Ragam Makanan Indonesia Berbungkus Daun, Enak dan Unik
Halo semua, sudah makan atau belum? Pastikan sudah makan ya, agar perut tidak keroncongan saat membaca tulisan ini. Yup, soalnya kali ini saya mau cerita tentang aneka makanan Indonesia. Lebih spesifik lagi, tulisan tentang makanan lokal Indonesia yang dibungkus daun.
Makanan yang dibungkus daun mungkin tidak asing di mata kita ya. Makanan-makanan tersebut seolah ingin “menekankan” nilai kelokalannya, sekaligus menyampaikan pesan ramah lingkungan.
Yuk, langsung saja kita “cicipi” bersama aneka makanan Indonesia yang berbungkus daun.
Lezatnya Nasi Jamblang Berbungkus Daun Jati
Ada yang sudah pernah mencicipi nasi jamblang? Ini adalah makanan khas Cirebon yang memiliki ciri khas daun jati sebagai bungkusnya.
Ternyata nasi jamblang ini sudah menjadi bagian dari kuliner masyarat Cirebon sejak lebih dari 100 tahun lalu, lho. Sebenarnya cerita asal mula nasi jamblang ada beberapa versi. Salah satunya menyebut nasi jamblang adalah perbekalan para pekerja paksa asal daerah Jamblang. Mereka turut serta dalam proyek Jalan Raya Pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan.
Jadi, mulanya orang Jamblang berusaha mencari cara agar bekal nasinya tidak mudah basi. Mereka pun mencoba membungkusnya dengan daun jati. Ternyata “eksperimen” berhasil! Nasi yang dibungkus daun jati tidak mudah basi, meski sudah lebih dari 10 jam. Sejak saat itulah orang-orang Jamblang selalu menggunakan daun jati untuk membungkus nasi.
Zaman dulu, orang-orang menjual nasi jamblang dengan membawanya keliling dari satu tempat ke tempat lain. Inilah yang menjadikan nasi jamblang dikenal luas, tak hanya masyarakat Jamblang saja.
Kini, nasi jamblang tak lagi dijual keliling. Di Cirebon ada banyak sekali warung makan yang menjual nasi jamblang. Nasi jamblang malah sudah seperti “ikon” Cirebon.
Saat makan di warung nasi jamblang, kita hanya perlu mengambil bungkusan nasi, lalu memilih aneka lauk yang disajikan secara prasmanan. Ada telur dadar, semur tahu, mi goreng, telur ceplok, empal, perkedel, satai kulit ayam, dan lainnya.
Daun jati yang bertekstur kasar sama sekali nggak memengaruhi rasa dan kenikmatan. Bagi saya, nikmat banget makan nasi beralas daun jati dan bersendok tangan. Coba deh, ambil sesuap nasi, padukan dengan sambal dan empal, lalu suapkan perlahan. Hmm, nikmatnya tak terkira.
Gurihnya Lepet Berbungkus Daun Kelapa Muda
Makanan Indonesia dengan kemasan ramah lingkungan lainnya adalah lepet ketan. Sebab makanan bercita rasa gurih ini menggunakan daun kelapa muda sebagai pembungkusnya.
Dulu saya kira lepet ketan itu cuma ada di Jawa Tengah. Setelah piknik lebih jauh, baru tahu deh di tanah Sunda juga ada leupeut. Kemudian setelah menikah dengan orang Minang, baru tahu juga di Padang ada lapek.
Lepet di Jawa Tengah biasanya hanya berbahan dasar ketan putih, kelapa muda parut, dan santan. Sedangkan leupeut biasa dicampur dengan kacang merah. Keduanya sama-sama gurih. Namun, lapek khas Padang, rasanya manis, jadi lebih mirip kue lemet.
Sering kali lepet hadir bersama ketupat saat Syawalan atau di Hari Raya Idul Fitri. Konon Sunan Kalijaga turut mengenalkan makanan ini pada masyarat Jawa.
