Kenangan Melahirkan Anak Pertama: Listrik Padam dan Kontraksi Belasan Jam

Hari itu, 6 Juni 2014, adalah hari yang sangat bersejarah buat saya. Di hari itu, saya resmi menjadi seorang ibu. Si kecil lahir setelah perjuangan yang cukup melelahkan. Diiringi kontraksi belasan jam, hingga listrik padam di tengah persalinan. Kenangan melahirkan yang tak akan terlupakan.

Menjelang persalinan anak pertama, saya malah wara-wiri. Meski domisili di Jakarta, tapi saya memilih melahirkan di daerah. Harapannya bisa dekat dengan ibu saya dan keluarga besar. Maklum, sebagai ibu baru sepertinya masih sangat cupu.

Awalnya, saya pergi ke Cilacap, rumah ibu. Eh ternyata di hari-hari menjelang due date, ibu ada penataran guru. Duh, alamat bakal melahirkan seorang diri nih. Padahal untuk sampai ke Cilacap kala itu tidak mudah.

Perut yang membesar membuat serba salah saat harus duduk berjam-jam di kereta api. Belum lagi persoalan ambeien yang begitu menyiksa. Sabar, sabar, sabar.

Akhirnya, ibu mengantar saya ke Yogyakarta. Kebetulan di Yogya ada Budhe yang sudah seperti ibu kedua saya. Kami menyewa mobil agar perjalanan tidak terlalu “menyiksa”.

Di Yogyakarta, saya memilih Happy Land Medical Centre untuk cek kehamilan dan melahirkan. Mungkin karena rumah sakitnya cukup favorit, demikian pula dengan dokter kandungannya, setiap kali cek kehamilan pasti sangat antre.

Saat itu saya memilih dr. Detty, SPOG. Mengingat sebelumnya saya selalu cek kehamilan dengan dr. Mariza, SPOG di RS JMC Jakarta Selatan, saya pun membawa semacam rekam medis untuk dr. Detty.

Berikut ini kenangan melahirkan anak pertama saya. Semoga bisa menghibur dan ada hal baik yang bisa didapat ya, Ma.

Kehamilan 38 Minggu, Janin Belum Masuk Panggul

Ilustrasi hamil/ Foto: Image by StockSnap from Pixabay

Kala itu, usia kehamilan saya 38 minggu. Dari pemeriksaan USG, si kecil belum masuk panggul. dr. Detty menyarankan saya untuk melakukan posisi sujud lebih sering agar si kecil segera masuk ke panggul.

Beberapa orang menyarankan saya untuk mengepel lantai juga tanpa alat pel bertangkai. Ya, benar pakai lap pel dan tangan saja. Saya lakukan saja saran itu, kendati tahu benar bahwa melakukan posisi sujud saja sebenarnya sudah cukup membantu.

Pertimbangan saya kala itu mengepel rumah adalah untuk olahraga semata. Saya tuh saat hamil anak pertama, semakin besar kehamilan semakin antimalas. Saya “paksa” diri ini untuk beberes, mengisi TTS, membaca buku, menulis apa saja, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya. Saya takut janin yang dikandung akan belajar kemalasan dari ibunya.

Saat mengepel lantai tanpa alat pel bertangkai, agak menyusahkan bagi ibu yang hamil besar. Hati-hati juga terpeleset ya, Ma. Jika hendak mengepel, pastikan lap pel sudah diperas kuat-kuat. Jangan lupa, pertahankan posisi squat selama beberapa waktu sambil mengepel. Sebab posisi squat bisa membantu mempercepat janin masuk ke jalan lahir.

Mengutip Alodokter, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu janin masuk ke panggul, yakni:

  1. Lakukan gerakan jongkok berdiri
  2. Perbanyak jalan kaki santai
  3. Lakukan gerakan sujud serta menungging
  4. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama
  5. Berbaring di sisi kiri dengan meletakkan bantal di antara lutut
  6. Ajak komunikasi janin untuk segera masuk panggul.

Di beberapa kasus, janin tidak juga masuk ke panggul padahal sudah mendekati hari perkiraan lahir (HPL) karena beberapa sebab. Misalnya saja karena ukuran janin terlalu besar, atau karena pinggul ibu yang terlalu kecil.

