imunisasi.

Mulanya, saya pikir tidak akan mendapat imunisasi tetanus. Pasalnya, di kehamilan sebelumnya imunisasi tersebut sudah didapatkan. Mengingat jarak kehamilan kedua dan pertama lebih dari dua tahun, bidan di Puskesmas menyarankan untuk imunisasi Td.

Saya mendapat imunisasi Td di usia kehamilan enam bulan. Setelah itu, disarankan mendapat imunisasi Tdap kembali dengan interval satu tahun atau lebih. Mengutip Alodokter, vaksin jenis Tetanus, Diphtheria and Pertussis (Tdap) direkomendasikan pada usia kehamilan 27–36 minggu. Apabila tidak memungkinkan, maka vaksin bisa diberikan kapan pun selama kehamilan, tanpa mempertimbangkan kapan terakhir kali mendapatkan vaksin ini.

Imunisasi Td saya dapatkan saat usia kehamilan 27 pekan. Untuk mendapatkan layanan imunisasi ini di Puskesmas pun sangat mudah. Hanya perlu mendaftar seperti biasa, kemudian menunggu antrean, lalu suntik deh. Selesai.

Imunisasi Td yang mengandung T ini antara lain diberikan sebagai pencegahan penyakit tetanus, Jujur, saya bertanya-tanya, di era yang sudah semaju ini apakah tetanus masih ada? Rasa-rasanya pelayanan kesehatan, utamanya untuk ibu dan anak, sudah semakin baik dan higienis. Apa masih perlu ya imunisasi mengandung T ini?

“Tetanus bisa mengancam jiwa, Bu. Bakteri tetanus bisa saja masuk ke dalam tubuh lewat luka terbuka. Kalau ibunya mendapatkan imunisasi tetanus, maka bayi yang dikandung juga bisa terlindungi. Nanti kalau sudah lahir, bayi juga akan mendapatkan imunisasi sesuai jadwalnya,” jelas Bu Bidan kala itu.

Kita nggak pernah tahu kondisi yang akan terjadi di kemudian hari. Langkah terpenting adalah dengan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Terlebih, tetanus pada bayi baru lahir sering terjadi di negara berkembang. Dinkes Kabupaten Kulonprogo melalui situsnya juga menyebut di Indonesia masih banyak kasus tetanus pada bayi maupun ibu setelah melahirkan.

Saya baca dari situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC). pemberian vaksin TT dan TD di seluruh dunia telah dilakukan sejak tahun 1960-an. Imunisasi ini diberikan pada ibu hamil untuk mencegah kasus tetanus neonatal. Vaksin Tdap yang diberikan selama kehamilan belum terbukti membahayakan ibu maupun janinnya.

Efek Samping Imunisasi Tetanus Saat Hamil

Sebenarnya saya adalah sosok yang takut pada jarum suntik. Sejak kecil, ketika waktu imunisasi tiba, rasanya ingin menghilang sejenak. Rupanya saat sudah jadi ibu pun, ketakutan pada jarum suntik belum juga sirna.

Namun, jangan sampai takut pada jarum suntik malah menimbulkan hal negatif. Ya, jangan sampai saya menghindari imunisasi yang penting untuk keselamatan diri dan si buah hati.

Imunisasi nyatanya tidak sesakit jari yang teriris pisau. Jadi, seharusnya saya tidak perlu takut. Apalagi manfaat yang didapat jauh lebih besar ketimbang ketakutan yang tak berdasar.

Lalu apa saja efek samping imunisasi Td? Petugas yang menyuntik saya menjelaskan efek samping yang mungkin dirasakan antara lain bengkak dan nyeri di lokasi penyuntikan. Selain itu, bisa saja terjadi demam, sakit kepala, muntah, dan sakit perut. Namun, efek samping ini tidak membahayakan.

Pada saya, efek samping yang dirasakan nyeri di lokasi penyuntikan dan sakit kepala. Sesampainya di rumah, saya ambil kain yang telah dibasahi air dingin untuk mengompres lengan yang disuntik. Tidak perlu lama-lama, sekitar 10-20 menit saja.

Saya juga merasa lebih lelah dari biasanya. Entahlah apakah ini termasuk efek samping vaksin atau hari itu melakukan banyak aktivitas yang menguras energi. Saya makan makanan yang ada di rumah, lalu tidur siang sejenak. Alhamdulillah, setelah bangun tidur, badan saya lebih segar.

Bagaimana dengan bengkak dan nyeri di lokasi penyuntikan? Masih sedikit terasa tidak nyaman, tetapi tidak mengganggu aktivitas.

Oh ya, jenis vaksin untuk populasi khusus, dalam hal ini ibu hamil, bisa disimak di infografis berikut ini.

Vaksin untuk ibu hamil/ Infografis: Nurvita Indarini menggunakan Canva

Sekilas tentang Tetanus

Bagi para Mama yang ragu-ragu untuk mendapatkan imunisasi tetanus saat kehamilan, mungkin informasi tentang tetanus ini bisa memantapkan hati. Saya selalu meyakini keraguan sering muncul karena kurangnya informasi. Untuk memantapkan diri, harus banyak mencari informasi dari sumber tepercaya.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini memproduksi toksin tetanospasmin yang masuk ke dalam tubuh melalui luka. Umumnya, bakteri tersebut mengontaminasi luka yang dalam, seperti luka akibat gigitan, terbakar, atau tusukan benda tajam. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka kecil.