Jadi, lepet itu sebenarnya singkatan yang filosofis, lho. Silep kang rapet atau tertutup rapat. Maksudnya, setelah seseorang mengaku salah atau lepat, maka pihak lain memaafkan dan tidak mengungkitnya lagi.
Oh ya, selain ramah lingkungan, daun kelapa muda sebagai bungkus makanan juga punya makna mendalam. Saya baca artikel di Sonora, daun kelapa muda itu bahasa jawanya adalah janur. Ini singkatan dari “jatining nur” atau cahaya sejati. Cahaya sejati ini maksudnya bulan Ramadan.
Sedapnya Nasi Jinggo Berbungkus Daun Pisang
Pada 2018, saya berkesempatan menjelajah Bali menggunakan sepeda motor. Saya, suami, dan si sulung menyewa sepeda motor di Pulau Dewata. Lebih efektif dan efisien. Selain itu, berasa jadi penduduk setempat, he-he-he.
Nah, dalam suatu perjalanan, kami melihat penjual nasi jinggo di pinggir jalan. Tulisannya pun bikin mata saya enggan berpaling. “Nasi Jinggo Rp 5.000”. Murah banget, bukan?
Sebenarnya nasi jinggo mirip dengan nasi kucing di angkringan. Di dalam bungkusan daun pisang terdapat sekepal nasi yang dilengkapi lauk pauk dalam jumlah sedikit.
Nasi jinggo yang waktu itu saya beli dilengkapi mi goreng, sambal, serta ayam suwir. Varian lain ada yang isinya sepotong telur dadar, bersama orek tempe. Ada juga yang berlauk sepotong daging sapi dan mi goreng. Semuanya sedap.
Mengingat porsinya kecil, makan sebungkus kurang kenyang. Buat saya, dua bungkus sudah cukup memenuhi lambung.
Kenapa namanya jinggo? Ada beberapa cerita yang beredar. Salah satunya, kata jinggo diambil dari bahasa China yang artinya 1.500 rupiah. Ini karena awalnya nasi jinggo dijual dengan harga 1.500 rupiah.
Kue Timpan, si Manis Berbungkus Daun Pisang Muda
Nah, sekarang kita cicip makanan Indonesia lainnya, yakni yang berasal dari provinsi paling barat Nusantara. Mana itu? Ya, betul banget, makanan berbungkus daun dari Aceh. Nama makanannya adalah kue timpan.
Makanan ini bercita rasa manis berpadu dengan gurih yang bikin lidah menari-nari. Penganan ini terbuat dari campuran ketan dan pisang. Istimewanya, di dalam kue ada isiannya, lho. Biasanya berisi parutan kelapa atau srikaya. Enak deh, saya suka sekali kue ini.
Daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus adalah yang masih muda, sehingga warnanya hijau muda menggoda. Bungkusnya agak berminyak karena daun pisang mudanya diolesi minyak goreng agar kue timpan tidak lengket di bungkusnya.
Saat membuka bungkus kue timpan, aroma wangi menyergap hidung makin kuat. Aroma ini berasal dari pisang raja, salah satu bahan dasar kue tersebut. Aroma daun pisang yang dikukus bersama kue turut menyumbang aroma nikmat. Yuk, coba digigit. Hmm, tekstur kuenya lembut sekali. Makan satu bungkus nggak bakal cukup, nih.
Tapai Ketan Legit Berbungkus Daun Jambu
Tapai atau tape ketan adalah salah satu makan tradisional yang bisa kita temukan di berbagai daerah di Indonesia. Biasanya makanan ini dibungkus daun.
Jenis daun yang digunakan mencerminkan daerah asal tapai ini. Bila dibungkus daun pisang, biasanya dari Jawa Tengah. Sedangkan bila dibungkus daun jambu, berasal dari tanah Sunda, tepatnya daerah sekitar Kuningan. Sungguh keberagaman kuliner yang unik.
Dulu, tapai berbungkus daun hanya ditemukan di acara-acara perayaan, seperti Hari Raya maupun acara keluarga. Namun, kini tapai berbungkus daun sudah menjadi oleh-oleh nan khas.