Dalam kasus saya, janin tidak terlalu besar. Panggul pun diperkirakan cukup untuk sang calon bayi. Alhamdulillah di pemeriksaan kehamilan terakhir, janin sudah masuk ke panggul.

Hari Melahirkan Itu pun Tiba

Menunggu pembukaan lengkap/ Foto: Nurvita Indarini

Saya masih ingat benar hari itu, Jumat malam, 5 Juni 2014. Malam itu, sepulang dari cek kandungan, saya masih teleponan dengan suami yang ada di Jakarta. Obrolan di telepon kami akhiri sekitar pukul 23.00 WIB.

Ketika tidur, saya merasa celana piyama basah. Duh, apa saya mengompol ya. Bergegas diri ini pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seusai buang air kecil, ternyata ada cairan bening yang keluar tanpa bisa dikontrol. Apakah ketuban sudah pecah?

Saya bangunkan kakak sepupu untuk memberi tahu kondisi tersebut. Saat itu, cairan bening kembali mengucur. Saya ganti baju dan mengenakan pembalut. Untuk menekan agar cairan tak keluar, disarankan untuk duduk.

Persiapan ke rumah sakit pun dilakukan. Untung baju dan piranti lainnya sudah disiapkan sejak dari Jakarta, sehingga tinggal angkut saja. Tak lupa telepon suami agar segera menyusul ke Yogya dengan pesawat paling pagi.

Sesampainya di rumah sakit, saya dibawa ke IGD. Dokter melakukan pemeriksaan dalam, ternyata sudah bukaan satu. Kala itu belum terasa mulas. Saya lalu dibawa ke ruang perawatan, dan tidak diperbolehkan turun dari tempat tidur untuk menghindari ketuban terus mengalir.

Menjelang subuh baru terasa mulas dan tidak nyaman. Namun pertambahan pembukaan masih sangat lambat. Detak jantung janin dipantau dengan ketat mengingat ketuban sudah pecah, tapi pembukaan jalan lahir belum sempurna.

Pakdhe, Budhe, Bulek, dan Om menemani di rumah sakit. Adik bungsu pun datang untuk menemani. Sekitar jam 10.00 WIB, suami tiba. Saya minta dibelikan air kelapa dan buah-buahan karena ingin mengasup yang segar-segar. Saat itu sudah tidak nafsu makan nasi atau roti.

Alhamdulillah janinnya pintar dan kuat. Detak jantungnya terpantau bagus. Saya terus mengajak si kecil berkomunikasi untuk berjuang bersama. Selepas maghrib, pembukaan lengkap. Saya dibawa ke ruang bersalin.

Ruangan persalinan/ Foto: Situs Happy Land Medical Centre Yogyakarta

Berbagai teori melahirkan yang dibaca dan ditulis ambyar semua. Rasa sakit membuat saya lupa mempraktikkan semua teori itu.

Singkat cerita, saya berusaha melahirkan si kecil pervaginam dengan usaha keras. Namun, kok bayinya nggak lahir-lahir ya. Khawatir kepala si bayi tergencet terlalu lama di jalan lahir, dokter pun memutuskan untuk melakukan ekstraksi vakum.

Saat proses ekstrasi vakum sedang disiapkan, tiba-tiba ruangan gelap. Rupanya listrik padam beberapa saat.

“Kepala bayinya sudah kelihatan banget lho. Yuk, semangat nggak usah divakum,” bisik suami.
“Emang? Kepalanya sudah nongol?” Sejenak lupa akan rasa sakit.
“Iya. Mengejan sekali lagi sudah lahir tuh,” kata suami.

“Kayanya bayinya nggak mau divakum nih, Bu. Dicoba mengejan lagi ya,” kata Bu Dokter.

Begitu kontraksi kembali muncul, saya pun mengejan. 1, 2, 3… Oeekk. Si kecil akhirnya lahir. Alhamdulillah. Perjuangan belum selesai. Saya harus melahirkan plasenta sebelum dokter menjahir area bawah sana yang kayanya sudah compang camping.