Kontaminasi Clostridium tetani bisa terjadi melalui tanah, kotoran hewan, atau luka akibat benda berkarat. Saat mengontaminasi, toksin tetanospasmin menempel di area sekitar luka dan dibawa darah ke sistem saraf otak dan saraf tulang belakang. Hal itu mengakibatkan gangguan urat saraf.

Masa inkubasi tetanus adalah 3-14 hari. Pada bayi baru lahir, gejala tetanus muncul pada dua minggu pertama kehidupannya. Tetanus bisa menyebabkan komplikasi serius pada bayi baru lahir. Mother to Baby mewartakan infeksi tetanus dan difteri pada ibu hamil bisa menjadi penyebab kelahiran prematur dan kematian bayi di kandungan.

Seram deh, Ma, sebanyak 130.000 bayi di seluruh dunia meninggal akibat tetanus pada tahun 2004. Kasus terbanyak dilaporkan di negara-negara dengan populasi padat seperti India dan Nigeria. Sedangkan di kawasan Asia tenggara, tetanus diperkirakan menyumbang 4 persen kasus kematian bayi baru lahir. Demikian saya kutip dari klikdokter.

Penyakit tetanus mengakibatkan kekakuan otot yang menyakitkan. Dampaknya, pasien tidak dapat membuka mulut, kesulitan menelan dan bernapas, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Akan tetapi, jika segera didiagnosis dan mendapat perawatan yang benar, kemungkinan sembuh terbuka lebar. Masa penyembuhan tetanus umumnya membutuhkan waktu 4-6 minggu.

Kemenkes menjelaskan perlindungan seumur hidup dari tetanus dapat diperoleh dengan imunisasi menggunakan vaksin mengandung T sebanyak 5 dosis sesuai dengan interval atau jarak waktu yang ditentukan. Imunisasi tetanus pada ibu hamil terbukti menekan kasus penyakit tetanus, utamanya pada bayi baru lahir dan ibunya. Dengan diberikannya imunisasi tetanus, berarti proses membangun kekebalan sebagai pencegahan infeksi tetanus sedang dilakukan.

Bahkan, Ma, pemberian dua dosis imunisasi tetanus pada ibu hamil dan wanita usia subur disebut mampu menurunkan angka kematian bayi akibat tetanus sebesar 94 persen. Jadi, imunisasi bisa menjadi salah satu ikhtiar terbaik agar kita dan si kecil tetap sehat.

Vaksin tetanus pada ibu hamil diberikan bersama vaksin difteri melalui Td setelah melalui analisis epidemiologi. Analisis dilakukan terhadap peningkatan kasus difteri di Indonesia yang banyak terjadi pada usia di atas 15 tahun.

Baca juga tulisan ini yuk: Hamil di Usia 35 Tahun ke Atas, Seperti Apa Rasanya?

Penutup

imunisasi TT saat hamil
Ikhtiar terhindar dari tetanus dengan imunisasi/ Foto: Canva

Saat melahirkan, saya sempat mengalami pendarahan cukup hebat. Untungnya stok darah di tubuh saya masih aman, sehingga tidak perlu transfusi. Kala itu, saya melahirkan di sebuah klinik bersalin di Jakarta Selatan.

Reputasi dan pelayanan yang diberikan selama saya periksa kehamilan menimbulkan keyakinan mereka memberikan layanan prima. Saya yakin semua proses saat persalinan dilakukan secara higienis. Namun, saya jadi lebih mantap bakal melahirkan secara aman dan sehat dengan imunisasi tetanus saat hamil.

Alhamdulillah, kini si kecil sudah tumbuh besar dengan sehat. Perkembangannya pun baik, serta jarang sakit. Dia juga mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal.

Penyakit apa pun memang datang dari Tuhan, diberikan sebagai ujian. Tugas kita sebagai manusia adalah berikhtiar sebaik mungkin untuk menjaga kesehatan. So, jangan ragu untuk vaksinasi ya, Ma, tak terkecuali imunisasi Td saat hamil. Jangan lupa konsultasi pada dokter terlebih dahulu untuk mendapatkan jadwal yang tepat. Semangat sehat!

Referensi

www.cdc.gov. Vaccine Safety, https://www.cdc.gov/pertussis/pregnant/hcp/vaccine-safety.html#:~:text=Pregnant%20women%20have%20been%20getting,the%20mother%20or%20baby%2Ffetus, diakses pada 25 April 2023.

www.klikdokter.com. Pentingnya Imunisasi untuk Ibu Hamil, https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kehamilan/pentingnya-imunisasi-untuk-ibu-hamil, diakses pada 25 April 2023.

www.dinkes.kulonprogokab.go.id. Menentukan Status Imunisasi TT Wanita Usia Subur, https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/161/menentukan-status-imunisasi-tt-wanita-usia-subur, diakses pada 25 April 2023.

www.mothertobaby.org. Tetanus, Diphtheria and Pertussis (Tdap) Vaccine, https://mothertobaby.org/fact-sheets/tetanus-diphtheria-pertussis-tdap-vaccine-pregnancy/, diakses pada 25 April 2023.

www.alodokter.com. Amankah Vaksin Difteri untuk Ibu Hamil?, https://www.alodokter.com/amankah-vaksin-difteri-diberikan-pada-ibu-hamil, diakses pada 25 April 2023.

p2p.kemkes.go.id. Profil Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Tahun 2016, diakses pada 25 April 2023.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

www.kirmiziyilan.com