Baca juga: Mengolah Sampah Makanan Jadi Hidangan Enak
Umumnya daun yang digunakan untuk membungkus tapai ketan khas Kuningan adalah daun jambu air. Sebab daun jambu air lebih lebar dan lebih mudah dilipat ketimbang daun jambu biji. Oh ya, sebelum digunakan untuk membungkus, daun jambu biji ini dikukus sebentar agar tidak mudah sobek. Selanjutnya daun dilap hingga kering, dan siap digunakan sebagai pembungkus.
Tapai ketan berbungkus daun jambu biasanya berwarna hijau. Sebab dalam proses pembuatannya diberi pasta pandan atau pewarna alami dari daun tertentu. Nah, daun jambu yang digunakan sebagai pembungkus alami turut memengaruhi rasa tapai ketannya. Tapainya punya aroma khas dan rasanya juga lebih manis.
Menjaga Lingkungan dan Keberagaman Makanan Indonesia
Daun memang jamak digunakan sebagai pembungkus berbagai makanan Indonesia. Aneka pepes, nasi bakar, arem-arem, dan lontong, adalah beberapa contoh makanan Indonesia yang mengandalkan daun sebagai pembungkus.
Aroma daun yang terlibat dalam proses pemasakan turut memperkuat cita rasa makanan. Namun, lebih dari itu, saya melihat penggunaan daun sebagai bungkus makanan ini adalah wujud kuliner yang ramah lingkungan.
Mungkin orang zaman dahulu tidak memikirkan soal ramah lingkungan saat menggunakan daun sebagai pembungkus makanan. Mereka hanya menggunakan bahan yang ada di sekitarnya.
Seiring waktu berlalu, resep makanan tradisonal pun terus diwariskan dari generasi ke generasi. Meski begitu, “warisan ramah lingkungan” ini masih terus dilestarikan.
Keberadaan makanan-makan Indonesia bernilai tradisional yang terus ada hingga kini menunjukkan upaya warga menjaga “warisan budayanya”. Nah, melestarikan budaya artinya ikut menjaga lingkungan juga.
Kendati ada pilihan mengganti bahan pembungkus dengan plastik, misalnya, masih banyak orang yang setia dan bertahan dengan daun. Menjaga bentuk dan cita rasa yang autentik menjadi salah satu alasan terbesar. Tanpa disadari, alasan itu memunculkan sikap menjaga lingkungan pula.
Masyarakat perlu menjaga lingkungan untuk bisa mendapatkan bahan pembuat makanan tradisional. Tanpa menanam dan merawat pohon pisang, pohon kelapa, dan sebagainya, mustahil makanan tradisional tetap autentik.
Keberagaman makanan Indonesia benar-benar membuat bangga. Saya jadi merasa kaya dan beruntung. Makanan yang sebenarnya sama, akan menjadi berbeda di daerah lainnya. Itulah yang membuat saya suka sekali mencicipi dan menyelami cita rasa makanan satu daerah dengan daerah lainnya.
Ada banyak cerita baik dari Indonesia. Saya, antara lain akan menceritakan tentang makanannya yang beragam, unik, dan lezat kepada warga dunia. Bahwa keberagamana makanan ini pun tak lepas dari upaya warga dalam menjaga lingkungan. Mengenal dan mencicipi makanan Indonesia yang beragam sungguh kenikmatan yang wajib disyukuri.
Referensi
https://bobo.grid.id/read/08674552/nasi-jinggo-makanan-khas-bali-yang-murah-meriah
Wahh semua makanan diatas sebagian besar tidak asing buat saya, karena di Bali juga banyak makanan serupa.
Memang Indonesia ini kaya banget sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk menyajikan makanan khas yaa.
Bahkan dari dulu masyarakat Indonesia sudah menggunakan daun-daunan sebagai pembungkus. Terbukti sebagian besar makanan tadisional dibungkus dengan daun. Bangga banget jadi orang Indonesia