Kata orang, melahirkan plasenta nggak kalah sakit dari melahirkan bayi. Akan tetapi di persalinan ini, melahirkan plasenta itu sama sekali tidak menyakitnya. Malah terasa lega. Apa sakitnya nggak terasa karena lega bayinya sudah lahir ya?

Kenangan Melahirkan di Happy Land Medical Centre Yogyakarta

Ini ruang rawat inapnya, cozy ya?/ Foto: situs Happy Land Medical Centre Yogyakarta

Setelah proses inisiasi menyusu dini (IMD) dilakukan, saya dibawa ke ruang perawatan menggunakan kursi roda. Lega sekali, sekaligus sangat lapar. Maklum, belasan jam tidak bisa menikmati makanan.

Sesampainya di ruang perawatan, saya langsung makan nasi boks yang dibawakan Budhe. Hanya sekejap, nasi beserta lauk pauknya sudah menghuni perut.

Kesan saya menempati ruang perawatan kelas 2 Happy Land Medical Centre Yogyakarta: nyaman sekali. Kamar dilengkapi dengan kamar mandi dalam, di mana terdapat fasilitas air hangat.

Kamarnya cukup besar. Terdapat televisi (kala itu masih televisi tabung), juga air minum. Ada pula sofa berukuran cukup besar. Nah, di sofa itulah suami tidur. Serta ada laci nakas untuk menyimpan barang.

Kenangan melahirkan tak terlupakan di Happy Land Medical Centre. Foto: Nurvita Indarini

Ibu melahirkan diberi baju rumah sakit, sebagaimana kalau kita dirawat di rumah sakit. Dengan begitu, baju pribadi tetap bersih. Sedangkan si bayi mendapat pinjaman baju dari RS. Hiks, bajunya kebesaran, karena bayi saya kecil.

Saya mendapat layanan pijat keesokan paginya. Hmm, lumayan untuk melepas pegal-pegal setelah menjalani proses panjang melahirkan.

Makanan untuk pasien seingat saya rasanya enak. Biasanya saya makan berdua dengan suami. Maklum, keluarga baru jadi ya harus ngirit he-he. Selain itu selalu diberi aneka buah-buahan. Nggak akan khawatir kelaparan deh pokoknya.

Oh ya, malam melahirkan, paginya saya sudah bisa jalan dan bahkan lari-lari. Alhamdulillah. Nggak terasa nyeri sama sekali. Bahkan saat buang air kecil dan buang air besar juga tetap nyaman.

Teras di ruang rawat inap Happy Land Medical Centre Yogyakarta

Berapa biaya melahirkan di Happy Land Medical Centre Yogyakarta? Ini tahun 2014 ya Ma, mungkin jauh berbeda dengan saat ini. Namun, bisa jadi sedikit gambaran. Biaya kala itu sekitar Rp8.000.000,00.

Kenangan Melahirkan: Bingungnya Jadi Ibu Baru

Si kecil yang baru lahir, masyaallah tabarakallah/ Foto: Nurvita Indarini

Malam pertama menjadi ibu, bayi saya bermalam di ruang perawatan bayi. Dipisah sementara dari mamanya karena saya kelelahan melahirkan. Baru di pagi hari, saat ibu sudah siap, bayi diantar ke ibunya.

Bayi saya menangis terus nih. Meski kecil, karena saat lahir bobotnya 2,7 kg dengan tinggi 51 cm, tapi tangisannya kuat sekali. Disusui tetap menangis. Dibedong juga masih menangis. Di malam-malam pertama menjadi ibu, saya sampai kebingungan apa yang harus dilakukan.

Hampir sepanjang malam si kecil menangis. Saya pun sampai ikut menangis, saking bingungnya. Mungki dia merasa tidak nyaman, karena selama ini selalu mendapat kenyaman di dalam rahim.

“Ayo, Nak, kita belajar sama-sama ya,” ucap saya selalu padanya.

Kepada dokter anak yang memeriksa, saya curhat. Betapa sedihnya melihat bayi saya yang kurus dan kecil.

