Saat Anak Bertanya: Kebaikanku Kok Tidak Dibalas Kebaikan?
Idealnya kebaikan akan dibalas dengan perbuatan baik juga. Sayangnya, kita hidup di dunia yang tidak ideal. Sering kali orang datang hanya untuk minta bantuan. Setelah dibantu, bak kacang lupa kulitnya.
Kebaikan yang tidak dibalas kebaikan memang menyesakkan ya, Ma? Hal ini pun dirasakan oleh anak saya yang sulung. Dia merasa sudah berbicara dan berbuat baik pada temannya, eh temannya tidak berlaku serupa. Dia pun merasa sedih dan kesal.
“Nak, tahu nggak siapakah Maha Pemberi Balasan?” tanya saya merespons keluhannya.
“Allah,” jawabnya cepat.
“Betul. Itu artinya, kebaikanmu akan dibalas kebaikan juga oleh Allah. Keburukan yang dilakukan seseorang juga akan dibalas keburukan pula oleh Allah. Ingat, Allah yang membalas, bukan manusia,” terang saya.
Si sulung terdiam. Keningnya berkerut. Sepertinya masih ada yang mengganggu benaknya.
“Mama bilang kalau kita diberi kebaikan oleh orang lain, maka harus membalasnya. Tapi kalau kita berbuat baik sama orang lain kok mereka nggak wajib membalas dengan kebaikan? Kok kita hanya menunggu balasan dari Allah?” tanyanya penasaran.
Aku bilang padanya, sesuatu yang bisa dikontrol adalah diri sendiri. Sedangkan orang lain akan sulit selalu dikontrol sesuai kemauan kita. “Mama menanamkan nilai padamu untuk tidak mudah meminta tolong pada orang lain. Kalau pun minta tolong, segeralah balas kebaikannya semampu kita.”
“Sedangkan orang lain, jika mereka hendak membalas kebaikan kita ya alhamdulillah. Jika tidak ya tidak apa-apa, karena yang kita harap adalah rida Allah, bukan rida manusia,” sambungku.
Kebaikan Kita Mungkin akan Mudah Dilupakan
Bisa jadi seseorang datang pada kita hanya karena ada maunya, ingin dibantu, ingin meminta, dan sebagainya. Lalu, jika mereka sedang tidak butuh bantuan, nama kita sama sekali tak terlintas dalam benaknya.
“Oh ya, Ma, ada lho orang yang dulu tuh pernah Taqi bantu. Eh sekarang kayak nggak kenal sama Taqi. Taqi sedih banget waktu menyapanya, dia malah cuek,” tutur si sulung.
Hmm, ya, Nak, sering kali kebaikan kita memang mudah dilupakan orang lain. Saat nggak butuh, jangankan tanya kabar, kita WA saja balasnya entah kapan. Padahal dulu saat butuh, fast response sekali.
Tak hanya itu, kadang kebaikan yang dilakukan pun “tidak dianggap”. Misalnya nih, kita memberi sesuatu pada seseorang. Untuk memberikan sesuatu itu butuh usaha. Misalnya harus beli dulu atau bikin dulu. Setelah diberikan, tidak ada respons apa pun. Seperti tak menerima apa-apa.
“Kesal nggak, Nak, kalau kayak gitu? Wajar, sebagai manusia kita kesal. Namun, ingat, untuk apa kita memberikan sesuatu pada orang lain? Apakah karena ingin dipuji, ingin disanjung, atau lillahi ta’alla? Yuk, kita perbaiki lagi niat kita saat memberi kebaikan pada orang lain.”
Mungkin kita selalu jadi sosok yang selalu ada saat orang lain membutuhkan. Akan tetapi, ketika kita dalam kesulitan, harus berusaha dan mencari jalan keluar sendiri. Orang yang pernah kita bantu entah ke mana. Rasa-rasanya seperti dikhianati ya? Sedih dan terluka pastinya.
Namun, nggak perlu lama-lama sedihnya. Yuk, bawa rasa sedih dan terluka itu pada Allah. Sampaikan pada-Nya tentang kekecewaan kita. Minta juga untuk dikuatkan hati ini, juga minta dibantu Allah untuk menyelesaikan kesulitan yang dialami.