“Nanti juga besar, Bu. Disusui terus ya. Aku sehat kok, Ma. Ini nanti dia tinggi nih, tulangnya panjang-panjang,” ucap Pak Dokter menenangkan.

Bayi Itu Diberi Nama Renfro Taqinardi Rahman

Bayi mungil berkulit gelap itu kami beri nama Renfro Taqinardi Rahman. Dalam namanya terangkai doa, semoga dia tumbuh jadi anak yang bijaksana, bertakwa, baik hati, dan pengasih.

Sebenarnya nama Taqinardi terinspirasi dari pemain bola Alessio Tacchinardi. Kebetulan saya dan suami sama-sama suka Tacchinardi dan kelub sepakbola Juventus.

Alessio Tacchinardi, legenda Juventus

Tacchinardi mungkin tidak seterkenal rekan setimnya, Alessandro del Piero, tapi sosoknya benar-benar bikin jatuh hati. Dia adalah pekerja keras, analitis, dan selalu berpikiran positif. Harapannya, sifat-sifat positif Tacchinardi juga diteladani Taqinardi kami.

Taqi, nama penggilannya, terinspirasi juga dari Taqi Al-Din Muhammad Ibnu Ma’ruf, ilmuwan yang lahir di Damaskus, Suriah. Taqi Al-Din adalah ilmuwan multitalenta yang berkontribusi bagi perkembangan ilmu matematika, astronomi, optik, dan mekanika.

Al-Din berhasil membuat jam dengan parameter menit dan detik. Pada 1556 M hingga 1580 M, dia pun menemukan teleskop untuk melihat antariksa. Dia lantas mendirikan Observatorium Istanbul pada 1577 M.

Baca tulisan ini juga yuk: Setahun Lalu, Saya Melahirkan Saat Pandemi Covid-19

Penutup

6 Juni 2023, Taqi genap berumur 9 tahun. Usianya mengingatkan bahwa sudah 9 tahun pula saya bergelar “Mama”.

Ulang tahun Taqi selalu mengingatkan pada kenangan hari itu. Betapa panik dan grabak grubuknya saya menjelang persalinan dan saat menjadi ibu baru. Bismillah, belajar terus agar bisa menjadi ibu yang lebih baik.

Ulang tahun Taqi dilalui seperti hari-hari biasanya. Tidak ada perayaan khusus. Tanpa nasi kuning, kue ulang tahun, atau tiup lilin. Hal-hal seperti itu memang tidak lagi kami lakukan belakangan ini.

Saya tekankan pada Taqi bahwa makan makanan istimewa atau hadiah tidak harus menunggu ulang tahun tiba. Saat ada rezeki, kapan pun itu, bisa kok makan istimewa. Mama dan ayahnya pun bisa memberinya hadiah kapan saja jika sedang ada rezeki berlebih.

Semoga Taqi tumbuh jadi anak yang saleh ya, berlimpah berkah dunia akhirat, takut pada Allah, cinta pada Allah, mengikuti teladan Rasulullah, selalu bahagia dan sehat, senantiasa dijaga Allah dari keburukan dan tipu daya setan, makin sabar dan bijaksana, serta menjadi diri Taqi sendiri. Semoga Allah mudahkan juga belajar Taqi dan hafalan Al-Qur’an Taqi. Semoga Mama dan Ayah bisa terus mendampingi sampai Taqi mampu menjalani hidup tanpa kami. Aamiin.

Itulah kenangan melahirkan anak pertama saya. Kalau Mama, kenangan melahirkan apa yang paling membekas?

Referensi

alodokter. Janin belum masuk panggul di usia kehamilan 35 minggu, https://www.alodokter.com/komunitas/topic/apa-bisa-janin-belum-masuk-panggul-di-induksi-alami, diakses pada 11 Juni 2023.

Republika. Ilmuwan Muslim: Taqi Al-Din Muhammad Ibnu Ma’ruf, Ilmuwan Multitalenta (1), https://khazanah.republika.co.id/berita/m3pj71/ilmuwan-muslim-taqi-aldin-muhammad-ibnu-maruf-ilmuwan-multitalenta-1, diakses pada 11 Juni 2023.

Comments (0)
Add Comment