“Ayah pernah mengingatkan Mama, bersyukurlah jika kita bisa berbuat kebaikan pada orang lain. Artinya Allah sayang sama kita. Kita dikasih kesempatan dan kemampuan untuk mendulang pahala. Hidup ini untuk berlelah-lelah mencari pahala, Nak,” lanjutku.
Saat orang lain yang pernah kita beri kebaikan, tapi tidak berlaku sama, seharusnya perlu dikasihani. Kenapa hatinya begitu keras untuk menghargai kebaikan orang lain. “Orang yang seperti ini kita doakan agar hatinya dilembutkan,” imbuhku.
Baca tulisan ini juga yuk: Tak Semua Harus Disuarakan, Siapa Tahu Ada yang Tersakiti Karenamu
Penutup
Kita mungkin selalu fast response pada orang lain. Lalu, kita baper kala orang lain tidak berlaku sama. Oke, bapernya jangan lama-lama ya. Bersyukurlah kita bisa jadi orang yang fast response.
Tahu tidak, sejatinya segala polah tingkah kita akan menjadi “branding”. Tanpa diminta, mungkin banyak yang menyematkan branding “suka membantu”, “ramah”, “suka memberi”, “mudah diajak silaturahmi” tanpa kita minta.
Sebaliknya, bisa jadi juga kita diberi label oleh orang-orang sebagai “si nggak sabaran”, “si tidak tahu terima kasih”, “si slow response”, “si pelit”, “si mudah iri”, “si nggak peduli”, “si sok sibuk”, dan lain-lain.
Benar, tidak usah peduli pada penilaian manusia. Penilaian Allah adalah yang utama. Namun, kita harus ingat, jika kita disibukkan dengan melakukan yang Allah suka, insyaallah manusia sekitar juga suka.
Jika kita berbuat kebaikan, meski sebutir debu, akan kembali pada kita sendiri. Tidak usah kita pikirkan balasan manusia. Sebab Allah sebaik-baik pemberi balasan.
Anak2 mungkin belum paham ya, Mba, kalau esensi dari berbuat baik itu bukan mengharapkan balasan dari orang lain.
Ya sih, kebaikan atau keburukan yang sering kita lakukan bisa menjadi branding untuk diri sendiri.
Saya sering kesulitan kalo jawab pertanyaan ponakan yang semacam ini Mba. Soal kebaikan ini jadi reminder buat saya mawas diri juga. Makasih sharing ya Mba.
Wah…nyess banget nih. Bener banget mom, kita enggak bisa mengontrol paradigma yang diberikan orang lain ke kita. Jadi emang sepatutnya kita hanya fokus pada penilaian Allah ke kita..
Aku juga perlu nih, menyampaikan nilai ini ke anakku. Thanks for sharing
Setuju sama tulisannya ga perlu dinilai oleh manusia karena yang paling utama dinilai oleh Allah SWT
Betul banget yah, mengajarkan anak untuk berbesar hati menerima suatu keadaan juga penting. Apalagi ketika dia mulai berada di tengah masyarakat nanti.
berbesar hati penting banget ya diajarin ke anak sejak dini, makasih tipsnya bund sangat membuka mata banget
Perlu banget baca artikel ini sampai habis, karna lagi butuh jawaban seperti ini yg bisa disampaikan ke anak-anakku hehe
Akhirnya aku punya jawaban buat menjawab pertanyaan yang sama dari anak. Terima kasih moms sudah menginspirasi
kadang anak-anak ini pertanyaannya suka ajaib ya, mbak dan sebagai ibu kita sebaiknya bisa memberikan jawaban yang bijak kepada anak
masyaAllah semoga aku bisa menjadi pembimbing yan gbaik dan masih banyak harus belajar
makasih ya Mam udah memberikan pelajaran berharga buat aku yang newmom ini
Suamiku, pernah bilang. Di dunia ini tidak ada orang yang pelit, itu hanya kita saja yang terlalu berharap. Jadi, ya berbuat baik aja setiap hari. Tidak berharap balasannya akan datang bersama orang/kondisi yang sama